Donny mengatakannya dengan santai, tapi dari nada suaranya, terdengar penyesalan yang tidak bisa disembunyikan.Celine menyadari hal ini dan mulai menghiburnya. "Mungkin suatu hari akan ketemu!"Donny tertegun sejenak.Dia menatap mata Celine, seketika kehilangan fokus. "Benar, mungkin suatu hari akan ketemu!"Apakah hari itu akan datang?Donny menghirup napas dalam-dalam."Celine, kamu mau mencari temanmu, tapi di gunung ini banyak jalanan bercabang, sangat mudah tersesat. Sangat berbahaya kalau kamu bertemu orang seperti tadi lagi. Kalau kamu percaya padaku, aku temani kamu mencari temanmu."Donny menyingkirkan pikiran di benaknya.Entah kenapa, dia tidak ingin berpisah dengan gadis bernama Celine ini."Apa nggak merepotkanmu?" Celine tentu saja percaya padanya.Tidak hanya itu, saat melihat pria ini, Celine merasa sangat akrab dengannya.Donny tertawa sambil berkata, "Tentu saja nggak, hari ini aku kosong seharian. Selain itu, aku datang ke sini juga untuk mencari istriku. Waktu dia
Bagaimana mungkin ...."Kamu nggak percaya? Kelihatannya si Lala itu sangat pintar berpura-pura, atau mungkin memang hanya kebetulan." Donny dalam hati tahu kalau kemungkinan ini hanya kebetulan sangat kecil.Suasana di Gunung Prana hari ini sangat aneh.Setiap persimpangan selalu ada orang.Hanya orang dengan kekuasaan tinggi baru bisa melakukannya.Jalan mana pun yang dipilih Celine, asalkan dia hanya seorang diri, pasti bukan lawan seorang pria kekar. Di hutan seperti ini, kecelakaan seperti apa pun mungkin terjadi.Saat itu, benar-benar hanya dianggap "kecelakaan".Donny tiba-tiba berhenti lalu melihat Celine. "Masih mau mencarinya?"Suara itu menyadarkan Celine dari lamunannya.Mata Celine berkelebat, dia ragu-ragu sejenak lalu membuat keputusan. "Nggak, mungkin kakakku sudah menemukannya. Hari ini kami datang ke Gunung Prana sebenarnya karena waktu Kakek masih hidup, dia selalu datang mendaki gunung ini setiap tahun di hari yang sama."Celine melihat ke puncak gunung. "Kakek data
Sayangnya dia bukan Lala.Hal yang dia inginkan juga bukan hanya Hansen!Dia bersandar di punggung Hansen, tapi pikirannya penuh dengan Celine.Celine terpisah sudah selama ini, kenapa masih bisa menelepon Hansen?Nyonya jelas-jelas bilang asalkan Celine terpisah, ke mana pun dia pergi, pasti akan ada "kecelakaan".Namun, orang yang merencanakan semua ini bukan Nyonya, tapi orang lain.Apa orang itu tidak melakukannya dengan baik?Lala mulai merasa cemas, tapi perlahan-lahan dia menenangkan dirinya. Waktu masih pagi, mungkin mereka belum mulai!Karena setiap jalan sudah ada orang, "kecelakaan" ini seharusnya bakal berhasil.Mungkin nanti sesampainya di puncak gunung, dia dan Hansen tidak akan bertemu dengan Celine!Di kaki gunung.Di dalam sebuah bus kecil yang sama sekali tidak mencolok, Inez memasang ekspresi gusar.Tadi dia menerima beberapa telepon, mendapatkan kabar kalau semuanya gagal.Saat tanya alasan, hanya karena Celine bukan seorang diri, masih ada seorang pria paruh baya y
"Maaf Celly, nggak seharusnya aku meninggalkan kamu sendiri. Kalau sampai ... kalau ...." Teringat bahaya yang mungkin terjadi, Hansen merasa kakinya lemas."Untunglah, nggak terjadi apa-apa ...."Hansen terus berbicara.Sejak melihat Hansen, Celine sama sekali tidak punya kesempatan bicara.Dia tidak menyangka Hansen sekhawatir ini padanya!"Kak, lihat, aku baik-baik saja. Pagi-pagi begini memangnya bisa ada apa? Aku bukan anak kecil umur tiga tahun, Kak, lihat ...."Celine melepaskan diri dari pelukan Hansen.Dia ingin menenangkan Hansen, jadi dia berputar dengan nakal. "Baik-baik saja, 'kan?"Hati Hansen akhirnya benar-benar lega.Melihat Celine, matanya penuh dengan rasa puas.Tiba-tiba, Celine menyadari sesuatu lalu melihat ke Donny. Kemudian, dia segera menarik Hansen. "Kak, ini namanya Tuan Donny, tadi dia ...."Celine awalnya mau mengatakan "menolongnya".Namun, dia tidak mau Hansen khawatir lagi, jadi dia segera mengubah kata-katanya. "Dia membantuku, terus menemaniku naik gun
"Kakak mengkhawatirkanmu, aku juga!"Khawatir?Apa benar Lala mengkhawatirkannya?Kedinginan yang muncul sekilas tadi terus terbayang-bayang di benak Celine.Waktu dia sedang berpikir, di belakang terdengar suara Donny."Lala? Namamu Lala?" Donny sudah sekian lama tidak mendengar nama ini disebut orang lain.Ekspresinya terlihat sangat bersemangat.Hansen, Celine dan Lala langsung menoleh melihatnya dengan ekspresi bingung."Namamu Lala?"Karena tidak dijawab, Donny bertanya lagi.Lala langsung panik, dia mengira dia ketahuan pura-pura jadi Lala. Namun, setelah berpikir lama, dia tidak ingat di data yang diberi Nyonya ada seorang pria paruh baya.Oleh karena itu, dia memberanikan diri."Benar, namaku Lala. Tuan, apakah ada yang salah?" Lala berusaha untuk bersikap sopan.Donny menatapnya dan mengamatinya dengan teliti, seakan-akan ingin mencari sosok seseorang darinya.Namun ....Perlahan-lahan, mata Donny kembali suram, dia tenang kembali. "Maaf, aku biasanya memanggil istriku Lala ju
Namun, setelahnya juga langsung ditelan oleh Hansen.Sekarang, situasi Grup Nadine hampir semuanya sudah dikendalikan oleh Hansen.Jessy tidak rela, Carla juga sama.Namun, sejak Lala kembali, ambisi Carla tiba-tiba menghilang.Dia sudah tidak ingin rebutan!Hari ini di Gunung Prana, dia juga sama sekali tidak berniat buruk.Namun, tetap ada orang yang tidak mau melepaskannya."Nona ... Pertama Keluarga Nadine?"Suara serak itu terdengar dari belakang, membuat Carla tertegun.Begitu berbalik, dia melihat Lala.Hanya saja, Lala tidak secerah di depan orang-orang, di wajahnya terlihat senyuman sinis.Dagunya terangkat tinggi, wajahnya dipenuhi ekspresi merendahkan.Ejekan di matanya sama persis seperti yang ada di ingatannya."Lala ... kamu benaran Lala!" Carla tertawa.Sejak Lala muncul di acara pelelangan waktu itu, Carla sempat berharap kalau orang yang pulang ini bukan Lala yang asli.Namun, ketika melihat ekspresi yang sama persis di wajah Lala setiap hanya ada mereka berdua, dia ya
"Aku sewa kamu selama semalam, harganya terserah kamu."Di Bar Artemis, Celine Maira meminum minuman yang diberi obat!Seluruh tubuhnya terasa panas. Sebelum dia mempermalukan diri sendiri di depan semua orang, dia memilih pria yang ada di depannya ini.Bar Artemis adalah bar terkenal di Kota Binara yang menyediakan gigolo. Para pria di sini berusaha keras untuk menyenangkan hati tamu-tamu wanita yang ada di sisinya. Hanya pria ini yang duduk sendirian di meja sudut.Pria ini memakai kemeja satin berwarna hitam, wajahnya tampan dan terlihat berwibawa, auranya sangat tidak cocok dengan bar ini.Hanya saja, tatapannya melihat Celine terlihat kesal.Apa pria ini khawatir dia tidak sanggup bayar?"Kamu tenang saja, aku ini kaya banget." Celine ingin mengeluarkan kartu di tasnya untuk membuktikan kekayaannya.Namun, tiba-tiba kakinya lemas dan dia pun jatuh menimpa pria itu.Langsung terlihat kegusaran di mata Andreas Jayadi. Dia menganggap Celine seperti para wanita yang sebelumnya mempers
Satu jam kemudian, Andreas bangun.Di bawah selimut, tidak ada apa-apa selain pakaian dalam.Tidak hanya itu, wanita itu bahkan mencuri bajunya!Wajah Andreas langsung gusar.Begitu masuk, James Rianto langsung melihat Andreas yang berbaring di kasur berantakan dengan wajah gusar. Kemudian, dia melihat ada gaun merah yang sudah robek di lantai dan langsung sadar apa yang terjadi."Kamu ini ... sudah berubah?"Semua orang tahu Tuan Muda Ketiga Keluarga Jayadi ini tidak suka wanita. Meski begitu, tetap ada banyak wanita yang ingin tidur dengannya.Selama ini, Andreas selalu bersikap dingin dan tidak berperasaan pada wanita. Tidak pernah ada wanita yang berhasil tidur seranjang dengannya.Namun, jelas terlihat semalam olahraganya sangat ekstrem!Kemarin malam, ketika James mendapat panggilan dari Andreas, dia sedang mabuk. Sampai tadi pagi sudah sadar, dia baru ingat Andreas menyuruhnya mengirimkan dokter pribadi.Satu bulan sebelumnya, Andreas membersihkan para keluarga-keluarga cabang d