"Kakak ...." Lala tetap tersenyum seperti biasanya.Karena tidak bisa kabur, dia langsung memberanikan diri.Dia yakin, dengan perasaan Hansen terhadap "Lala", Hansen tidak akan mencurigainya.Seperti yang dia duga, Hansen sama sekali tidak merasa ada yang aneh dengan dia duduk di kursinya."Kamu lapar, nggak? Sudah siang, ayo kita pergi makan." Hansen menatap Lala dengan wajah penuh senyuman."Iya, kebetulan aku lapar, aku mau mencoba makanan yang biasa Kakak makan!"Lala berlari ke Hansen dengan penuh semangat, lalu langsung merangkul lengannya dan berjalan keluar dari kantor bersama.Di dalam kantor, ponsel kembali berbunyi, tapi tetap tidak diangkat.Sampai setelah mereka berdua kembali, Lala baru seakan-akan teringat suatu hal yang penting dan segera berlari ke dalam kantor untuk mengambil ponsel itu. Dia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab."Kakak, maaf, aku lupa ... " ujar Lala sambil memasang ekspresi merasa bersalah.Hansen berkata dengan tenang dan lembut, "Untuk apa
Hansen dilema, tapi Lala langsung berkata, "Kakak, rumah sakit sudah dekat, aku pergi sendiri saja. Kakak pergi urus masalah kerjaan dulu, kerjaan lebih penting."Masalah perusahaan tentu saja penting.Hal ini menyangkut keseluruhan usaha Keluarga Nadine.Selama ini, Hansen berusaha keras untuk mendapatkan seluruh hak penentuan setiap bisnis Keluarga Nadine agar dia bisa menyerahkan semuanya ke Celine seperti yang diminta Richard.Sekarang dia sudah sampai di masa paling kritis, tidak boleh ada kesalahan."Oke."Hansen menurunkan Lala di depan rumah sakit lalu melaju pergi.Begitu melihat mobil itu sudah hilang, ekspresi Lala langsung berubah.Setelah Richard mati, Keluarga Nadine terjebak dalam persaingan perebutan harta. Situasinya saat ini adalah Hansen sudah hampir mendapatkan sebagian besar kuasa atas bisnis Keluarga Nadine.Teringat surat wasiat yang ada di laci kantor Hansen tadi, muncul sebuah perkiraan di benak Lala.Jangan-jangan ....Dia mau melaksanakan wasiat Richard denga
Inez ....Dia tahu kenapa belakangan ini Inez selalu menemani Yuni.Dari jauh, Fera melihat Inez mengatakan sesuatu ke Yuni dengan penuh emosi, lalu pergi dengan emosi menggebu-gebu.Kelihatannya Yuni lagi-lagi tidak menyetujui permintaan Inez!Fera mengangkat alisnya.Tak lama kemudian, dia mendengar suara Inez membanting-banting barang. Setelah itu, terdengar suara sepatu hak tinggi menaiki tangga.Inez sudah naik.Fera tersenyum tipis lalu berjalan keluar.Kemudian, dia memanggil Inez tepat sebelum Inez masuk ke kamar. "Inez ...."Inez berhenti lalu menoleh ke asal suara. Melihat Fera yang berdiri di koridor sebelah dan teringat Fera sedang melihatnya seperti melihat pertunjukan, Inez semakin kesal.Dia tidak ingin memedulikan Fera.Namun, Fera malah menghampirinya. "Inez, di kamarku ada arak, bagaimana kalau kita minum sedikit?"Minum arak?Meski mereka itu kakak adik ipar dan sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah minum-minum bersama secara pribadi."Aku ng
Saat ini juga, Inez tidak bisa menahan amarah dan kekesalan yang sudah terkumpul selama ini."Renald nggak punya hati! Timothy juga anaknya, tapi dia malah nggak peduli padanya, bahkan mengumumkan kalau dia mau putus hubungan dengan Timothy!""Seorang ayah mana mungkin melakukan hal seperti ini? Nyonya Tua juga sama sekali nggak peduli dengan kelakuannya ini!""Renald hanya mementingkan dirinya sendiri, sedangkan Nyonya Tua hanya mementingkan Keluarga Jayadi. Kasihan anakku ...."Inez tiba-tiba menangis.Dia refleks meneguk arak di gelasnya."Inez, Timothy memang sangat kasihan. Dengar-dengar, dia masih ditahan di kantor polisi, terus pihak kepolisian juga menemukan kalau kasus beberapa tahun yang lalu juga ....""Apanya kasus beberapa tahun yang lalu?" Inez langsung menyela, "Kasus-kasus itu bukan salahnya Timothy, dia cuma suka main. Keluarga dari wanita-wanita yang mati itu jelas-jelas sudah mendapatkan kompensasi, tapi sekarang tiba-tiba muncul lagi!"Inez tidak menjaga mulutnya la
"Dua hari lagi, Celine bakal jalan-jalan di Gunung Prana."Mendapatkan kabar ini, Inez sangat senang, dia sama sekali tidak memedulikan pesan Fera yang menyuruhnya jangan melakukan hal bodoh.Heh, hal bodoh?Tidak melakukan apa-apa terhadap Celine baru termasuk hal bodoh!Gunung Prana?Dia berharap Gunung Prana menjadi tempat Celine dikubur. Bagaimanapun juga, di gunung terjadi kecelakaan adalah hal normal....Ketika Celine menerima panggilan dari Hansen, sudah dua hari berlalu."Kak?"Mendengar suara Celine di seberang telepon, Hansen jelas tertegun sejenak. Suara Celine terdengar ceria, seakan-akan kehidupannya di rumah Albert lumayan menyenangkan.Awalnya, dia mau bertanya masalah membawa Winny keluar rumah sakit, tapi begitu mendengar suara Celine yang ceria, dia tidak bisa menanyakannya.Setelah diam sejenak, Hansen akhirnya berkata, "Dua hari lagi, kita sekeluarga mau ke Gunung Prana.""Gunung Prana?" Celine agak terkejut.Hansen menjelaskan, "Waktu Kakek masih hidup, dia selalu
Pegawai yang lembur sudah terbiasa dengan keakraban mereka.Selama beberapa hari ini, semua orang sudah mengenali nona pertama Keluarga Nadine yang asli ini. Meski pita suaranya terluka dan suaranya agak jelek, wajahnya sangat cantik.Terutama sifatnya sangat menyenangkan.Hampir semua yang pernah berinteraksi dengannya merasa dia jauh lebih baik dari Carla.Tidak hanya itu, hubungannya dengan Tuan Muda Hansen sangat akrab.Meski mereka berdua adalah saudara, mereka adalah cucu yang diadopsi Richard, tidak ada hubungan darah.Terkadang, mereka merasa Hansen dan Lala tidak seperti saudara, malah terlihat seperti pasangan kekasih."Kakak, aku sudah lama nggak ke Gunung Prana. Aku ingat dulu setiap kali ke sana pasti ada Kakek." Begitu mengungkit Gunung Prana, Lala menunduk, seperti sedang mengenang masa itu.Namun, di matanya sebenarnya ada senyuman sinis.Gunung Prana ....Selama ini dia terus mencari kesempatan. Tidak disangka, tadi pagi Hansen mengungkit kebiasaan Richard mengunjungi
Hanya saja ....Mewaspadai Lala?Celine pun tertawa. "Kamu cuma dengar aku cerita beberapa kali, kenapa bisa nggak suka? Dia orangnya baik banget, apalagi aku dan dia jarang berinteraksi.""Orangnya baik banget?" Winny mencondongkan bibirnya. "Kenapa aku merasa .... Mmm, rasanya aneh. Intinya, firasatku mengatakan dia ada sesuatu!"Tiba-tiba muncul kata-kata Albert di benak Celine.Namun, dia tetap tidak terlalu memikirkannya. "Kakak juga bilang kalau dia bukan orang baik, harusnya kalian terlalu khawatir padaku, makanya jadi kebanyakan pikir."Winny malah salah fokus."Lihat, Tuan Albert juga bilang begitu. Aku merasa kamu harus mendengar firasat kami!"Celine terdiam."Harus dengar!" Winny memelototi Celine.Celine pun pura-pura "takut" lalu segera mengangguk. "Iya, iya, aku dengar."Melihat Celine sepertinya benar-benar mendengarnya, Winny baru mengangguk puas. "Untung kamu pintar."Di Gunung Prana besok, mungkin akan berinteraksi dengan Lala.Keesokan paginya, Hansen sudah tiba di
"Lala ini ... tetap selidiki. Kalau dia melakukan sesuatu yang nggak biasa, langsung kasih tahu aku." Mata Andreas menggelap."Baik, Tuan."Begitu selesai bicara, Gian menerima sebuah panggilan.Setelah mendengar orang di seberang telepon, ekspresinya langsung berubah. "Tuan, pihak rumah sakit bilang ... Tuan Dylan meninggalkan rumah sakit."Meninggalkan rumah sakit?Seketika, ekspresi Andreas langsung berubah.Meski Dylan sudah jauh lebih membaik, kondisinya masih belum stabil.Dua hari yang lalu, begitu tahu Keluarga Nadine akan pergi ke Gunung Prana hari ini, Andreas sudah menentukan jadwalnya hari ini.Gian dan Owen tahu Andreas mengkhawatirkan Celine, jadi mau melindungi Celine secara langsung, tapi sekarang ....Owen dan Gian melirik ke spion secara hati-hati untuk melihat ekspresi Andreas.Setelah sekian lama, terdengar suara yang rendah itu berkata, "Ke rumah sakit!"...Di Mastika, di sebuah kafe mewah,Fera baru saja mengakhiri panggilan, ekspresinya terlihat puas.Andreas ..