Pegawai yang lembur sudah terbiasa dengan keakraban mereka.Selama beberapa hari ini, semua orang sudah mengenali nona pertama Keluarga Nadine yang asli ini. Meski pita suaranya terluka dan suaranya agak jelek, wajahnya sangat cantik.Terutama sifatnya sangat menyenangkan.Hampir semua yang pernah berinteraksi dengannya merasa dia jauh lebih baik dari Carla.Tidak hanya itu, hubungannya dengan Tuan Muda Hansen sangat akrab.Meski mereka berdua adalah saudara, mereka adalah cucu yang diadopsi Richard, tidak ada hubungan darah.Terkadang, mereka merasa Hansen dan Lala tidak seperti saudara, malah terlihat seperti pasangan kekasih."Kakak, aku sudah lama nggak ke Gunung Prana. Aku ingat dulu setiap kali ke sana pasti ada Kakek." Begitu mengungkit Gunung Prana, Lala menunduk, seperti sedang mengenang masa itu.Namun, di matanya sebenarnya ada senyuman sinis.Gunung Prana ....Selama ini dia terus mencari kesempatan. Tidak disangka, tadi pagi Hansen mengungkit kebiasaan Richard mengunjungi
Hanya saja ....Mewaspadai Lala?Celine pun tertawa. "Kamu cuma dengar aku cerita beberapa kali, kenapa bisa nggak suka? Dia orangnya baik banget, apalagi aku dan dia jarang berinteraksi.""Orangnya baik banget?" Winny mencondongkan bibirnya. "Kenapa aku merasa .... Mmm, rasanya aneh. Intinya, firasatku mengatakan dia ada sesuatu!"Tiba-tiba muncul kata-kata Albert di benak Celine.Namun, dia tetap tidak terlalu memikirkannya. "Kakak juga bilang kalau dia bukan orang baik, harusnya kalian terlalu khawatir padaku, makanya jadi kebanyakan pikir."Winny malah salah fokus."Lihat, Tuan Albert juga bilang begitu. Aku merasa kamu harus mendengar firasat kami!"Celine terdiam."Harus dengar!" Winny memelototi Celine.Celine pun pura-pura "takut" lalu segera mengangguk. "Iya, iya, aku dengar."Melihat Celine sepertinya benar-benar mendengarnya, Winny baru mengangguk puas. "Untung kamu pintar."Di Gunung Prana besok, mungkin akan berinteraksi dengan Lala.Keesokan paginya, Hansen sudah tiba di
"Lala ini ... tetap selidiki. Kalau dia melakukan sesuatu yang nggak biasa, langsung kasih tahu aku." Mata Andreas menggelap."Baik, Tuan."Begitu selesai bicara, Gian menerima sebuah panggilan.Setelah mendengar orang di seberang telepon, ekspresinya langsung berubah. "Tuan, pihak rumah sakit bilang ... Tuan Dylan meninggalkan rumah sakit."Meninggalkan rumah sakit?Seketika, ekspresi Andreas langsung berubah.Meski Dylan sudah jauh lebih membaik, kondisinya masih belum stabil.Dua hari yang lalu, begitu tahu Keluarga Nadine akan pergi ke Gunung Prana hari ini, Andreas sudah menentukan jadwalnya hari ini.Gian dan Owen tahu Andreas mengkhawatirkan Celine, jadi mau melindungi Celine secara langsung, tapi sekarang ....Owen dan Gian melirik ke spion secara hati-hati untuk melihat ekspresi Andreas.Setelah sekian lama, terdengar suara yang rendah itu berkata, "Ke rumah sakit!"...Di Mastika, di sebuah kafe mewah,Fera baru saja mengakhiri panggilan, ekspresinya terlihat puas.Andreas ..
Gunung Prana adalah sebuah gunung di pinggiran Mastika, jaraknya tidak jauh.Jadi, dalam waktu singkat, Hansen dan yang lain sudah tiba di kaki gunung.Sebelum dan sesudah mereka ada anggota Keluarga Nadine yang lain. Carla, bahkan Jeremy dan Jessy juga datang.Melihat Lala, ekspresi Carla sangat jelek.Sementara Jessy hanya melirik Lala sekilas. Namun, ketika melihat Hansen yang belakangan ini bersaing sengit dengannya, Jessy langsung menyindir-nyindir."Tuan Muda Hansen benar-benar hebat. Dengar-dengar, begitu nona pertama Keluarga Nadine ini pulang, kamu langsung menaruhnya di kantor. Kenapa? Mau menjadikan dia pionmu agar mendapatkan lebih banyak harga Keluarga Nadine?"Jessy tertawa sinis lalu melihat Celine. "Di sini bukannya masih ada satu? Kenapa nggak menaruhnya di kantor juga?"Selama ini, Jessy sudah kalah banyak dari Hansen.Saat ini, kalaupun dia terus menyindir, Hansen juga malas membalasnya. "Waktu Kakek masih hidup, kita sekeluarga ke sini hanya membicarakan hubungan ke
Lala menghela napas panjang.Mereka bertiga berjalan maju, lalu entah sampai di mana, Celine tiba-tiba berbalik. "Mana Lala?"Di belakang, tidak hanya Lala, orang lain juga tidak terlihat.Celine mengernyit. Saat ini, ponsel Hansen tiba-tiba berbunyi. Melihat nama di layar ponsel, dia langsung mengangkat telepon. "Lala? Kamu di mana?""Kakak, aku ... aku kayaknya tersesat, tadi aku melihat seekor kupu-kupu, mau aku tangkap, tapi ... tapi kayaknya aku nggak menemukan jalan balik lagi. Kakak ... ah!"Setelah suara teriakan, panggilan terputus."Bagaimana? Lala di mana?" tanya Celine panik.Hansen jelas tidak fokus, waktu itu, Lala juga menghilang karena tersesat.Setelah itu, dia tidak ditemukan lagi.Teriakan Lala tadi terus terngiang di benak Hansen. Dia yang biasanya selalu tenang akhirnya panik."Dia tersesat, aku pergi cari dia dulu." Muncul ketakutan di hati Hansen.Seakan-akan ketakutan saat dia mencari-cari Lala tanpa hasil setelah dia menghilang dulu kembali menyelimutinya.Hans
Celine tertegun, tapi dia segera mengabaikan kegelisahannya dan berkata, "Di mana kamu melihatnya?"Pria itu menunjuk ke arah atas sambil berkata, "Di sana, ada seorang gadis yang tingginya hampir sama denganmu, lumayan cantik. Kakinya kayaknya terkilir, dia duduk di sana, nggak bergerak."Pria itu bicara dengan tenang.Celine langsung berterima kasih. "Terima kasih."Pria itu tidak membalasnya, melainkan kembali menutup mata, kembali beristirahat.Celine mengikuti arah yang ditunjuk pria tadi, naik lewat tangga. Selama perjalanan, dia terus memperhatikan sekelilingnya, takut tidak melihat Lala.Tidak lama setelah dia pergi,pria yang tadi menutup mata kembali membuka mata, lalu berjalan ke arah Celine pergi tadi.Sementara pria yang tersisa itu ....Sejak Celine mendekati pos istirahat ini dan melihat sepasang mata itu, Donny langsung tertegun.Setelah itu, tatapannya terus mengikuti Celine.Di benaknya hanya ada satu suara.Gadis ini ... sangat mirip! Benar-benar mirip!Sampai-sampai
Suara teriakan kesakitan bergema di hutan, mengejutkan para burung.Namun, pukulan ini tidak membuat pria itu pingsan.Dia menahan rasa sakit dan melihat orang yang memukulnya adalah pria paruh baya yang tadi beristirahat di pos."Kamu ...." Pria itu memasang ekspresi galak sambil memelototi pria paruh baya itu seakan-akan ingin membunuhnya.Namun, sebelum dia sempat bertindak, Celine mengambil sebuah batu lalu memukul pria itu seperti pria paruh baya tadi.Tubuh pria itu langsung membeku.Dia sepertinya tidak menyangka Celine akan bertindak. Dia ingin berbalik, tapi baru sampai setengah, dia akhirnya pingsan.Suasananya langsung hening.Celine ketakutan.Melihat pria yang berbaring di tanah, dia terpikirkan sesuatu. Tepat ketika dia mau memeriksa napas pria itu untuk memastikan dia masih hidup,pria paruh baya lebih dulu turun tangan."Belum mati." Donny memeriksa napas pria itu, gerakannya tegas. Meski sudah lima puluhan tahun, gerakannya masih sangat lincah.Celine melihat Donny mem
Donny mengatakannya dengan santai, tapi dari nada suaranya, terdengar penyesalan yang tidak bisa disembunyikan.Celine menyadari hal ini dan mulai menghiburnya. "Mungkin suatu hari akan ketemu!"Donny tertegun sejenak.Dia menatap mata Celine, seketika kehilangan fokus. "Benar, mungkin suatu hari akan ketemu!"Apakah hari itu akan datang?Donny menghirup napas dalam-dalam."Celine, kamu mau mencari temanmu, tapi di gunung ini banyak jalanan bercabang, sangat mudah tersesat. Sangat berbahaya kalau kamu bertemu orang seperti tadi lagi. Kalau kamu percaya padaku, aku temani kamu mencari temanmu."Donny menyingkirkan pikiran di benaknya.Entah kenapa, dia tidak ingin berpisah dengan gadis bernama Celine ini."Apa nggak merepotkanmu?" Celine tentu saja percaya padanya.Tidak hanya itu, saat melihat pria ini, Celine merasa sangat akrab dengannya.Donny tertawa sambil berkata, "Tentu saja nggak, hari ini aku kosong seharian. Selain itu, aku datang ke sini juga untuk mencari istriku. Waktu dia
Hilangnya Andreas adalah sebuah rahasia.Namun, Nicholas adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang hal ini.Senyuman Celine berubah kaku sejenak, lalu sebuah senyuman pahit muncul. Dia tidak perlu berpura-pura kuat di depan Nicholas."Belum, tapi dia ... ada di Binara.""Kalau ada di Binara, harusnya sedikit lagi bakal ketemu."Celine menoleh lalu bertatapan dengan Nicholas. "Kak Nicholas, nggak usah khawatir, aku nggak apa-apa. Bagaimana denganmu? Belakangan bagaimana kabarnya? Terus Winny, belakangan ... aku nggak sempat memperhatikan dia."Dia sepertinya sudah sangat lama tidak berinisiatif menghubungi Winny. Setiap kali Winny mencarinya, dia juga tidak pernah menanyakan kondisi Winny.Celine merasa sedikit bersalah.Nicholas menyadari perasaan Celine dan segera menjawab, "Winny sangat baik, dia terapi setiap hari, membaik dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang ke Binara kali ini, dia berpesan padaku minta fotomu terus kirim ke dia, dia sangat merindukanmu."Celine mer
Benar, asalkan bisa menemukan Andreas, semuanya terbayarkan.Mereka saling menyemangati lewat telepon.Setelah mengakhiri panggilan, Celine melihat jam dan langsung teringat hari ini hari apa.Hari ini babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional.Beberapa hari ini, dia fokus mencari Andreas, melupakan soal kompetisi ini.Noni juga tidak mengingatkannya.Celine tahu, pasti Hansen yang ada di Mastika yang berpesan pada Noni jangan mengganggu Celine dengan permasalahan kompetisi.Namun hari ini, dia harus hadir.Celine pun menyemangati dirinya.Setelah selesai mandi dan berpakaian, sebelum dia keluar, dia memakai cincin yang diberikan Andreas padanya.Lokasi babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional ditentukan di tempat yang sama dengan tahun lalu.Pagi-pagi sekali, sudah ada banyak wartawan yang datang.Selain peserta, orang-orang yang boleh masuk adalah para orang berpengaruh di Binara.Sheryn berhasil masuk dan berbaur dengan kerumunan orang.Kalau bukan karena pria yang dia
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta