Celine tertegun, tapi dia segera mengabaikan kegelisahannya dan berkata, "Di mana kamu melihatnya?"Pria itu menunjuk ke arah atas sambil berkata, "Di sana, ada seorang gadis yang tingginya hampir sama denganmu, lumayan cantik. Kakinya kayaknya terkilir, dia duduk di sana, nggak bergerak."Pria itu bicara dengan tenang.Celine langsung berterima kasih. "Terima kasih."Pria itu tidak membalasnya, melainkan kembali menutup mata, kembali beristirahat.Celine mengikuti arah yang ditunjuk pria tadi, naik lewat tangga. Selama perjalanan, dia terus memperhatikan sekelilingnya, takut tidak melihat Lala.Tidak lama setelah dia pergi,pria yang tadi menutup mata kembali membuka mata, lalu berjalan ke arah Celine pergi tadi.Sementara pria yang tersisa itu ....Sejak Celine mendekati pos istirahat ini dan melihat sepasang mata itu, Donny langsung tertegun.Setelah itu, tatapannya terus mengikuti Celine.Di benaknya hanya ada satu suara.Gadis ini ... sangat mirip! Benar-benar mirip!Sampai-sampai
Suara teriakan kesakitan bergema di hutan, mengejutkan para burung.Namun, pukulan ini tidak membuat pria itu pingsan.Dia menahan rasa sakit dan melihat orang yang memukulnya adalah pria paruh baya yang tadi beristirahat di pos."Kamu ...." Pria itu memasang ekspresi galak sambil memelototi pria paruh baya itu seakan-akan ingin membunuhnya.Namun, sebelum dia sempat bertindak, Celine mengambil sebuah batu lalu memukul pria itu seperti pria paruh baya tadi.Tubuh pria itu langsung membeku.Dia sepertinya tidak menyangka Celine akan bertindak. Dia ingin berbalik, tapi baru sampai setengah, dia akhirnya pingsan.Suasananya langsung hening.Celine ketakutan.Melihat pria yang berbaring di tanah, dia terpikirkan sesuatu. Tepat ketika dia mau memeriksa napas pria itu untuk memastikan dia masih hidup,pria paruh baya lebih dulu turun tangan."Belum mati." Donny memeriksa napas pria itu, gerakannya tegas. Meski sudah lima puluhan tahun, gerakannya masih sangat lincah.Celine melihat Donny mem
Donny mengatakannya dengan santai, tapi dari nada suaranya, terdengar penyesalan yang tidak bisa disembunyikan.Celine menyadari hal ini dan mulai menghiburnya. "Mungkin suatu hari akan ketemu!"Donny tertegun sejenak.Dia menatap mata Celine, seketika kehilangan fokus. "Benar, mungkin suatu hari akan ketemu!"Apakah hari itu akan datang?Donny menghirup napas dalam-dalam."Celine, kamu mau mencari temanmu, tapi di gunung ini banyak jalanan bercabang, sangat mudah tersesat. Sangat berbahaya kalau kamu bertemu orang seperti tadi lagi. Kalau kamu percaya padaku, aku temani kamu mencari temanmu."Donny menyingkirkan pikiran di benaknya.Entah kenapa, dia tidak ingin berpisah dengan gadis bernama Celine ini."Apa nggak merepotkanmu?" Celine tentu saja percaya padanya.Tidak hanya itu, saat melihat pria ini, Celine merasa sangat akrab dengannya.Donny tertawa sambil berkata, "Tentu saja nggak, hari ini aku kosong seharian. Selain itu, aku datang ke sini juga untuk mencari istriku. Waktu dia
Bagaimana mungkin ...."Kamu nggak percaya? Kelihatannya si Lala itu sangat pintar berpura-pura, atau mungkin memang hanya kebetulan." Donny dalam hati tahu kalau kemungkinan ini hanya kebetulan sangat kecil.Suasana di Gunung Prana hari ini sangat aneh.Setiap persimpangan selalu ada orang.Hanya orang dengan kekuasaan tinggi baru bisa melakukannya.Jalan mana pun yang dipilih Celine, asalkan dia hanya seorang diri, pasti bukan lawan seorang pria kekar. Di hutan seperti ini, kecelakaan seperti apa pun mungkin terjadi.Saat itu, benar-benar hanya dianggap "kecelakaan".Donny tiba-tiba berhenti lalu melihat Celine. "Masih mau mencarinya?"Suara itu menyadarkan Celine dari lamunannya.Mata Celine berkelebat, dia ragu-ragu sejenak lalu membuat keputusan. "Nggak, mungkin kakakku sudah menemukannya. Hari ini kami datang ke Gunung Prana sebenarnya karena waktu Kakek masih hidup, dia selalu datang mendaki gunung ini setiap tahun di hari yang sama."Celine melihat ke puncak gunung. "Kakek data
Sayangnya dia bukan Lala.Hal yang dia inginkan juga bukan hanya Hansen!Dia bersandar di punggung Hansen, tapi pikirannya penuh dengan Celine.Celine terpisah sudah selama ini, kenapa masih bisa menelepon Hansen?Nyonya jelas-jelas bilang asalkan Celine terpisah, ke mana pun dia pergi, pasti akan ada "kecelakaan".Namun, orang yang merencanakan semua ini bukan Nyonya, tapi orang lain.Apa orang itu tidak melakukannya dengan baik?Lala mulai merasa cemas, tapi perlahan-lahan dia menenangkan dirinya. Waktu masih pagi, mungkin mereka belum mulai!Karena setiap jalan sudah ada orang, "kecelakaan" ini seharusnya bakal berhasil.Mungkin nanti sesampainya di puncak gunung, dia dan Hansen tidak akan bertemu dengan Celine!Di kaki gunung.Di dalam sebuah bus kecil yang sama sekali tidak mencolok, Inez memasang ekspresi gusar.Tadi dia menerima beberapa telepon, mendapatkan kabar kalau semuanya gagal.Saat tanya alasan, hanya karena Celine bukan seorang diri, masih ada seorang pria paruh baya y
"Maaf Celly, nggak seharusnya aku meninggalkan kamu sendiri. Kalau sampai ... kalau ...." Teringat bahaya yang mungkin terjadi, Hansen merasa kakinya lemas."Untunglah, nggak terjadi apa-apa ...."Hansen terus berbicara.Sejak melihat Hansen, Celine sama sekali tidak punya kesempatan bicara.Dia tidak menyangka Hansen sekhawatir ini padanya!"Kak, lihat, aku baik-baik saja. Pagi-pagi begini memangnya bisa ada apa? Aku bukan anak kecil umur tiga tahun, Kak, lihat ...."Celine melepaskan diri dari pelukan Hansen.Dia ingin menenangkan Hansen, jadi dia berputar dengan nakal. "Baik-baik saja, 'kan?"Hati Hansen akhirnya benar-benar lega.Melihat Celine, matanya penuh dengan rasa puas.Tiba-tiba, Celine menyadari sesuatu lalu melihat ke Donny. Kemudian, dia segera menarik Hansen. "Kak, ini namanya Tuan Donny, tadi dia ...."Celine awalnya mau mengatakan "menolongnya".Namun, dia tidak mau Hansen khawatir lagi, jadi dia segera mengubah kata-katanya. "Dia membantuku, terus menemaniku naik gun
"Kakak mengkhawatirkanmu, aku juga!"Khawatir?Apa benar Lala mengkhawatirkannya?Kedinginan yang muncul sekilas tadi terus terbayang-bayang di benak Celine.Waktu dia sedang berpikir, di belakang terdengar suara Donny."Lala? Namamu Lala?" Donny sudah sekian lama tidak mendengar nama ini disebut orang lain.Ekspresinya terlihat sangat bersemangat.Hansen, Celine dan Lala langsung menoleh melihatnya dengan ekspresi bingung."Namamu Lala?"Karena tidak dijawab, Donny bertanya lagi.Lala langsung panik, dia mengira dia ketahuan pura-pura jadi Lala. Namun, setelah berpikir lama, dia tidak ingat di data yang diberi Nyonya ada seorang pria paruh baya.Oleh karena itu, dia memberanikan diri."Benar, namaku Lala. Tuan, apakah ada yang salah?" Lala berusaha untuk bersikap sopan.Donny menatapnya dan mengamatinya dengan teliti, seakan-akan ingin mencari sosok seseorang darinya.Namun ....Perlahan-lahan, mata Donny kembali suram, dia tenang kembali. "Maaf, aku biasanya memanggil istriku Lala ju
Namun, setelahnya juga langsung ditelan oleh Hansen.Sekarang, situasi Grup Nadine hampir semuanya sudah dikendalikan oleh Hansen.Jessy tidak rela, Carla juga sama.Namun, sejak Lala kembali, ambisi Carla tiba-tiba menghilang.Dia sudah tidak ingin rebutan!Hari ini di Gunung Prana, dia juga sama sekali tidak berniat buruk.Namun, tetap ada orang yang tidak mau melepaskannya."Nona ... Pertama Keluarga Nadine?"Suara serak itu terdengar dari belakang, membuat Carla tertegun.Begitu berbalik, dia melihat Lala.Hanya saja, Lala tidak secerah di depan orang-orang, di wajahnya terlihat senyuman sinis.Dagunya terangkat tinggi, wajahnya dipenuhi ekspresi merendahkan.Ejekan di matanya sama persis seperti yang ada di ingatannya."Lala ... kamu benaran Lala!" Carla tertawa.Sejak Lala muncul di acara pelelangan waktu itu, Carla sempat berharap kalau orang yang pulang ini bukan Lala yang asli.Namun, ketika melihat ekspresi yang sama persis di wajah Lala setiap hanya ada mereka berdua, dia ya
Hilangnya Andreas adalah sebuah rahasia.Namun, Nicholas adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang hal ini.Senyuman Celine berubah kaku sejenak, lalu sebuah senyuman pahit muncul. Dia tidak perlu berpura-pura kuat di depan Nicholas."Belum, tapi dia ... ada di Binara.""Kalau ada di Binara, harusnya sedikit lagi bakal ketemu."Celine menoleh lalu bertatapan dengan Nicholas. "Kak Nicholas, nggak usah khawatir, aku nggak apa-apa. Bagaimana denganmu? Belakangan bagaimana kabarnya? Terus Winny, belakangan ... aku nggak sempat memperhatikan dia."Dia sepertinya sudah sangat lama tidak berinisiatif menghubungi Winny. Setiap kali Winny mencarinya, dia juga tidak pernah menanyakan kondisi Winny.Celine merasa sedikit bersalah.Nicholas menyadari perasaan Celine dan segera menjawab, "Winny sangat baik, dia terapi setiap hari, membaik dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang ke Binara kali ini, dia berpesan padaku minta fotomu terus kirim ke dia, dia sangat merindukanmu."Celine mer
Benar, asalkan bisa menemukan Andreas, semuanya terbayarkan.Mereka saling menyemangati lewat telepon.Setelah mengakhiri panggilan, Celine melihat jam dan langsung teringat hari ini hari apa.Hari ini babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional.Beberapa hari ini, dia fokus mencari Andreas, melupakan soal kompetisi ini.Noni juga tidak mengingatkannya.Celine tahu, pasti Hansen yang ada di Mastika yang berpesan pada Noni jangan mengganggu Celine dengan permasalahan kompetisi.Namun hari ini, dia harus hadir.Celine pun menyemangati dirinya.Setelah selesai mandi dan berpakaian, sebelum dia keluar, dia memakai cincin yang diberikan Andreas padanya.Lokasi babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional ditentukan di tempat yang sama dengan tahun lalu.Pagi-pagi sekali, sudah ada banyak wartawan yang datang.Selain peserta, orang-orang yang boleh masuk adalah para orang berpengaruh di Binara.Sheryn berhasil masuk dan berbaur dengan kerumunan orang.Kalau bukan karena pria yang dia
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta