Share

Ternyata Suamiku Tampan
Ternyata Suamiku Tampan
Author: Amira Tantri

Chapter 1

Author: Amira Tantri
last update Last Updated: 2023-04-05 12:36:23

"Aku tidak sudi menjadi Istrimu !"

********

Dari kedua putri Abah Usman, hanya si sulung yang mau masuk pesantren dan mendapatkan jodoh seorang pemuda dari pesantren juga. Sedangkan Anisa, si bungsu, kabur dari rumah saat hendak dimasukan ke pesantren. Dia menghilang selama tiga hari. Bersembunyi di penginapan, dengan uang tabungan yang dimilikinya.

Ibu yang cemas, terus-terusan menangis, sehingga Abah akhirnya mengalah dan tidak memaksakan kehendaknya agar Anisa mau masuk pondok. Anisa pulang ke rumah setelah kakaknya yang tahu ia bersembunyi dimana mengabari jika Abah sudah luluh.

Anisa akhirnya dimasukan ke sekolah yang berciri khas pesantren.

Itu adalah kisah kebengalan Anisa di masa sekolah. Tapi saat ini, Abah sangat bahagia. Keluarga dari sahabat masa kecilnya, ingin melamar Anisa. Kebahagiaan Abah berlipat ganda, karena saat bertanya pada Anisa mengenai lamaran itu,  Anisa menyetujuinya, karena sedang malas berdebat dengan abah. Toh masih tunangan, belum menikah, pikir Anisa.

Ilham adalah jodoh yang tepat untuk Anisa. Laki-laki lulusan pesantren itu sangat baik di mata Abah.

Abah berharap, Ilham bisa membimbing Anisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan jabatan Ilham yang seorang CEO adalah bonus bagi Abah. Walau Abah sendiri tidak pernah menargetkan harus bagaimana jodoh untuk Anisa.

Ibu telah mempersiapkan acara jamuan untuk lamaran, dari jauh-jauh hari. Hati kedua orang tua Anisa sangat bahagia sekali, karena kali ini Anisa tidak menolak seperti biasanya. Suasana rumah benar-benar sangat damai sekali.

Tapi, semua kedamaian itu, berubah menjadi petir di siang bolong, saat acara lamaran akan berlangsung.  Anisa kembali berulah.

Keluarga Ilham yang telah datang ke rumah untuk melamar Anisa, tapi jawaban yang mereka terima sangat mengecewakan. Anisa dengan terang-terangan menolak perjodohan itu, karena masih ingin melanjutkan S2.

"Saya tidak bisa menerima perjodohan ini, mungkin Mas Ilham akan lebih cocok dengan Dek Mutia," ucap Anisa menolak perjodohan itu secara terang-terangan, dan malah mengajukan saudara sepupunya, anak dari adik Abah sebagai pengganti dirinya.

Abah terlihat marah akan jawaban Anisa, padahal awal mula mereka sudah sepakat, jika Anisa akan menyetujui perjodohan tersebut. Tapi semua berubah setelah Anisa melihat sahabat baiknya yang melanjutkan S2. Sedangkan Ilham tidak mengijinkan ia untuk melanjutkan kuliah, dan fokus pada rumah tangga, jika mereka sudah menikah nanti.

"Saya masih ingin melanjutkan S2, dan bekerja, sedangkan Mas Ilham, ingin seorang Istri yang hanya tinggal di rumah mengurus keluarga," tolak Anisa dengan sopan, tapi tetap saja membuat Abah Murka. Seandainya dari awal Anisa tidak mau, maka Abah dan Ibu tidak akan semalu ini.

Keluarga Ilham pamit dengan membawa rasa kecewa. Hal yang sama juga dialami Abah dan Ibu, yang berkali-kali harus meminta maaf.

Abah sangat marah pada Anisa dan malas untuk bicara, tapi Anisa sama seperti Abah yang memang keras kepala. Dua makhluk keras kepala yang membuat Ibu yang harus jadi penengah.

“Besok, habis shalat isya’, kamu menikah sama marbot baru yang tinggal di masjid dekat rumah itu. Tidak ada tapi-tapian ! walau kamu kabur sekalipun, Abah akan menemukanmu dan tetap pada keputusan Abah !” putus Abah lalu meninggalkan Anisa yang menangis sesenggukan, tidak terima jika harus dijodohkan dengan marbot masjid, yang baru satu bulan ini menghuni masjid di dekat rumahnya.

Anisa hanya tahu jika pemuda yang baru menjadi marbot di Masjid yang didirikan atas  ide dan dana dari Abah tersebut,  bernama Fahmi , yang ia dengar dari cerita Abah beberapa waktu lalu. Untuk tahu orangnya bagaimana Anisa sendiri tidak mau tahu. Anisa hanya shalat Maghrib, Isya’ dan subuh saja yang berjamaah di masjid. Sedangkan Dhuhur dan Ashar, ia lebih sering shalat di rumah atau di toko.

Abah sering sekali membicarakan Fahmi yang katanya rajinlah, sopanlah, suaranya merdu lah, tapi yang untuk hal terakhir ini Anisa mengakuinya, karena sering mendengar saat pemuda itu mengumandangkan Adzan. Tapi untuk tahu orangnya, Anisa belum pernah sekalipun bertemu.

Untuk menanggulangi semua itu,  otak bengal Anisa mulai bekerja. Ia sedang berpikir untuk bertemu Fahmi, malam ini juga, dan mengancamnya untuk tidak mengikuti keinginan Abah. Anisa tersenyum dan segera menghapus air matanya, karena sudah menemukan solusi yang tepat. Jika nanti Fahmi meminta uang sebagai imbalan, Anisa juga sudah mempersiapkannya. Yang penting adalah penolakan Fahmi akan keinginan Abah, adalah yang utama.

Dengan berjingkat-jingkat Anisa menuju kamar Mutia yang kebetulan sedang menginap di rumahnya.

Tanpa mengetuk pintu, Anisa dengan cepat membuka pintu kamar Mutia. Tampak gadis imut itu tengah bersantai di depan laptop tanpa mengenakan jilbabnya.

“Kak Nisa, ngagetin saja,” ucap Mutia yang tidak jadi memakai jilbabnya setelah mengetahui siapa yang masuk ke dalam kamar. Tapi lucu juga karena ia refleks mengambil jilbab, padahal Abah tidak akan masuk tanpa mengetuk. Mutia memanggil Abah Anisa dengan panggilan Abah juga karena mengikuti penyebutan kakak sepupunya tersebut.

“Aku mau pergi ke Masjid, kamu temani aku ya. Kalau ditanya Abah sama Ibu, bilang saja kamu mau ajak aku pergi beli cemilan atau terserah alasan apa saja yang masuk akal,” pinta Anisa dengan wajah dibuat memelas mungkin, agar Mutia mau menuruti keinginannya.

Anisa tidak punya pilihan lain, karena ia tidak boleh kemanapun sebelum acara pernikahan mendadak digelar.

Akhirnya Mutia mengalah dan mengiyakan keinginan Anisa tanpa banyak bertanya. Yang ia tahu, kakak sepupunya ini super nekat jika tidak mendapat keinginannya. Selain itu, Mutia juga kepo, Anisa mau ngapain ke masjid malam-malam begini, mana mau hujan lagi.

Mereka berjalan cepat menuju ke arah masjid setelah mengantongi izin dari Ibu. Kebetulan Abah tidak ada, sehingga memuluskan aksi mereka.

Saat hendak masuk ke area Masjid, tampak Abah yang baru keluar dari dalam Masjid bersama seorang pemuda. Anisa dengan cepat menarik Mutia agar bersembunyi. 

"Nah, Nak Fahmi, saya pamit dulu," ucap Abah sambil menepuk pelan pundak pemuda yang bernama Fahmi tersebut, yang terlihat mengangguk sopan.

"Jadi itu Fahmi ?" Monolog Anisa dengan wajah menahan tangis. Melihat bagaimana rupa dan juga penampilan pemuda yang akan dinikahkan dengan dirinya.

Saat ini, Anisa benar-benar menyesal, andai bisa mengulang waktu, ia akan menerima saja lamaran Ilham yang tampan dan juga seorang CEO, walau harus jadi ibu rumah tangga yang setiap hari menunggu suami pulang kerja.

Menangis saat ini juga tidak akan membuahkan hasil, karena Abah tidak akan merubah keputusannya.

Related chapters

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 2

    Fahmi namanya, lelaki yang sangat sederhana dengan tompel di dekat pipi, ditambah kumis tipis, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Apalagi pakaiannya yang bergaya Vintage, sangat jauh sekali dari tipe idaman Anisa.Abah sudah meninggalkan Masjid dengan diantar Fahmi sampai di gerbang. Sedangkan kedua gadis itu masih bersembunyi hingga Abah benar-benar pergi.Anisa segera menarik Mutia untuk keluar dari persembunyian dan menghampiri Fahmi. Bagaimanapun, ia harus membuat Fahmi menolak pernikahan yang sudah diatur oleh Abah."Hei, kamu !" Teriak Anisa bak pahlawan bertopeng.Pemuda yang akan masuk ke dalam masjid itu segera menoleh dan mendapati dua orang perempuan yang menghampirinya."Abah bilang apa sama kamu ?" Tanya Anisa yang membuat kening Fahmi berkerut bingung."Jangan pura-pura bingung seperti itu, pasti Abah bahas tentang pernikahan kan sama kamu ?" Tanya Anisa dengan raut wajah kesal. Fahmi benar-benar sangat kolot sekali dengan penampilannya. Pasti selama ini tida

    Last Updated : 2023-04-05
  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 3

    Anisa terbangun saat adzan subuh berkumandang. Ia masih mengenakan gamis dan juga jilbab akad tadi malam.Menatap sekeliling ruangan, berharap jika tadi malam hanyalah mimpi buruk. Apalagi suara Adzan yang didengar adalah suara dari marbot masjid yang baru. Siapa lagi kalau bukan Fahmi. Jadi Fahmi masih tinggal di Masjid dan bukan sekamar dengannya, khayalan Anisa menenangkan diri.Anisa segera bangun dari posisi tidurnya. Mengerjapkan kedua netranya. Menatap sekeliling kamar, Sepertinya ia tidak sedang bermimpi, karena pakaian yang dikenakan Fahmi tadi malam, terlihat tergantung di dekat pintu. Ia menghela nafas kasar.Tok ...tok !"Nisa ... ayo ke masjid sama Ibu dan Mutia." Suara Ibu terdengar dari luar kamar. Tumben ibu mengetuk, biasanya juga langsung masuk, batin Anisa lalu segera beranjak dari atas ranjang untuk membuka pintu.Cklek!Anisa melihat senyum Ibu dan Mutia begitu pintu terbuka. Entah apa yang membuat mereka tersenyum demikian merekah."Ke masjid enggak ? kalau ma

    Last Updated : 2023-04-05
  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 4

    Malam kembali menyapa bumi dengan diiringi rintikan kecil gerimis yang membuatnya makin syahdu.Anisa kembali ke rumah sebelum hujan benar-benar menjadi lebih deras. Kali ini, ia pulang sangat terlambat sekali. Biasanya jam lima sore toko sudah tutup dan Anisa langsung pulang. Tapi kali ini, ia malah baru pulang setelah shalat isya'. Saat tiba di rumah, yang ia dapati adalah tatapan tajam Abah yang kesal karena Anis tidak mau mendengarkannya untuk tidak ke toko. Selain itu, Anisa yang pulang terlambat tanpa memberitahu kemana perginya, karena toko sudah tutup semenjak jam lima sore tadi."Abah kenapa menatap Nisa kayak gitu ? apa salah dan dosaku ?" Tanya Anisa lebay tanpa mau mengakui kalau ia salah. Anisa memang sengaja pulang terlambat untuk menghindari Fahmi. Anisa berharap Fahmi sudah tidur saat ia kembali ke rumah, sehingga tidak perlu ada pembicaraan basa-basi diantara mereka. Selain itu, ia pulang terlambat, karena membuat surat perjanjian pernikahan yang pernah dikatakannya p

    Last Updated : 2023-04-05
  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 5

    Seperti biasa, Anisa terbangun disaat Adzan subuh berkumandang. Dengan cepat ia segera menuju kamar mandi. Ia sedikit heran, karena sejak bangun tadi, tidak dilihatnya Fahmi ada di kamar.Berarti Fahmi sudah lebih dulu berangkat ke masjid. Wajarlah, dia kan marbot Masjid, batin Anisa kembali tidak peduli.Tapi yang aneh adalah, suara muadzin bukanlah suara Fahmi seperti biasanya."Ah ...sebodoh amat sih, kok aku jadi mikirin Alien itu,"batin Anisa sambil terus menggosok gigi.Selesai dengan acara bersih-bersih dan juga berwudlu, ia segera mengganti pakaian dan mengenakan mukena, lalu segera keluar kamar untuk berangkat ke Masjid.Keluar dari kamar, tampak Ibu yang juga hendak ke Masjid."Loh, dek Mutia mana ?" Tanya Anisa yang tidak melihat Mutia turut serta."Biasa, tamu bulanannya datang, jadi libur dulu," jawab Ibu membuat Anisa mengangguk paham."Fahmi sama Abah sudah duluan ke Masjid," ucap Ibu tanpa ditanya oleh Anisa."Emang Anisa tanya ya ? si Fahmi itu mau kemana juga, Nisa e

    Last Updated : 2023-04-05
  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 6

    Fahmi menghela nafas panjang, melihat siapa yang sudah membuat tawa Anisa begitu merdu terdengar.Seorang pemuda tampan yang saat ini tengah duduk di depan Anisa, dan tampak menceritakan hal lucu yang membuat Anisa benar-benar bahagia. "Itu sahabat Anisa sekaligus sepupunya. Namanya Faris. Dia baru pulang dari luar daerah, dan langsung kemari untuk mengantar oleh-oleh, karena dari bandara ke rumahnya, melewati rumah ini, jadi sekalian." Tiba-tiba Ibu sudah ada di belakang Fahmi, dan menjelaskan siapa pria yang saat ini duduk bersama Anisa dan juga alasan Anisa bisa tertawa lepas seperti itu."Ayo kenalan sama Faris, dia orangnya ramah kok." Ibu mengajak Fahmi agar mau berkenalan dengan sahabat Anisa. Sebenarnya Ibu mengajak Fahmi untuk berkenalan, karena wanita yang tidak lagi muda itu, merasa tidak enak pada menantunya tersebut. Karena Anisa bersikap layaknya seorang gadis yang belum memiliki pendamping hidup."Tidak usah Ibu, saya harus segera bersiap-siap, mungkin di lain waktu sa

    Last Updated : 2023-04-13
  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 7

    Berdiri disana seorang pria tampan, yang tersenyum tipis padanya. Tapi suaranya hampir mirip dengan suara Fahmi. "Ahh ... Para pria "kan emang suaranya hampir mirip-mirip begitu. apa akunya saja yang lebay," batin Anisa masih meneliti pria di depannya. Berharap, andai wajah Fahmi setampan pria itu."Mbak ...," Panggil si pria yang segera menyadarkan Anisa dari lamunannya."Oh ... Itu ... tidak usah, biar nanti saja, saya kembali lagi kemari," tolak Anisa dengan halus sambil keluar dari barisan pengantri."Mbak, sekalian saja sama punya mbak yang ini ya," ucap si pria pada kasir tanpa mempedulikan penolakan Anisa.Kasir dengan cekatan menghitung total belanjaan lalu memberikannya pada si pria yang segera membayarnya."Maaf, bisa saya minta nomor rekening, nanti setelah tiba di rumah, saya langsung transfer uangnya," ucap Anisa sambil menerima buku dari tangan si pria tampan tersebut sesaat setelah mereka keluar dari toko buku."Tidak usah," jawab si pria, lalu segera berlalu meningga

    Last Updated : 2023-05-25

Latest chapter

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 7

    Berdiri disana seorang pria tampan, yang tersenyum tipis padanya. Tapi suaranya hampir mirip dengan suara Fahmi. "Ahh ... Para pria "kan emang suaranya hampir mirip-mirip begitu. apa akunya saja yang lebay," batin Anisa masih meneliti pria di depannya. Berharap, andai wajah Fahmi setampan pria itu."Mbak ...," Panggil si pria yang segera menyadarkan Anisa dari lamunannya."Oh ... Itu ... tidak usah, biar nanti saja, saya kembali lagi kemari," tolak Anisa dengan halus sambil keluar dari barisan pengantri."Mbak, sekalian saja sama punya mbak yang ini ya," ucap si pria pada kasir tanpa mempedulikan penolakan Anisa.Kasir dengan cekatan menghitung total belanjaan lalu memberikannya pada si pria yang segera membayarnya."Maaf, bisa saya minta nomor rekening, nanti setelah tiba di rumah, saya langsung transfer uangnya," ucap Anisa sambil menerima buku dari tangan si pria tampan tersebut sesaat setelah mereka keluar dari toko buku."Tidak usah," jawab si pria, lalu segera berlalu meningga

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 6

    Fahmi menghela nafas panjang, melihat siapa yang sudah membuat tawa Anisa begitu merdu terdengar.Seorang pemuda tampan yang saat ini tengah duduk di depan Anisa, dan tampak menceritakan hal lucu yang membuat Anisa benar-benar bahagia. "Itu sahabat Anisa sekaligus sepupunya. Namanya Faris. Dia baru pulang dari luar daerah, dan langsung kemari untuk mengantar oleh-oleh, karena dari bandara ke rumahnya, melewati rumah ini, jadi sekalian." Tiba-tiba Ibu sudah ada di belakang Fahmi, dan menjelaskan siapa pria yang saat ini duduk bersama Anisa dan juga alasan Anisa bisa tertawa lepas seperti itu."Ayo kenalan sama Faris, dia orangnya ramah kok." Ibu mengajak Fahmi agar mau berkenalan dengan sahabat Anisa. Sebenarnya Ibu mengajak Fahmi untuk berkenalan, karena wanita yang tidak lagi muda itu, merasa tidak enak pada menantunya tersebut. Karena Anisa bersikap layaknya seorang gadis yang belum memiliki pendamping hidup."Tidak usah Ibu, saya harus segera bersiap-siap, mungkin di lain waktu sa

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 5

    Seperti biasa, Anisa terbangun disaat Adzan subuh berkumandang. Dengan cepat ia segera menuju kamar mandi. Ia sedikit heran, karena sejak bangun tadi, tidak dilihatnya Fahmi ada di kamar.Berarti Fahmi sudah lebih dulu berangkat ke masjid. Wajarlah, dia kan marbot Masjid, batin Anisa kembali tidak peduli.Tapi yang aneh adalah, suara muadzin bukanlah suara Fahmi seperti biasanya."Ah ...sebodoh amat sih, kok aku jadi mikirin Alien itu,"batin Anisa sambil terus menggosok gigi.Selesai dengan acara bersih-bersih dan juga berwudlu, ia segera mengganti pakaian dan mengenakan mukena, lalu segera keluar kamar untuk berangkat ke Masjid.Keluar dari kamar, tampak Ibu yang juga hendak ke Masjid."Loh, dek Mutia mana ?" Tanya Anisa yang tidak melihat Mutia turut serta."Biasa, tamu bulanannya datang, jadi libur dulu," jawab Ibu membuat Anisa mengangguk paham."Fahmi sama Abah sudah duluan ke Masjid," ucap Ibu tanpa ditanya oleh Anisa."Emang Anisa tanya ya ? si Fahmi itu mau kemana juga, Nisa e

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 4

    Malam kembali menyapa bumi dengan diiringi rintikan kecil gerimis yang membuatnya makin syahdu.Anisa kembali ke rumah sebelum hujan benar-benar menjadi lebih deras. Kali ini, ia pulang sangat terlambat sekali. Biasanya jam lima sore toko sudah tutup dan Anisa langsung pulang. Tapi kali ini, ia malah baru pulang setelah shalat isya'. Saat tiba di rumah, yang ia dapati adalah tatapan tajam Abah yang kesal karena Anis tidak mau mendengarkannya untuk tidak ke toko. Selain itu, Anisa yang pulang terlambat tanpa memberitahu kemana perginya, karena toko sudah tutup semenjak jam lima sore tadi."Abah kenapa menatap Nisa kayak gitu ? apa salah dan dosaku ?" Tanya Anisa lebay tanpa mau mengakui kalau ia salah. Anisa memang sengaja pulang terlambat untuk menghindari Fahmi. Anisa berharap Fahmi sudah tidur saat ia kembali ke rumah, sehingga tidak perlu ada pembicaraan basa-basi diantara mereka. Selain itu, ia pulang terlambat, karena membuat surat perjanjian pernikahan yang pernah dikatakannya p

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 3

    Anisa terbangun saat adzan subuh berkumandang. Ia masih mengenakan gamis dan juga jilbab akad tadi malam.Menatap sekeliling ruangan, berharap jika tadi malam hanyalah mimpi buruk. Apalagi suara Adzan yang didengar adalah suara dari marbot masjid yang baru. Siapa lagi kalau bukan Fahmi. Jadi Fahmi masih tinggal di Masjid dan bukan sekamar dengannya, khayalan Anisa menenangkan diri.Anisa segera bangun dari posisi tidurnya. Mengerjapkan kedua netranya. Menatap sekeliling kamar, Sepertinya ia tidak sedang bermimpi, karena pakaian yang dikenakan Fahmi tadi malam, terlihat tergantung di dekat pintu. Ia menghela nafas kasar.Tok ...tok !"Nisa ... ayo ke masjid sama Ibu dan Mutia." Suara Ibu terdengar dari luar kamar. Tumben ibu mengetuk, biasanya juga langsung masuk, batin Anisa lalu segera beranjak dari atas ranjang untuk membuka pintu.Cklek!Anisa melihat senyum Ibu dan Mutia begitu pintu terbuka. Entah apa yang membuat mereka tersenyum demikian merekah."Ke masjid enggak ? kalau ma

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 2

    Fahmi namanya, lelaki yang sangat sederhana dengan tompel di dekat pipi, ditambah kumis tipis, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Apalagi pakaiannya yang bergaya Vintage, sangat jauh sekali dari tipe idaman Anisa.Abah sudah meninggalkan Masjid dengan diantar Fahmi sampai di gerbang. Sedangkan kedua gadis itu masih bersembunyi hingga Abah benar-benar pergi.Anisa segera menarik Mutia untuk keluar dari persembunyian dan menghampiri Fahmi. Bagaimanapun, ia harus membuat Fahmi menolak pernikahan yang sudah diatur oleh Abah."Hei, kamu !" Teriak Anisa bak pahlawan bertopeng.Pemuda yang akan masuk ke dalam masjid itu segera menoleh dan mendapati dua orang perempuan yang menghampirinya."Abah bilang apa sama kamu ?" Tanya Anisa yang membuat kening Fahmi berkerut bingung."Jangan pura-pura bingung seperti itu, pasti Abah bahas tentang pernikahan kan sama kamu ?" Tanya Anisa dengan raut wajah kesal. Fahmi benar-benar sangat kolot sekali dengan penampilannya. Pasti selama ini tida

  • Ternyata Suamiku Tampan   Chapter 1

    "Aku tidak sudi menjadi Istrimu !"********Dari kedua putri Abah Usman, hanya si sulung yang mau masuk pesantren dan mendapatkan jodoh seorang pemuda dari pesantren juga. Sedangkan Anisa, si bungsu, kabur dari rumah saat hendak dimasukan ke pesantren. Dia menghilang selama tiga hari. Bersembunyi di penginapan, dengan uang tabungan yang dimilikinya.Ibu yang cemas, terus-terusan menangis, sehingga Abah akhirnya mengalah dan tidak memaksakan kehendaknya agar Anisa mau masuk pondok. Anisa pulang ke rumah setelah kakaknya yang tahu ia bersembunyi dimana mengabari jika Abah sudah luluh.Anisa akhirnya dimasukan ke sekolah yang berciri khas pesantren.Itu adalah kisah kebengalan Anisa di masa sekolah. Tapi saat ini, Abah sangat bahagia. Keluarga dari sahabat masa kecilnya, ingin melamar Anisa. Kebahagiaan Abah berlipat ganda, karena saat bertanya pada Anisa mengenai lamaran itu, Anisa menyetujuinya, karena sedang malas berdebat dengan abah. Toh masih tunangan, belum menikah, pikir Anisa.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status