Inez ....Dia tahu kenapa belakangan ini Inez selalu menemani Yuni.Dari jauh, Fera melihat Inez mengatakan sesuatu ke Yuni dengan penuh emosi, lalu pergi dengan emosi menggebu-gebu.Kelihatannya Yuni lagi-lagi tidak menyetujui permintaan Inez!Fera mengangkat alisnya.Tak lama kemudian, dia mendengar suara Inez membanting-banting barang. Setelah itu, terdengar suara sepatu hak tinggi menaiki tangga.Inez sudah naik.Fera tersenyum tipis lalu berjalan keluar.Kemudian, dia memanggil Inez tepat sebelum Inez masuk ke kamar. "Inez ...."Inez berhenti lalu menoleh ke asal suara. Melihat Fera yang berdiri di koridor sebelah dan teringat Fera sedang melihatnya seperti melihat pertunjukan, Inez semakin kesal.Dia tidak ingin memedulikan Fera.Namun, Fera malah menghampirinya. "Inez, di kamarku ada arak, bagaimana kalau kita minum sedikit?"Minum arak?Meski mereka itu kakak adik ipar dan sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah minum-minum bersama secara pribadi."Aku ng
Saat ini juga, Inez tidak bisa menahan amarah dan kekesalan yang sudah terkumpul selama ini."Renald nggak punya hati! Timothy juga anaknya, tapi dia malah nggak peduli padanya, bahkan mengumumkan kalau dia mau putus hubungan dengan Timothy!""Seorang ayah mana mungkin melakukan hal seperti ini? Nyonya Tua juga sama sekali nggak peduli dengan kelakuannya ini!""Renald hanya mementingkan dirinya sendiri, sedangkan Nyonya Tua hanya mementingkan Keluarga Jayadi. Kasihan anakku ...."Inez tiba-tiba menangis.Dia refleks meneguk arak di gelasnya."Inez, Timothy memang sangat kasihan. Dengar-dengar, dia masih ditahan di kantor polisi, terus pihak kepolisian juga menemukan kalau kasus beberapa tahun yang lalu juga ....""Apanya kasus beberapa tahun yang lalu?" Inez langsung menyela, "Kasus-kasus itu bukan salahnya Timothy, dia cuma suka main. Keluarga dari wanita-wanita yang mati itu jelas-jelas sudah mendapatkan kompensasi, tapi sekarang tiba-tiba muncul lagi!"Inez tidak menjaga mulutnya la
"Dua hari lagi, Celine bakal jalan-jalan di Gunung Prana."Mendapatkan kabar ini, Inez sangat senang, dia sama sekali tidak memedulikan pesan Fera yang menyuruhnya jangan melakukan hal bodoh.Heh, hal bodoh?Tidak melakukan apa-apa terhadap Celine baru termasuk hal bodoh!Gunung Prana?Dia berharap Gunung Prana menjadi tempat Celine dikubur. Bagaimanapun juga, di gunung terjadi kecelakaan adalah hal normal....Ketika Celine menerima panggilan dari Hansen, sudah dua hari berlalu."Kak?"Mendengar suara Celine di seberang telepon, Hansen jelas tertegun sejenak. Suara Celine terdengar ceria, seakan-akan kehidupannya di rumah Albert lumayan menyenangkan.Awalnya, dia mau bertanya masalah membawa Winny keluar rumah sakit, tapi begitu mendengar suara Celine yang ceria, dia tidak bisa menanyakannya.Setelah diam sejenak, Hansen akhirnya berkata, "Dua hari lagi, kita sekeluarga mau ke Gunung Prana.""Gunung Prana?" Celine agak terkejut.Hansen menjelaskan, "Waktu Kakek masih hidup, dia selalu
Pegawai yang lembur sudah terbiasa dengan keakraban mereka.Selama beberapa hari ini, semua orang sudah mengenali nona pertama Keluarga Nadine yang asli ini. Meski pita suaranya terluka dan suaranya agak jelek, wajahnya sangat cantik.Terutama sifatnya sangat menyenangkan.Hampir semua yang pernah berinteraksi dengannya merasa dia jauh lebih baik dari Carla.Tidak hanya itu, hubungannya dengan Tuan Muda Hansen sangat akrab.Meski mereka berdua adalah saudara, mereka adalah cucu yang diadopsi Richard, tidak ada hubungan darah.Terkadang, mereka merasa Hansen dan Lala tidak seperti saudara, malah terlihat seperti pasangan kekasih."Kakak, aku sudah lama nggak ke Gunung Prana. Aku ingat dulu setiap kali ke sana pasti ada Kakek." Begitu mengungkit Gunung Prana, Lala menunduk, seperti sedang mengenang masa itu.Namun, di matanya sebenarnya ada senyuman sinis.Gunung Prana ....Selama ini dia terus mencari kesempatan. Tidak disangka, tadi pagi Hansen mengungkit kebiasaan Richard mengunjungi
Hanya saja ....Mewaspadai Lala?Celine pun tertawa. "Kamu cuma dengar aku cerita beberapa kali, kenapa bisa nggak suka? Dia orangnya baik banget, apalagi aku dan dia jarang berinteraksi.""Orangnya baik banget?" Winny mencondongkan bibirnya. "Kenapa aku merasa .... Mmm, rasanya aneh. Intinya, firasatku mengatakan dia ada sesuatu!"Tiba-tiba muncul kata-kata Albert di benak Celine.Namun, dia tetap tidak terlalu memikirkannya. "Kakak juga bilang kalau dia bukan orang baik, harusnya kalian terlalu khawatir padaku, makanya jadi kebanyakan pikir."Winny malah salah fokus."Lihat, Tuan Albert juga bilang begitu. Aku merasa kamu harus mendengar firasat kami!"Celine terdiam."Harus dengar!" Winny memelototi Celine.Celine pun pura-pura "takut" lalu segera mengangguk. "Iya, iya, aku dengar."Melihat Celine sepertinya benar-benar mendengarnya, Winny baru mengangguk puas. "Untung kamu pintar."Di Gunung Prana besok, mungkin akan berinteraksi dengan Lala.Keesokan paginya, Hansen sudah tiba di
"Lala ini ... tetap selidiki. Kalau dia melakukan sesuatu yang nggak biasa, langsung kasih tahu aku." Mata Andreas menggelap."Baik, Tuan."Begitu selesai bicara, Gian menerima sebuah panggilan.Setelah mendengar orang di seberang telepon, ekspresinya langsung berubah. "Tuan, pihak rumah sakit bilang ... Tuan Dylan meninggalkan rumah sakit."Meninggalkan rumah sakit?Seketika, ekspresi Andreas langsung berubah.Meski Dylan sudah jauh lebih membaik, kondisinya masih belum stabil.Dua hari yang lalu, begitu tahu Keluarga Nadine akan pergi ke Gunung Prana hari ini, Andreas sudah menentukan jadwalnya hari ini.Gian dan Owen tahu Andreas mengkhawatirkan Celine, jadi mau melindungi Celine secara langsung, tapi sekarang ....Owen dan Gian melirik ke spion secara hati-hati untuk melihat ekspresi Andreas.Setelah sekian lama, terdengar suara yang rendah itu berkata, "Ke rumah sakit!"...Di Mastika, di sebuah kafe mewah,Fera baru saja mengakhiri panggilan, ekspresinya terlihat puas.Andreas ..
Gunung Prana adalah sebuah gunung di pinggiran Mastika, jaraknya tidak jauh.Jadi, dalam waktu singkat, Hansen dan yang lain sudah tiba di kaki gunung.Sebelum dan sesudah mereka ada anggota Keluarga Nadine yang lain. Carla, bahkan Jeremy dan Jessy juga datang.Melihat Lala, ekspresi Carla sangat jelek.Sementara Jessy hanya melirik Lala sekilas. Namun, ketika melihat Hansen yang belakangan ini bersaing sengit dengannya, Jessy langsung menyindir-nyindir."Tuan Muda Hansen benar-benar hebat. Dengar-dengar, begitu nona pertama Keluarga Nadine ini pulang, kamu langsung menaruhnya di kantor. Kenapa? Mau menjadikan dia pionmu agar mendapatkan lebih banyak harga Keluarga Nadine?"Jessy tertawa sinis lalu melihat Celine. "Di sini bukannya masih ada satu? Kenapa nggak menaruhnya di kantor juga?"Selama ini, Jessy sudah kalah banyak dari Hansen.Saat ini, kalaupun dia terus menyindir, Hansen juga malas membalasnya. "Waktu Kakek masih hidup, kita sekeluarga ke sini hanya membicarakan hubungan ke
Lala menghela napas panjang.Mereka bertiga berjalan maju, lalu entah sampai di mana, Celine tiba-tiba berbalik. "Mana Lala?"Di belakang, tidak hanya Lala, orang lain juga tidak terlihat.Celine mengernyit. Saat ini, ponsel Hansen tiba-tiba berbunyi. Melihat nama di layar ponsel, dia langsung mengangkat telepon. "Lala? Kamu di mana?""Kakak, aku ... aku kayaknya tersesat, tadi aku melihat seekor kupu-kupu, mau aku tangkap, tapi ... tapi kayaknya aku nggak menemukan jalan balik lagi. Kakak ... ah!"Setelah suara teriakan, panggilan terputus."Bagaimana? Lala di mana?" tanya Celine panik.Hansen jelas tidak fokus, waktu itu, Lala juga menghilang karena tersesat.Setelah itu, dia tidak ditemukan lagi.Teriakan Lala tadi terus terngiang di benak Hansen. Dia yang biasanya selalu tenang akhirnya panik."Dia tersesat, aku pergi cari dia dulu." Muncul ketakutan di hati Hansen.Seakan-akan ketakutan saat dia mencari-cari Lala tanpa hasil setelah dia menghilang dulu kembali menyelimutinya.Hans