Suara teriakan kesakitan bergema di hutan, mengejutkan para burung.Namun, pukulan ini tidak membuat pria itu pingsan.Dia menahan rasa sakit dan melihat orang yang memukulnya adalah pria paruh baya yang tadi beristirahat di pos."Kamu ...." Pria itu memasang ekspresi galak sambil memelototi pria paruh baya itu seakan-akan ingin membunuhnya.Namun, sebelum dia sempat bertindak, Celine mengambil sebuah batu lalu memukul pria itu seperti pria paruh baya tadi.Tubuh pria itu langsung membeku.Dia sepertinya tidak menyangka Celine akan bertindak. Dia ingin berbalik, tapi baru sampai setengah, dia akhirnya pingsan.Suasananya langsung hening.Celine ketakutan.Melihat pria yang berbaring di tanah, dia terpikirkan sesuatu. Tepat ketika dia mau memeriksa napas pria itu untuk memastikan dia masih hidup,pria paruh baya lebih dulu turun tangan."Belum mati." Donny memeriksa napas pria itu, gerakannya tegas. Meski sudah lima puluhan tahun, gerakannya masih sangat lincah.Celine melihat Donny mem
Donny mengatakannya dengan santai, tapi dari nada suaranya, terdengar penyesalan yang tidak bisa disembunyikan.Celine menyadari hal ini dan mulai menghiburnya. "Mungkin suatu hari akan ketemu!"Donny tertegun sejenak.Dia menatap mata Celine, seketika kehilangan fokus. "Benar, mungkin suatu hari akan ketemu!"Apakah hari itu akan datang?Donny menghirup napas dalam-dalam."Celine, kamu mau mencari temanmu, tapi di gunung ini banyak jalanan bercabang, sangat mudah tersesat. Sangat berbahaya kalau kamu bertemu orang seperti tadi lagi. Kalau kamu percaya padaku, aku temani kamu mencari temanmu."Donny menyingkirkan pikiran di benaknya.Entah kenapa, dia tidak ingin berpisah dengan gadis bernama Celine ini."Apa nggak merepotkanmu?" Celine tentu saja percaya padanya.Tidak hanya itu, saat melihat pria ini, Celine merasa sangat akrab dengannya.Donny tertawa sambil berkata, "Tentu saja nggak, hari ini aku kosong seharian. Selain itu, aku datang ke sini juga untuk mencari istriku. Waktu dia
Bagaimana mungkin ...."Kamu nggak percaya? Kelihatannya si Lala itu sangat pintar berpura-pura, atau mungkin memang hanya kebetulan." Donny dalam hati tahu kalau kemungkinan ini hanya kebetulan sangat kecil.Suasana di Gunung Prana hari ini sangat aneh.Setiap persimpangan selalu ada orang.Hanya orang dengan kekuasaan tinggi baru bisa melakukannya.Jalan mana pun yang dipilih Celine, asalkan dia hanya seorang diri, pasti bukan lawan seorang pria kekar. Di hutan seperti ini, kecelakaan seperti apa pun mungkin terjadi.Saat itu, benar-benar hanya dianggap "kecelakaan".Donny tiba-tiba berhenti lalu melihat Celine. "Masih mau mencarinya?"Suara itu menyadarkan Celine dari lamunannya.Mata Celine berkelebat, dia ragu-ragu sejenak lalu membuat keputusan. "Nggak, mungkin kakakku sudah menemukannya. Hari ini kami datang ke Gunung Prana sebenarnya karena waktu Kakek masih hidup, dia selalu datang mendaki gunung ini setiap tahun di hari yang sama."Celine melihat ke puncak gunung. "Kakek data
Sayangnya dia bukan Lala.Hal yang dia inginkan juga bukan hanya Hansen!Dia bersandar di punggung Hansen, tapi pikirannya penuh dengan Celine.Celine terpisah sudah selama ini, kenapa masih bisa menelepon Hansen?Nyonya jelas-jelas bilang asalkan Celine terpisah, ke mana pun dia pergi, pasti akan ada "kecelakaan".Namun, orang yang merencanakan semua ini bukan Nyonya, tapi orang lain.Apa orang itu tidak melakukannya dengan baik?Lala mulai merasa cemas, tapi perlahan-lahan dia menenangkan dirinya. Waktu masih pagi, mungkin mereka belum mulai!Karena setiap jalan sudah ada orang, "kecelakaan" ini seharusnya bakal berhasil.Mungkin nanti sesampainya di puncak gunung, dia dan Hansen tidak akan bertemu dengan Celine!Di kaki gunung.Di dalam sebuah bus kecil yang sama sekali tidak mencolok, Inez memasang ekspresi gusar.Tadi dia menerima beberapa telepon, mendapatkan kabar kalau semuanya gagal.Saat tanya alasan, hanya karena Celine bukan seorang diri, masih ada seorang pria paruh baya y
"Maaf Celly, nggak seharusnya aku meninggalkan kamu sendiri. Kalau sampai ... kalau ...." Teringat bahaya yang mungkin terjadi, Hansen merasa kakinya lemas."Untunglah, nggak terjadi apa-apa ...."Hansen terus berbicara.Sejak melihat Hansen, Celine sama sekali tidak punya kesempatan bicara.Dia tidak menyangka Hansen sekhawatir ini padanya!"Kak, lihat, aku baik-baik saja. Pagi-pagi begini memangnya bisa ada apa? Aku bukan anak kecil umur tiga tahun, Kak, lihat ...."Celine melepaskan diri dari pelukan Hansen.Dia ingin menenangkan Hansen, jadi dia berputar dengan nakal. "Baik-baik saja, 'kan?"Hati Hansen akhirnya benar-benar lega.Melihat Celine, matanya penuh dengan rasa puas.Tiba-tiba, Celine menyadari sesuatu lalu melihat ke Donny. Kemudian, dia segera menarik Hansen. "Kak, ini namanya Tuan Donny, tadi dia ...."Celine awalnya mau mengatakan "menolongnya".Namun, dia tidak mau Hansen khawatir lagi, jadi dia segera mengubah kata-katanya. "Dia membantuku, terus menemaniku naik gun
"Kakak mengkhawatirkanmu, aku juga!"Khawatir?Apa benar Lala mengkhawatirkannya?Kedinginan yang muncul sekilas tadi terus terbayang-bayang di benak Celine.Waktu dia sedang berpikir, di belakang terdengar suara Donny."Lala? Namamu Lala?" Donny sudah sekian lama tidak mendengar nama ini disebut orang lain.Ekspresinya terlihat sangat bersemangat.Hansen, Celine dan Lala langsung menoleh melihatnya dengan ekspresi bingung."Namamu Lala?"Karena tidak dijawab, Donny bertanya lagi.Lala langsung panik, dia mengira dia ketahuan pura-pura jadi Lala. Namun, setelah berpikir lama, dia tidak ingat di data yang diberi Nyonya ada seorang pria paruh baya.Oleh karena itu, dia memberanikan diri."Benar, namaku Lala. Tuan, apakah ada yang salah?" Lala berusaha untuk bersikap sopan.Donny menatapnya dan mengamatinya dengan teliti, seakan-akan ingin mencari sosok seseorang darinya.Namun ....Perlahan-lahan, mata Donny kembali suram, dia tenang kembali. "Maaf, aku biasanya memanggil istriku Lala ju
Namun, setelahnya juga langsung ditelan oleh Hansen.Sekarang, situasi Grup Nadine hampir semuanya sudah dikendalikan oleh Hansen.Jessy tidak rela, Carla juga sama.Namun, sejak Lala kembali, ambisi Carla tiba-tiba menghilang.Dia sudah tidak ingin rebutan!Hari ini di Gunung Prana, dia juga sama sekali tidak berniat buruk.Namun, tetap ada orang yang tidak mau melepaskannya."Nona ... Pertama Keluarga Nadine?"Suara serak itu terdengar dari belakang, membuat Carla tertegun.Begitu berbalik, dia melihat Lala.Hanya saja, Lala tidak secerah di depan orang-orang, di wajahnya terlihat senyuman sinis.Dagunya terangkat tinggi, wajahnya dipenuhi ekspresi merendahkan.Ejekan di matanya sama persis seperti yang ada di ingatannya."Lala ... kamu benaran Lala!" Carla tertawa.Sejak Lala muncul di acara pelelangan waktu itu, Carla sempat berharap kalau orang yang pulang ini bukan Lala yang asli.Namun, ketika melihat ekspresi yang sama persis di wajah Lala setiap hanya ada mereka berdua, dia ya
Carla pun berlutut."He ... hehe ...." Lala sangat puas.Carla benar-benar berlutut padanya!Dia tidak lupa video yang diputar di Binara dulu.Saat itu, dia ditonton, ditertawai, diremehkan, dicibir semua orang ....Dia mengira orang yang memutar video itu adalah Celine, tapi setelah itu dia baru tahu kalau pelakunya itu Carla!Oleh karena itu, hanya berlutut saja mana cukup?Lala menyipitkan matanya dan berkata, "Terus?"Terus?Carla tertegun sejenak, sudah berlutut belum cukup?Selain berlutut, dia mau ....Setelah menyadari sesuatu, Carla mendongak dan bertatapan dengan Lala, seketika yakin dengan tebakannya.Berlutut tidak cukup, Lala mau dia bersujud?"Kenapa, nggak mau? Kalau begitu, permohonan ampunmu ini sama sekali nggak tulus."Lala mendengus dingin sambil melihat amarah dan pemberontakan di wajah Carla. Dia tahu Carla pasti akan mengikuti permintaannya.Seperti yang dia duga ....Setelah marah dan ingin memberontak sejenak, akhirnya Carla menunduk lalu terus turun ke bawah d