Bagaimana mungkin ...."Kamu nggak percaya? Kelihatannya si Lala itu sangat pintar berpura-pura, atau mungkin memang hanya kebetulan." Donny dalam hati tahu kalau kemungkinan ini hanya kebetulan sangat kecil.Suasana di Gunung Prana hari ini sangat aneh.Setiap persimpangan selalu ada orang.Hanya orang dengan kekuasaan tinggi baru bisa melakukannya.Jalan mana pun yang dipilih Celine, asalkan dia hanya seorang diri, pasti bukan lawan seorang pria kekar. Di hutan seperti ini, kecelakaan seperti apa pun mungkin terjadi.Saat itu, benar-benar hanya dianggap "kecelakaan".Donny tiba-tiba berhenti lalu melihat Celine. "Masih mau mencarinya?"Suara itu menyadarkan Celine dari lamunannya.Mata Celine berkelebat, dia ragu-ragu sejenak lalu membuat keputusan. "Nggak, mungkin kakakku sudah menemukannya. Hari ini kami datang ke Gunung Prana sebenarnya karena waktu Kakek masih hidup, dia selalu datang mendaki gunung ini setiap tahun di hari yang sama."Celine melihat ke puncak gunung. "Kakek data
Sayangnya dia bukan Lala.Hal yang dia inginkan juga bukan hanya Hansen!Dia bersandar di punggung Hansen, tapi pikirannya penuh dengan Celine.Celine terpisah sudah selama ini, kenapa masih bisa menelepon Hansen?Nyonya jelas-jelas bilang asalkan Celine terpisah, ke mana pun dia pergi, pasti akan ada "kecelakaan".Namun, orang yang merencanakan semua ini bukan Nyonya, tapi orang lain.Apa orang itu tidak melakukannya dengan baik?Lala mulai merasa cemas, tapi perlahan-lahan dia menenangkan dirinya. Waktu masih pagi, mungkin mereka belum mulai!Karena setiap jalan sudah ada orang, "kecelakaan" ini seharusnya bakal berhasil.Mungkin nanti sesampainya di puncak gunung, dia dan Hansen tidak akan bertemu dengan Celine!Di kaki gunung.Di dalam sebuah bus kecil yang sama sekali tidak mencolok, Inez memasang ekspresi gusar.Tadi dia menerima beberapa telepon, mendapatkan kabar kalau semuanya gagal.Saat tanya alasan, hanya karena Celine bukan seorang diri, masih ada seorang pria paruh baya y
"Maaf Celly, nggak seharusnya aku meninggalkan kamu sendiri. Kalau sampai ... kalau ...." Teringat bahaya yang mungkin terjadi, Hansen merasa kakinya lemas."Untunglah, nggak terjadi apa-apa ...."Hansen terus berbicara.Sejak melihat Hansen, Celine sama sekali tidak punya kesempatan bicara.Dia tidak menyangka Hansen sekhawatir ini padanya!"Kak, lihat, aku baik-baik saja. Pagi-pagi begini memangnya bisa ada apa? Aku bukan anak kecil umur tiga tahun, Kak, lihat ...."Celine melepaskan diri dari pelukan Hansen.Dia ingin menenangkan Hansen, jadi dia berputar dengan nakal. "Baik-baik saja, 'kan?"Hati Hansen akhirnya benar-benar lega.Melihat Celine, matanya penuh dengan rasa puas.Tiba-tiba, Celine menyadari sesuatu lalu melihat ke Donny. Kemudian, dia segera menarik Hansen. "Kak, ini namanya Tuan Donny, tadi dia ...."Celine awalnya mau mengatakan "menolongnya".Namun, dia tidak mau Hansen khawatir lagi, jadi dia segera mengubah kata-katanya. "Dia membantuku, terus menemaniku naik gun
"Kakak mengkhawatirkanmu, aku juga!"Khawatir?Apa benar Lala mengkhawatirkannya?Kedinginan yang muncul sekilas tadi terus terbayang-bayang di benak Celine.Waktu dia sedang berpikir, di belakang terdengar suara Donny."Lala? Namamu Lala?" Donny sudah sekian lama tidak mendengar nama ini disebut orang lain.Ekspresinya terlihat sangat bersemangat.Hansen, Celine dan Lala langsung menoleh melihatnya dengan ekspresi bingung."Namamu Lala?"Karena tidak dijawab, Donny bertanya lagi.Lala langsung panik, dia mengira dia ketahuan pura-pura jadi Lala. Namun, setelah berpikir lama, dia tidak ingat di data yang diberi Nyonya ada seorang pria paruh baya.Oleh karena itu, dia memberanikan diri."Benar, namaku Lala. Tuan, apakah ada yang salah?" Lala berusaha untuk bersikap sopan.Donny menatapnya dan mengamatinya dengan teliti, seakan-akan ingin mencari sosok seseorang darinya.Namun ....Perlahan-lahan, mata Donny kembali suram, dia tenang kembali. "Maaf, aku biasanya memanggil istriku Lala ju
Namun, setelahnya juga langsung ditelan oleh Hansen.Sekarang, situasi Grup Nadine hampir semuanya sudah dikendalikan oleh Hansen.Jessy tidak rela, Carla juga sama.Namun, sejak Lala kembali, ambisi Carla tiba-tiba menghilang.Dia sudah tidak ingin rebutan!Hari ini di Gunung Prana, dia juga sama sekali tidak berniat buruk.Namun, tetap ada orang yang tidak mau melepaskannya."Nona ... Pertama Keluarga Nadine?"Suara serak itu terdengar dari belakang, membuat Carla tertegun.Begitu berbalik, dia melihat Lala.Hanya saja, Lala tidak secerah di depan orang-orang, di wajahnya terlihat senyuman sinis.Dagunya terangkat tinggi, wajahnya dipenuhi ekspresi merendahkan.Ejekan di matanya sama persis seperti yang ada di ingatannya."Lala ... kamu benaran Lala!" Carla tertawa.Sejak Lala muncul di acara pelelangan waktu itu, Carla sempat berharap kalau orang yang pulang ini bukan Lala yang asli.Namun, ketika melihat ekspresi yang sama persis di wajah Lala setiap hanya ada mereka berdua, dia ya
Carla pun berlutut."He ... hehe ...." Lala sangat puas.Carla benar-benar berlutut padanya!Dia tidak lupa video yang diputar di Binara dulu.Saat itu, dia ditonton, ditertawai, diremehkan, dicibir semua orang ....Dia mengira orang yang memutar video itu adalah Celine, tapi setelah itu dia baru tahu kalau pelakunya itu Carla!Oleh karena itu, hanya berlutut saja mana cukup?Lala menyipitkan matanya dan berkata, "Terus?"Terus?Carla tertegun sejenak, sudah berlutut belum cukup?Selain berlutut, dia mau ....Setelah menyadari sesuatu, Carla mendongak dan bertatapan dengan Lala, seketika yakin dengan tebakannya.Berlutut tidak cukup, Lala mau dia bersujud?"Kenapa, nggak mau? Kalau begitu, permohonan ampunmu ini sama sekali nggak tulus."Lala mendengus dingin sambil melihat amarah dan pemberontakan di wajah Carla. Dia tahu Carla pasti akan mengikuti permintaannya.Seperti yang dia duga ....Setelah marah dan ingin memberontak sejenak, akhirnya Carla menunduk lalu terus turun ke bawah d
Gian juga melihat mereka.Sekarang tuannya akhirnya bisa tenang.Gian juga ikut lega. Di belakangnya terdengar suara pintu mobil terbuka, lalu Andreas melewati bagian depan mobil dan berlari menghampiri Celine.Senyuman di wajahnya lebih cerah dari matahari hari ini.Gian dan Owen melihatnya langsung bertatapan dan dengan kompak mengangkat alis mereka."Tuan ini ... begitu melihat Nyonya, langsung berubah jadi orang lain!" Gian bingung.Dia tahu cinta sangat kuat, tapi kekuatan ini sepertinya terlalu besar.Owen pun menyindirnya, "Nanti waktu ketemu orang yang kamu suka, mungkin kamu akan mengerti."Orang yang dia suka?Gian dalam hati berharap.Obrolan ini membuat Gian dan Owen rileks, tidak menyadari bahaya yang sedang menanti di luar parkiran....Celine merasa kelopak matanya terus berkedut.Sejak mulai turun gunung, mata kanannya terus berkedut tidak berhenti.Terutama kegelisahan di hatinya juga semakin kuat, seolah-olah akan terjadi suatu hal besar.Hal besar ....Celine teringa
Saat ini, Celine berdiri di dekat jalan raya.Setelah menyeberangi jalan ini, dia akan tiba di parkiran.Celine menunggu lampu merah berubah jadi hijau, tapi meski begitu, dia tidak menginjak jalan raya.Dia melihat ada sebuah mobil yang melaju sangat cepat.Dia berencana menunggu mobil itu berhenti lalu menyeberang, tapi kecepatan mobil itu semakin cepat bahkan sudah naik ke tepi jalan.Mobil itu ... melaju ke arahnya ....Celine refleks ingin menghindar.Namun saat itu, seluruh tubuhnya seakan-akan tidak mendengarkan perintahnya.Dia hanya bisa diam melihat mobil itu semakin dekat ....Apakah dia akan mati?"Celly ...."Dia mendengar teriakan panik.Dia tahu itu suara Hansen.Hansen ingin menyuruhnya menghindar, dia juga tahu, tapi tubuhnya ....Mungkin karena takut, waktu mobil itu sudah mau menabraknya, dia menutup matanya, seakan-akan dengan begitu dia bisa kabur dari kesakitan yang akan dia alami.Kemudian, dia merasakan sebuah dorongan.Namun, dorongan itu tidak seperti sesuatu