Ketika Hansen bergegas sampai di kuburan, wanita di rekaman CCTV tadi sudah tidak ada.Namun, buket bunga di depan batu nisan Richard sangat menonjol.Bunga bakung ungu ....Hansen refleks mengambil buket bunga itu dan mengamatinya dengan teliti, memastikan kalau itu adalah bunga bakung ungu. Kemudian, Hansen langsung mendongak dan melihat ke sekeliling, seakan-akan sedang mencari sesuatu.Namun, di area penglihatannya, tidak ada orang lain.Di benaknya, seakan-akan ada suara seseorang terdengar dari jauh."Kakak, mulai sekarang, kamu itu kakakku ....""Hari ini Kakek memberiku bunga bakung, warna ungu. Mulai sekarang, bunga bakung ungu adalah bunga keberuntunganku.""Kakak, Kakek mengizinkanku menanam bunga bakung ungu di halaman. Dia juga memberikanku bibit bunga bakung ....""Kakak, tahun ini bunga bakungnya mekar dengan sangat indah. Di sekolah, aku bertemu dengan seseorang yang sama cantiknya, namanya Andreas Jayadi.""Kakak, di masa depan, Lala mau menikah dengan Andreas dan menj
"Celly, kalau ada seorang kenalan lama yang sudah sangat lama nggak bertemu tiba-tiba pulang, apakah kamu bakal senang?" Hansen mendongak melihat langit yang gelap.Kenalan lama yang sudah sangat lama tidak bertemu?Inikah alasan Hansen minum alkohol hari ini?Apakah ini juga rahasia yang dia sembunyikan hari itu?Celine tersenyum sambil bertanya, "Apa dia temanmu yang sangat baik?"Mata Hansen berkelebat. Beberapa hari ini, dia tidak menemukan petunjuk lagi tentang wanita yang ada di kuburan hari itu. Namun, dia menonton ulang rekaman CCTV itu berkali-kali dan semakin yakin kalau orang itu adalah Lala!Di kecelakaan waktu itu, semua orang bilang Lala sudah meninggal.Namun, mayat Lala tidak pernah ditemukan.Kalau masih hidup, harus ada orangnya. Kalau sudah mati, harus ada mayatnya.Kalau benar orang itu adalah Lala ....Hansen melihat Celine sekilas, lalu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengurungkan niatnya mengungkit Lala. "Dia itu ... lebih dekat daripada teman ...."Mantan pac
Celine hanya mendengar jelas kata "Kakek".Seketika, kerinduan terhadap Richard memenuhi hatinya."Kakek ....""Kak, aku merindukan Kakek.""Kata Ibu, setelah meninggal, orang akan jadi bintang. Saat ini, apakah Kakek juga lagi melihat kita dari atas?"Celine mendongak melihat ke langit agar air matanya tidak menetes.Namun, air matanya membuat banyak cahaya seperti kunang-kunang muncul di penglihatannya."Kak, aku kayaknya melihat Kakek, dia lagi melihat kita dari atas ....""Kak, ada satu hal yang perlu bantuanmu.""Luka Winny sudah jauh membaik. Beberapa hari lagi, aku mau pulang ke Binara, aku mau mencari Lily ...."Lily ....Dia tidak pernah lupa bagaimana Richard meninggal.Dia sudah lama tidak mendengar kabar tentang Lily, seakan-akan Lily menghilang tanpa jejak. Namun, meski harus mencari ke seluruh dunia, dia akan menangkap Lily.Dia mau Lily mendapatkan balasan atas perbuatannya!.........Keesokan harinya waktu bangun,Celine merasa kepalanya sangat berat dan sakit ketika di
Ditambah dengan penghinaan di acara pernikahan waktu itu, Bella akhirnya tidak tahan lagi.Dia maju lalu mendorong Celine sekuat tenaga.Celine tidak sempat menghindar, dia terdorong mundur beberapa langkah. Ketika dia sudah berdiri stabil, di belakangnya ada sepasang tangan yang menopangnya.Sepasang tangan itu sangat lembut dan ringan.Celine refleks berbalik lalu tertegun saat melihat wanita itu.Wanita itu berambut panjang sebahu, dia memakai topi baret dan baju putih dipadu dengan rok hitam menunjukkan bentuk tubuhnya. Meski dia memakai kacamata hitam, tapi bagian wajahnya yang terlihat, selain terlihat kecantikannya, entah kenapa membuat Celine merasa akrab."Apakah kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu.Suaranya yang serak mengagetkan orang.Mungkin karena menyadari kekagetan Celine, wanita itu menertawai dirinya sendiri. "Maaf, suaraku sangat jelek, aku sempat terluka, jadi ...."Setelah menyadari sesuatu, Celine segera meminta maaf. "Maaf, aku nggak bermaksud seperti itu, aku
"He, hehe ...." Wanita itu tertawa senang.Seakan-akan berhasil melampiaskan kekesalannya.Sementara Celine malah membelalak melihat kelakuannya. Namun, melihat sosok Bella yang menjauh, dia tahu kebencian Bella terhadapnya pasti akan semakin besar.Namun saat ini, dia merasa sangat puas.Ketika mereka saling bertatapan, mereka pun tertawa."Kalau begitu ... kita termasuk teman?" Wanita itu menatap Celine. Meski ditutupi kacamata, Celine bisa merasakan ketulusan di matanya."Tentu saja, kita teman!"Tidak hanya karena tadi wanita ini membantunya.Juga karena ....Celine merasa orang di depannya ini membuatnya merasa familier."Aku sudah harus pergi, aku ada janji sama orang lain." Wanita itu melihat jam, lalu berpamitan dengan buru-buru sama Celine, setelah itu dia berlari ke arah lift.Melihat sosok belakang itu, Celine tiba-tiba mengernyit.Kenapa untuk sesaat dia seakan-akan melihat Lily?Lily ....Bagaimana mungkin?Meski wanita tadi memakai kacamata hitam, wajahnya bukan wajah Lil
Banyak yang sudah tahu tujuan lain Carla mengadakan acara pelelangan malam ini, tapi mereka tidak mengungkapkannya."Aku mana tahu jadwal Tuan Andreas?" Meski bicara begitu, Carla tersipu.Membiarkan mereka salah paham.Namun, Andreas ....Dia sudah mengirimkan undangan untuk Andreas.Namun, dia tidak yakin apakah Andreas akan datang atau tidak.Namun ... agar Andreas datang, dia sudah melemparkan umpan, dan umpan itu ....Carla merasakan sebuah tatapan, waktu dia melihat ke sana, dia kebetulan melihat Celine sedang menghampirinya.Heh, sudah datang?Bagus kalau sudah datang!"Maaf, saya permisi dulu." Carla tersenyum dan langsung berjalan menghampiri Celine juga.Begitu sampai di depan Celine, Carla langsung merangkul lengan Celine dengan akrab.Celine mengernyit lalu berkata, "Aku sudah datang seperti yang kamu suruh. Kamu bilang kamu punya informasi tentang lokasi Lily, aku harap kamu nggak ingkar janji.""Aku tentu saja nggak bakal ingkar janji."Carla menatap Celine, senyumannya p
Cairan berwarna merah dituang ke kepala Carla. Sampai ketika rasa dingin itu menyadarkan Carla, dia baru berseru kaget."Ah!"Suara itu menutupi suara piano yang sedang mengalun.Semua orang seketika menoleh ke asal suara."Itu Nona Carla ....""Ada yang menuangnya dengan anggur merah ....""Siapa? Siapa seberani itu?"Sebelum amarah memenuhi hati Carla, dia mendengar suara orang-orang yang membelanya. Dia terpaksa menekan keinginannya untuk membalas Celine."Celly, apa yang kamu lakukan? Aku nggak melakukan apa-apa padamu!" Carla memasang wajah tidak adil.Celine tidak hanya sekali melihat kemampuan mengubah ekspresi secepat kilat ini.Membuatnya merasa kemampuan Carla hanya biasa-biasa saja.Celine tersenyum tipis lalu tiba-tiba mendekat Carla dan memberinya peringatan. "Carla, aku terima soal pakaian Kakek, tapi ini hukumanmu karena nggak menghormati benda peninggalan Kakek. Kalau nanti kamu lupa apa alasanku datang hari ini, menurutmu, apakah aku berani menyayat mukamu dengan gelas
Vicky datang bersama Albert, mereka dituntun pelayan ke tempat mereka. Kemudian, Vicky menyadari Albert sedang mencari-cari sesuatu dan langsung mengerti.Dia ikut melihat sekeliling lalu lebih dulu menemukan Celine. "Bos, Celly ada di sana!"Ketika melihat Celine, dia juga melihat Hansen.Mereka datang bersama?Mereka sepertinya sedang mengatakan sesuatu. Meski terpisah sangat jauh, dia tetap bisa melihat jelas senyuman di wajah Celine."Heh!"Albert menatap Hansen dengan ekspresi kesal.Di benaknya muncul keinginan untuk ke sana dan duduk di samping Celine."Tuan, Nona, acara pelelangannya sudah mau dimulai, ini tempat duduk kalian." Pelayan tadi mengingatkan mereka untuk duduk.Albert mengernyit.Melihat sekilas saja Vicky sudah tahu apa yang mau Albert lakukan. "Bos, di sana ... nggak ada kursi kosong. Di Mastika kita nggak boleh terlalu menonjol."Albert terdiam.Kemudian, dia melihat Hansen mengelus kepala Celine.Albert langsung mendengus dingin dan duduk dengan enggan.Aura cem