Andreas mengernyit dan berkata, "Bukannya kemarin baru bertemu? Nona Lala pelupa?"Lala tertegun sejenak lalu muncul kecanggungan di matanya. "Benar, semalam baru bertemu, tapi semalam terlalu ramai, nggak kayak hari ini ....""Waktu itu di hotel bukannya juga ketemu?" ujar Andreas datar.Sikapnya ini membuat Hansen yang sedang berjalan kemari agak kesal."Andreas, dia Lala!" Hansen memelototi Andreas, seakan-akan sedang mengingatkannya.Namun, Andreas tetap tidak peduli. "Aku tahu, Lala, nona pertama Keluarga Nadine, sebelumnya di hotel kita pernah ketemu, 'kan?""Kamu ....""Kakak ...."Hansen memasang ekspresi tajam, ingin mengatakan sesuatu, tapi Lala malah menyelanya. "Kakak, hari itu aku memang menabrak Andreas. Sebenarnya, waktu itu aku sudah mengenalinya, tapi ...."Muncul kesedihan di mata Lala. "Aku nggak berencana pulang ke Keluarga Nadine, aku nggak berani membiarkannya mengenaliku, juga nggak mau dia mendengar suaraku.""Lala ...." Setiap kali mengungkit suaranya, Hansen p
Di luar ada Hansen dan Lala yang melihat mereka, Andreas berani sekali!Wajah Celine langsung memerah, jantungnya juga berdetak sangat kencang di luar kemauannya. Seketika, Celine lupa memberontak, sampai ketika wajah itu tiba-tiba berhenti.Celine tidak bisa berkata-kata.Napas Andreas berembus di sampingnya, seakan-akan menyadari sesuatu. "Sudah."Sudah?Celine sadar kembali, baru sadar kalau sabuk pengamannya sudah terpasang.Celine kembali tertegun.Dia sangat canggung, kepalanya berdengung, dia bahkan tidak berani melihat orang di sampingnya. Namun, dia tetap bisa melihat senyuman Andreas yang nakal, seakan-akan sedang berkata, cuma pakai sabuk pengaman, jangan berpikir sembarangan!Seketika, wajah Celine semakin memerah.Setelah mobil melaju, Celine baru membuka jendela agar angin berembus di wajahnya, menurunkan suhu tubuhnya.Di luar kediaman Keluarga Nadine,Hansen mengernyit.Dia sudah menerima hubungan Andreas dan Celine, juga sudah menempatkan dirinya di posisi yang seharus
Pria yang sama hebatnya?Di seluruh Mastika, siapa lagi yang punya kedudukan setinggi Andreas?Lala mendongak melihat Hansen lalu merangkul lengannya dengan akrab. "Aku cuma mau tetap di sisi Kakak!"Lala tahu, kali ini, Hansen adalah pendukung terbesarnya, jadi dia harus menggenggamnya erat-erat.Dalam benaknya muncul kata-kata Nyonya."Perasaan Hansen terhadap Lala mungkin nggak hanya perasaan antara adik dan kakak."Tidak hanya perasaan antara adik dan kakak?Bibir Lala membentuk senyuman, dengan menjadi "Lala", harusnya dia bisa mengendalikan pria ini!Dia menempelkan wajahnya di lengan Hansen, tidak menyadari kalau ekspresi Hansen membeku sejenak.Namun, dalam sekejap, Hansen menunjukkan ekspresi puas.Sekarang, Lala sudah pulang, Celly juga berada di tempat yang bisa dia jangkau, apa lagi yang harus dia khawatirkan?...Di dalam mobil mewah,Andreas mengira Celine akan kembali bertanya tentang Lily, tapi dia tidak menyangka sampai sudah tiba di luar rumah sakit, Celine tetap tida
"Kamu sudah lupa dengan janjimu semalam?" Albert terdengar marah.Celine tiba-tiba teringat tentang janji mereka semalam, tapi dia tidak menyangka Albert ternyata orang yang begitu efisien."Kak ...."Teringat dengan janji mereka semalam, Celine ingin bilang, kalaupun sudah janji, tidak perlu sampai ... secepat ini, 'kan?Namun, pemberontakannya diabaikan oleh Albert."Aku sudah mencari tim terapis khusus. Nona Winny sudah tinggal selama ini di rumah sakit, pasti sudah bosan, kebetulan bisa ganti tempat." Kemudian, Albert memberi Celine tatapan penuh peringatan. "Pokoknya begitu!"Seakan-akan kalau Celine mau menolak, dia akan marah besar.Celine tidak bisa berkata-kata.Dia belum memberi tahu Hansen soal ini.Kalau dia pergi begitu saja, apa yang akan Hansen pikirkan?Celine terlihat agak ragu, Albert juga tahu apa yang Celine pikirkan. "Aku bakal jelaskan ke Hansen!"Dia yang jelaskan ke Hansen ....Teringat pertemuan mereka di rumah sakit dan interaksi mereka, bibir Celine langsung
Melihat ekspresi Albert yang semakin jelek, Andreas semakin senang.Setelah berhenti sejenak, Andreas melanjutkan, "Cuma meminjam acara orang lain, takutnya nggak tulus!"Tidak tulus?Andreas bisa-bisanya bilang dia tidak tulus?Albert ingin melawan, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa.Dalam hati, Albert sangat marah, dia tidak ingin Andreas merendahkan ketulusannya terhadap Celine, juga tidak ingin kalah dari Hansen.Perlahan-lahan, Albert menenangkan emosinya.Dia berkata pada Andreas seperti sedang mengumumkan, "Tuan Andreas, terlalu cepat membuat kesimpulan sekarang. Ketulusanku terhadap Celly sebagai adikku ini nggak mungkin kalah dari Keluarga Nadine!""Oh ya?" Andreas mengangkat alisnya.Sebuah kilauan cahaya berkelebat di matanya, jelas dia sudah mendapatkan yang dia mau.Kalau begitu, dia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi.Di kantor pusat Grup Nadine.Belakangan ini Hansen sangat sibuk.Hansen membawa Lala hari ini, tapi hanya meminta sekretarisnya untuk memperkenalkan k
"Kakak ...." Lala tetap tersenyum seperti biasanya.Karena tidak bisa kabur, dia langsung memberanikan diri.Dia yakin, dengan perasaan Hansen terhadap "Lala", Hansen tidak akan mencurigainya.Seperti yang dia duga, Hansen sama sekali tidak merasa ada yang aneh dengan dia duduk di kursinya."Kamu lapar, nggak? Sudah siang, ayo kita pergi makan." Hansen menatap Lala dengan wajah penuh senyuman."Iya, kebetulan aku lapar, aku mau mencoba makanan yang biasa Kakak makan!"Lala berlari ke Hansen dengan penuh semangat, lalu langsung merangkul lengannya dan berjalan keluar dari kantor bersama.Di dalam kantor, ponsel kembali berbunyi, tapi tetap tidak diangkat.Sampai setelah mereka berdua kembali, Lala baru seakan-akan teringat suatu hal yang penting dan segera berlari ke dalam kantor untuk mengambil ponsel itu. Dia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab."Kakak, maaf, aku lupa ... " ujar Lala sambil memasang ekspresi merasa bersalah.Hansen berkata dengan tenang dan lembut, "Untuk apa
Hansen dilema, tapi Lala langsung berkata, "Kakak, rumah sakit sudah dekat, aku pergi sendiri saja. Kakak pergi urus masalah kerjaan dulu, kerjaan lebih penting."Masalah perusahaan tentu saja penting.Hal ini menyangkut keseluruhan usaha Keluarga Nadine.Selama ini, Hansen berusaha keras untuk mendapatkan seluruh hak penentuan setiap bisnis Keluarga Nadine agar dia bisa menyerahkan semuanya ke Celine seperti yang diminta Richard.Sekarang dia sudah sampai di masa paling kritis, tidak boleh ada kesalahan."Oke."Hansen menurunkan Lala di depan rumah sakit lalu melaju pergi.Begitu melihat mobil itu sudah hilang, ekspresi Lala langsung berubah.Setelah Richard mati, Keluarga Nadine terjebak dalam persaingan perebutan harta. Situasinya saat ini adalah Hansen sudah hampir mendapatkan sebagian besar kuasa atas bisnis Keluarga Nadine.Teringat surat wasiat yang ada di laci kantor Hansen tadi, muncul sebuah perkiraan di benak Lala.Jangan-jangan ....Dia mau melaksanakan wasiat Richard denga
Inez ....Dia tahu kenapa belakangan ini Inez selalu menemani Yuni.Dari jauh, Fera melihat Inez mengatakan sesuatu ke Yuni dengan penuh emosi, lalu pergi dengan emosi menggebu-gebu.Kelihatannya Yuni lagi-lagi tidak menyetujui permintaan Inez!Fera mengangkat alisnya.Tak lama kemudian, dia mendengar suara Inez membanting-banting barang. Setelah itu, terdengar suara sepatu hak tinggi menaiki tangga.Inez sudah naik.Fera tersenyum tipis lalu berjalan keluar.Kemudian, dia memanggil Inez tepat sebelum Inez masuk ke kamar. "Inez ...."Inez berhenti lalu menoleh ke asal suara. Melihat Fera yang berdiri di koridor sebelah dan teringat Fera sedang melihatnya seperti melihat pertunjukan, Inez semakin kesal.Dia tidak ingin memedulikan Fera.Namun, Fera malah menghampirinya. "Inez, di kamarku ada arak, bagaimana kalau kita minum sedikit?"Minum arak?Meski mereka itu kakak adik ipar dan sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah minum-minum bersama secara pribadi."Aku ng