Setelah mendapat izin dari Hansen, Hasan tidak berlama-lama lagi.Di bawah tatapan semua orang, dia kembali menghadap Celine. "Nona, aku pengacara pribadi Tuan Richard pas dia masih hidup, penanggung jawabnya untuk segala hal yang berhubungan dengan hukum. Tuan Richard sempat membuat surat wasiat ...."Pak Hasan membuka salah satu amplop dokumen.Namun, Celine malah bingung.Dia tentu saja tahu tentang surat wasiat Kakek itu.Di Binara, Pak Hasan sudah pernah mengumumkannya, tapi kenapa .... Apa masih ada surat wasiat yang lain?Kemudian, Hasan sudah mengumumkan isi surat wasiat itu. "Semua harta saya, Richard Nadine, akan diwariskan oleh cucu perempuan kandung saya seorang."Sama seperti surat wasiat yang dia umumkan di Binara dulu.Tidak berbeda satu kata pun.Namun, Kakek sudah memastikan kalau Lily bukan cucu kandungnya, apalagi sekarang Lily tidak ada di sini, apa maksud Pak Hasan kembali mengungkit surat wasiat ini?Celine melihat Hansen dengan bingung. "Kak ...."Firasatnya berk
Carla tahu, dengan kepintaran Andreas, pasti bisa menebak apa yang mau Lily lakukan.Sementara dia ...."Celine, dia harusnya bakal membantuku karena pesan ini!" gumam Carla. Setelah mengalami banyak kejadian, dia sudah bisa menerima beberapa hal.Andreas sangat mencintai Celine.Identitas Celine .... Putri Keluarga Tjangnaka, Keluarga Nadine ....Sekarang dia sudah tidak berhak bersaing sama Celine, hanya berharap masih ada sedikit hubungan baik.Di dalam kerumunan,semua orang terkejut mendengar pengumuman Hasan.Mereka tidak tahu soal surat wasiat Richard, juga tidak tahu kalau di surat wasiat itu ada keberadaan "cucu perempuan kandung"!Semua yang hadir adalah orang-orang pintar.Hansen meminta Hasan mengumumkan hal ini di sini, berarti "cucu perempuan kandung" itu sekarang ada di sini!Seketika, semua orang penasaran.Mereka melihat ke sekeliling, seakan-akan ingin menemukan "pewaris" Grup Nadine itu!Andreas terus memperhatikan Celine. Waktu menerima pesan dari Carla, dia juga ha
Kecurigaan-kecurigaan itu langsung berkurang berkat satu kalimat dari Donny.Benar juga!Sekarang Nona Celine ini sudah jadi putri Kepala Keluarga Tjangnaka saat ini. Kalaupun demi harta Keluarga Nadine, dia sepertinya juga malas "pura-pura" jadi cucu Keluarga Nadine.Apalagi Nona Celine ini jelas terlihat tidak tahu soal pemeriksaan DNA ini.Malah Tuan Muda Hansen yang mengendalikan situasi.Semua orang melihat ke Hansen.Di bawah tatapan semua orang, Hansen malah melihat Lala. "Masalah Celly itu cucu kandung Kakek nggak mungkin salah. Aku juga bisa jamin pakai nyawaku kalau Celine itu memang keturunan Keluarga Nadine. Sedangkan kenapa Celly bisa jadi cucu Kakek ....""Sangat simpel, ibunya Celly adalah anak kandung Kakek!"Saat bicara sampai sini, Hansen melihat Donny. "Tuan Donny, apakah ibunya Celly bernama Linda Marni?"Donny mengangguk. "Benar, namanya Linda Marni.""Tapi ...."Celine bingung, baru saja buka mulut, suara lain terdengar di saat yang bersamaan dengannya. "Tapi ibun
Namun, Hansen tidak memberi Celine tekanan. "Nggak apa, aku bakal bantu kamu. Kamu boleh lakukan apa pun yang kamu mau. Tapi Grup Nadine tetap milikmu! Dengan mewarisi Grup Nadine, wasiat Kakek baru bisa terpenuhi!"Sekarang, Grup Nadine ada di tangan Hansen.Celine sekarang baru tahu, selama beberapa saat ini, Hansen bangun pagi pulang malam, menyatukan bisnis Keluarga Nadine dan mengumpulkan kekuasaan Grup Nadine semuanya demi menyerahkan seluruh Grup Nadine kepadanya sesuai dengan wasiat Kakek!"Kak, aku ...."Seketika, Celine tidak tahu mau mengatakan apa.Dia menatap Hansen, melihat senyuman lembut di wajah Hansen."Celly, jangan menyia-nyiakan wasiat Tuan Richard dan ketulusan Tuan Muda Hansen!" Tiba-tiba terdengar suara Donny.Dia tidak peduli harta Grup Nadine, tapi dia bisa melihat makna dibalik perbuatan Hansen ini.Bahkan Albert juga menatap Hansen seakan-akan mengakui ketulusannya.Sekarang Hansen menguasai seluruh Grup Nadine.Dia punya kemampuan untuk menyembunyikan surat
Pesan dari Nyonya!Tatapan semua orang tertuju pada Celine, bahkan Hansen juga hanya melihat Celine.Melihat pesan dari Fera, Lala mengambil kesempatan untuk diam-diam keluar.Namun dia tidak menyangka ada seseorang yang terus memperhatikannya.Andreas hanya menunduk sesaat, tapi Gian sudah menerima kode itu dan langsung melaksanakan tugasnya.Angin di atap berembus kencang, membuat rambut Fera berantakan. Dia yang biasanya sangat memperhatikan penampilannya, saat ini malas merapikan rambutnya.Sejak dia mengirim pesan ke Lily, sudah lewat beberapa saat.Namun, setelah menunggu lama, Lily tetap belum datang. Fera melihat jam dan mulai kehilangan kesabaran.Akhirnya,dia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Fera tidak berbalik, melainkan langsung berkata dengan kesal, "Kenapa? Sudah jadi Nona Keluarga Nadine, kau mulai nggak peduli sama perintahku? Lily, kau sembunyikan soal Celine itu keturunan Keluarga Nadine, 'kan?"Fera memikirkan reaksi Lily tadi dan merasa ada yang aneh.La
Kematian Lala ... ada hubungannya dengan Nyonya!Begitu mengerti hal ini, Lala langsung panik, bahkan hatinya serasa sedang bergetar. Dulu dia kagum dan hormat pada Nyonya, tapi sekarang dia takut.Ketakutan yang ekstrem membuatnya menunduk, tidak berani melihat Fera.Sampai ketika suara itu kembali terdengar. "Kamu ... nggak mau?"Fera kembali menanyakan pertanyaan tadi.Tidak mau membunuh Celine secara langsung?"Mau, mau. Nyonya, aku mau," ujar Lala dengan suara bergetar."Bagus, aku tunggu kabar baikmu."Fera mengangkat alisnya dengan puas lalu tersenyum sinis. Kemudian, dia berbalik tanpa melihat Lala lagi, sosoknya pun menghilang dari penglihatan Lala.Di atap, selain Lala sudah tidak ada orang lain.Energinya seakan-akan terkuras dan dia langsung jatuh terduduk di lantai.Dia tahu jelas, Nyonya bisa membuatnya berubah dari Lily jadi Lala, juga bisa menyingkirkannya dengan mudah.Nyonya bisa membuat Lala yang asli "menghilang", juga bisa membuat dia yang palsu menghilang!Jadi, s
Mata Andreas berubah tajam.Dia mencibir. "Ada yang salah? Tuan Omar, mungkin kamu nggak pernah benar-benar mengenal istrimu ini. Salah atau nggak, pasti ada kesempatan untukmu melihatnya."Omar tertegun sejenak, lalu dia melihat Andreas dengan was-was. "Kamu ... mau melakukan apa?"Andreas tahu, sebelum memperlihatkan wujud asli Fera dengan jelas, Omar tetap akan berpihak dan melindungi istrinya itu.Andreas tidak peduli, dia melihat ke beberapa orang yang lain.Kalaupun dia tidak melakukan apa-apa, Donny, Albert dan Hansen takutnya akan melakukan apa-apa.Diamnya Andreas membuat Omar merasa panik dan takut.Dia mengedipkan matanya berulang kali sambil terus memberi tahu dirinya sendiri dalam hati.Orang yang ada di layar tadi bukan Fera, pasti ada kesalahpahaman.Fera itu orangnya sangat polos.Waktu mereka berkenalan, Fera masih kuliah, sangat polos, baik hati, murni. Hal yang paling penting adalah setelah bertahun-tahun, Fera makin bijaksana, anggun, tidak kalah dengan nyonya kaya
Raut wajah Omar akhirnya membaik, dia menggandeng tangan Fera dan berkata, "Aku nggak apa-apa, tadi aku bosan di rumah, jadi pergi keliling sebentar."Omar tidak memberi tahu Fera kalau dia dibawa pergi oleh bawahan Andreas, juga tidak mengungkit kejadian "atap" tadi.Sebelum Fera sempat bertanya, Omar mengalihkan topik. "Ibu membawamu ke pesta Keluarga Tjangnaka, kenapa kamu pulang secepat ini?"Fera menyipitkan matanya, tapi langsung kembali normal."Aku sudah membawa kaligrafi itu pergi, kaligrafinya sudah ditinggal di sana. Mereka nggak butuh bantuanku lagi, jadi aku pulang duluan." Teringat wajah Yuni tadi, Fera sangat kesal, tapi dia tidak berani menunjukkannya.Namun, saat menghadapi suaminya, hal pertama yang harus dia lakukan adalah memegang erat rasa kasihan dan rasa suka suaminya.Benar!Hanya rasa kasihan dan rasa suka!"Kak Omar, tadi di pesta sangat ramai, tapi aku paling bahagia waktu ada di sampingmu." Fera bersandar di dada Omar.Dia mendengar suara detakan jantung, ta
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak