Untuk sesaat, Donny seakan-akan melihat "dia"!Linda!Kalau hanya ini, tidak cukup untuk memastikan siapa Celine.Namun, lencana di tangannya ini cukup untuk meyakinkannya.Melihat ekspresi Donny, Andreas tahu kalau dia sudah mengenali Celine.Sementara lencana itu ....Andreas menunduk dan kembali berkata, "Awalnya aku pikir ini uang zaman dulu, tapi suatu hari aku melihat di dalamnya ada sesuatu.""Pasti dia!""Pasti dia sengaja melakukan sesuatu. Waktu itu dia nggak suka dengan gambar di lencana ini, tapi nggak rela membuangnya. Aku tahu, lencana ini sangat penting untuknya, dia sepertinya terus menghindar dari semua yang berhubungan dengan lencana ini. Membuat lencana ini jadi koin kuno memang seperti hal yang akan dia lakukan."Di benak Donny muncul sosok wanita yang telah dia cintai selama ini, matanya juga berubah lembut."Selama bertahun-tahun, aku terus mencari dia. Dari informasi yang kudapat, waktu itu dia hamil. Tapi selain informasi ini, dia seakan-akan menghilang dari dun
Tidak hanya Celine.Donny juga berkata yakin, "Benar, kita saling kenal!""Ke ... kenal?"Albert tidak mengerti, pamannya baru kemarin datang ke Mastika, mereka kenapa bisa saling kenal?Kebingungan di hatinya semakin besar.Saat ini, Donny malas menjelaskan. Dia menatap Celine lekat-lekat, seakan-akan ingin melihatnya dari awal.Bahkan Celine juga menyadari ada yang aneh dari tatapannya."Celly .... Bagus, bagus, aku harusnya sudah mengenalimu dari awal, tapi sekarang juga nggak terlambat ...." Donny jelas terlihat sangat semangat.Bahkan Albert juga tidak pernah melihat Donny yang seperti ini.Dari yang Albert tahu, Donny orang yang sangat tenang, tidak pernah menunjukkan emosinya.Melihat Donny sepertinya mau menggandeng tangan Celine, Albert refleks mengulurkan tangannya lalu mengadang di depan Celine. "Paman, Celly itu adikku!"Pamannya ini apa tidak terlalu semangat?Donny mengernyit lalu memelototi Albert.Albert tidak peduli dan langsung menarik Celine lalu mengumumkan ke semua
Salah?Apanya yang salah?Donny lihat Albert dan berkata, "Kamu juga salah."Albert terdiam.Apa Paman tidak mengakui Celine?"Paman, Celly ...." Albert sudah mengakui Celine sebagai adik. Kalaupun keluarganya nggak setuju, hal ini tetap tidak berubah.Dia bisa pakai caranya agar Celine tidak dipandang rendah orang.Namun, sebelum dia selesai bicara, tatapan Donny sudah tertuju pada Celine."Celly ...." Donny menggumamkan nama ini, tatapannya juga jadi semakin lembut. "Kemarin di Gunung Prana, aku kayaknya pernah bilang, kalau aku punya anak, bakal namain dia Celine juga?"Celine tentu saja ingat.Donny juga sempat mengungkit istrinya."Dia ternyata benar-benar menamaimu Celine!"Donny seakan-akan teringat orang yang sangat dia cintai itu.Namun, kata-katanya membuat semua orang di sana kebingungan.Apa maksud ... kata-katanya ini?Bahkan Celine dan Albert juga tidak mengerti."Paman, siapa maksudmu?" tanya Albert.Teringat ucapan aneh pamannya terhadap Celine tadi, Albert semakin sada
"Celly, jangan takut!"Lala menarik Celine ke belakangnya lalu menghadap ke Donny dengan penuh waspada. "Pak, kamu nggak punya bukti jangan ngomong sembarangan. Celly itu orang Keluarga Nadine, kamu tiba-tiba mengakui orang lain jadi anak, kayaknya punya niat jahat.""Celly, ayo kita pergi!"Lala langsung menarik Celine pergi.Saat ini dia cuma ingin membawa Celine pergi dari sini.Kalau Celine pergi, berarti dia menunjukkan kalau dia tidak mengakui dirinya adalah putri Donny!Lala sangat terburu-buru.Namun, Albert mana mungkin membiarkan Celine pergi?Lala baru saja jalan beberapa langkah, Albert sudah berdiri di hadapannya.Sebelum Albert mengatakan sesuatu, suara Donny sudah terdengar. "Siapa bilang nggak ada bukti?"Ada bukti?Genggaman tangan Lala mengerat. Kalau benar ada bukti, apa yang harus dia lakukan?"Kenyataan kalau dia putriku sebenarnya nggak perlu dibuktikan ke siapa pun. Tapi nona ini kalau mau bukti, aku dan Celly tinggal melakukan pemeriksaan DNA saja."Donny meliha
"Kakak, kamu benaran kakakku?" gumam Celine. Makna panggilan "kakak" ini sudah berbeda dengan sebelumnya.Albert langsung mengangguk penuh semangat. "Benar, kakak kandung!"Albert teringat persaingannya dengan Hansen dulu, entah kenapa jadi merasa lebih percaya diri. Dia itu kakak kandung, sedangkan Hansen ....Heh!Celine itu putri Keluarga Tjangnaka, sudah tidak perlu identitas "cucu angkat" dari Keluarga Nadine lagi!"Celly, kamu itu putri Keluarga Tjangnaka. Seluruh Keluarga Tjangnaka itu punyamu," ujar Albert lantang."Benar Celly, aku akhirnya menemukanmu." Tatapan Donny tidak pernah meninggalkan Celine, dia berusaha menahan kesenangan di hatinya.Takut Celine tidak terbiasa dengan "semangatnya".Namun, dia tetap tidak bisa mengendalikan emosinya seutuhnya, tetap terlihat sedikit dari luar.Suaranya membuat hati Celine seakan bergetar.Mungkin tadi dia agak ragu, tapi ketika melihat Andreas, semua keraguannya hilang.Saat ini, dia baru mengerti ucapan Gian kepadanya pas baru data
Lala seakan-akan tidak rela Celine direbut orang lain.Kalau saat ini Hansen yang menghentikan dan berhasil, Celine akan kehilangan Keluarga Tjangnaka. Kalau gagal, juga bisa membuat Hansen marah.Lala sangat senang berhasil memikirkan ide ini.Seperti yang dia duga, ekspresi Hansen semakin jelek.Melihat Hansen melangkah maju, Lala menggenggam erat tangannya. "Kak, kau mau ngapain?"Hansen menunduk lalu menepuk tangan Lala.Lala perlahan-lahan melepas tangannya. Ketika Hansen sudah berbalik sepenuhnya dan kembali maju, kekhawatiran di matanya baru menghilang.Digantikan dengan ekspresi menantikan.Dia menantikan Hansen menghentikan semua ini, juga menantikan pilihan Celine.Orang-orang di sekitar Donny, Celine dan Albert terus menyelamati mereka.Bahkan Yuni juga ingin maju.Tadi, fokusnya hanya tertuju pada Donny. Namun sekarang, dia sedang melihat Celine dengan tatapan penuh semangat."Celine ini ...."Bahkan Yuni juga terkejut, bahkan mulai menggumam tanpa sadar. "Nggak kusangka di
Dia segera berjalan keluar dari balik Albert ke hadapan Hansen. "Kak, di hatiku kamu juga keluargaku."Hansen dari dulu sudah jadi keluarganya!Hansen tersenyum puas lalu melihat Albert dengan tatapan sombong.Namun hanya sekilas, lalu dia berkata, "Celly, Kakek di surga pasti juga sangat senang melihatmu menemukan keluargamu."Teringat Kakek, tatapan Celine juga jadi gelap. "Apa benar Kakek juga senang?""Tentu saja, nggak hanya senang, dia juga ....""Kakak!"Hansen baru bicara sampai setengah ketika suara serak Lala terdengar, lalu dia pun berlari keluar dari kerumunan.Awalnya Lala mengira Hansen maju akan menyebabkan konflik antara dia dan Keluarga Tjangnaka.Namun dilihat dari situasi ini, jelas tidak berkembang sesuai dengan yang dia harapkan.Tidak hanya itu ....Waktu Hansen mengungkit Richard, Lala merasakan firasat buruk, jadi dia segera maju untuk menghentikannya.Namun, aksinya ini membuat Hansen mengernyit.Lala sadar lalu seketika tidak tahu bagaimana menutupi tujuannya.
Setelah mendapat izin dari Hansen, Hasan tidak berlama-lama lagi.Di bawah tatapan semua orang, dia kembali menghadap Celine. "Nona, aku pengacara pribadi Tuan Richard pas dia masih hidup, penanggung jawabnya untuk segala hal yang berhubungan dengan hukum. Tuan Richard sempat membuat surat wasiat ...."Pak Hasan membuka salah satu amplop dokumen.Namun, Celine malah bingung.Dia tentu saja tahu tentang surat wasiat Kakek itu.Di Binara, Pak Hasan sudah pernah mengumumkannya, tapi kenapa .... Apa masih ada surat wasiat yang lain?Kemudian, Hasan sudah mengumumkan isi surat wasiat itu. "Semua harta saya, Richard Nadine, akan diwariskan oleh cucu perempuan kandung saya seorang."Sama seperti surat wasiat yang dia umumkan di Binara dulu.Tidak berbeda satu kata pun.Namun, Kakek sudah memastikan kalau Lily bukan cucu kandungnya, apalagi sekarang Lily tidak ada di sini, apa maksud Pak Hasan kembali mengungkit surat wasiat ini?Celine melihat Hansen dengan bingung. "Kak ...."Firasatnya berk