Nada suara Andreas sangat menyindir.Celine bisa merasakan amarah dan keputusasaan Andreas saat itu, tapi dia tidak tahu bagaimana menghiburnya, jadi dia hanya bisa menggenggam tangan Andreas.Kehangatan tangannya seakan-akan memberi sedikit kehangatan di hati Andreas yang dingin.Andreas menoleh melihat Celine, lalu secara refleks menggenggam erat tangan Celine, lalu dalam hati mengulangi kembali sumpah yang sudah dia buat dari dulu.Sementara hal-hal di masa lalu ....Andreas mengalihkan pandangannya, tapi kali ini, suhu tangan Celine membuat kebencian di nada suaranya berkurang banyak saat menceritakan masa lalu."Setelah Dylan bunuh diri menggunakan pisau itu, aku menemukan kalau pisau itu diberikan oleh seorang pelayan di kediaman sana. Tapi waktu aku menginterogasi alasannya, dia tetap tutup mulut. Aku tetap curiga kalau itu perintah Fera ...."Fera ....Celine teringat dengan nyonya Keluarga Jayadi yang lembut dan ramah itu."Apa dia wanita yang dicintai Tuan Omar saat ibumu mel
Celine tahu dia seharusnya mendorong Andreas.Namun, di hatinya ada satu suara yang berkata jangan menolaknya di saat seperti ini!Angin sepoi-sepoi berembus, Celine tidak tahu sejak kapan dia sudah memeluk balik Andreas.Sampai ketika ponsel Andreas berbunyi.Nada dering itu bunyi sekian lama, tapi Andreas sama sekali tidak bermaksud menerima panggilan. Dia tidak ingin melepaskan Celine sampai akhirnya Celine yang memberontak."Cepat angkat, mungkin ada masalah darurat."Andreas menatap Celine lekat-lekat sampai Celine akhirnya memunggunginya, Andreas baru mengeluarkan ponselnya.Telepon itu dari Gian.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara Gian berkata, "Tuan, Tuan Omar ... meminta Tuan pulang ke kediaman."Omar?"Oke!" Andreas setuju tanpa ragu-ragu.Gian jelas terkejut.Tuan selalu bermusuhan dengan Tuan Omar. Meski mereka ayah dan anak, tapi mereka seperti musuh bebuyutan. Posisi kepala keluarga Tuan sekarang juga dia rampas dari Tuan Omar.Dia pikir Tuan tidak akan memeduli
Senyuman di wajah Andreas jelas membeku sejenak.Ketika turun ke bawah, mereka bertemu dengan Hansen yang bersandar di dinding, sepertinya sedang menunggu seseorang.Hanya dengan satu tatapan, Andreas tahu kalau Hansen tahu dia dan Celine ada di atap. Namun, Hansen ... tidak mengganggu mereka!"Kak, aku mau pergi ke kediaman Keluarga Jayadi sebentar." Celine memberi tahu rencananya ke Hansen.Andreas mengira Hansen akan melarang Celine.Namun, Hansen hanya mengeluarkan sebuah jaket wanita dan menyerahkannya ke Celine."Malam begini agak dingin, pakai jaket ini.""Terima kasih, Kak."Sampai setelah mereka berdua naik ke mobil, Andreas masih memikirkan adegan tadi. Dia samar-samar merasa hubungan antara Celine dan Hansen sudah berubah.Kakak?Dia ingat Hansen dulunya punya perasaan pria ke wanita terhadap Celine.Namun, tadi waktu Celine memanggilnya "kakak", tatapan Hansen seakan-akan seperti seorang kakak kandung....Di kediaman Keluarga Jayadi.Hari ini ulang tahun Omar, tapi hari in
Setiap bagian rumah memberi kesan penuh aturan.Seakan-akan selalu mengingatkan orang kalau mereka tidak boleh melanggar aturan."Tuan, Tuan Omar menunggu Anda di ruang baca." Asisten Omar menunggu di depan pintu.Sepertinya karena tidak ingin diketahui orang lain yang ada di kediaman, asisten itu berbicara dengan suara kecil.Andreas bahkan tidak melihat asisten itu sama sekali, dia langsung naik ke lantai dua dengan menggandeng Celine.Ruangan bagian timur paling ujung di lantai dua adalah ruang baca Omar. Namun, Andreas membawa Celine ke salah satu kamar di bagian paling barat lalu berhenti."Kamu istirahat di kamarku dulu." Andreas menepuk bahu Celine.Kelelahan di mata Andreas membuat Celine mengernyit karena khawatir.Dia tahu, Andreas akan segera menghadapi ayahnya. Untuk kejadian hari ini, baik Omar maupun Andreas mungkin ingin mendapatkan jawaban dari satu sama lain."Baik."Celine menurutinya.Andreas membukakan pintu kamar untuk Celine lalu setelah melihat Celine masuk ke ka
Di atas meja, ada sebuah album foto yang tebal.Celine membuka halaman pertama dan langsung melihat Andreas saat masih remaja.Dia terlihat tinggi dan tampan, wajahnya sama seperti sekarang tapi ekspresinya tidak sedingin sekarang.Celine membalik halaman album itu, di setiap foto, terkadang terlihat sudut bibir Andreas yang terangkat.Di dalam album foto itu, selain Andreas, ada Hansen dan juga seorang gadis.Celine pernah melihat gadis itu.Dia adalah gadis yang dia lihat fotonya di gedung kecil di dalam kediaman Keluarga Nadine di Binara.Namanya "Lala"!Celine mengamati Lala di foto dengan saksama. Gadis itu terlihat sangat ceria dan bersinar.Dia tahu, semua cucu angkat Kakek punya mata yang mirip dengan Linda.Namun, dibandingkan dengan Carla, mata Lala seakan-akan bisa tersenyum. Senyuman di matanya bahkan terlihat sangat akrab bagi Celine.Andreas ... pernah suka dengan gadis ini, 'kan?Saat ini, Celine yakin kalau di foto yang dia lihat di Binara itu, orang yang dicoret mukany
Namun, baru saja dia selesai berbicara, Andreas langsung berkata dengan ketus, "Ternyata kamu tahu kamu itu ayahnya?"Tahun itu, Dylan melukai dirinya sendiri di kediaman ini. Selama ini, Andreas selalu mempermasalahkan asal pisau itu.Dia terus bersikeras meminta Omar mencari tahu, tapi waktu itu, bagaimana sikap Omar?Motif pembantu itu sangat dipaksakan, bahkan dia saja tidak percaya. Jelas-jelas ada orang lain yang menjadikan pembantu itu kambing hitam, tapi Omar malah percaya.Andreas melirik Fera lalu berkata dengan nada meremehkan, "Aku pikir di hatimu cuma ada istri barumu.""Andreas Jayadi!" Omar langsung berdiri lalu mengambil sebuah pena di sampingnya dan melemparnya ke arah Andreas.Pena itu terbang melewati Andreas.Lalu mengenai dinding di belakang, suaranya terdengar sangat jelas di tengah-tengah keheningan malam ini.Omar sampai gemetar saking marahnya. Fera segera maju dan mengelus dada Omar untuk menenangkannya. "Kak Omar, Andreas cuma bilang begitu karena marah, kamu
Omar tidak berani melihat Andreas.Teringat situasi waktu itu, hal pertama yang dia khawatirkan bukan kondisi Dylan. Waktu dia akhirnya mengkhawatirkan Dylan, dia sudah kembali ke kediaman.Saat ini, dia sama sekali tidak berani menghadapi pertanyaan Andreas.Namun, Andreas bersikeras mau mendapatkan jawaban. "Lantai tiga gedung itu dipenuhi dengan barang-barang pentingmu, setiap jalur ke atas dikunci, kenapa Dylan bisa naik?"Saat bertanya, Andreas melirik Fera sekilas, dia sudah punya prasangka di hatinya."Andreas ...."Fera tiba-tiba bersuara, matanya penuh dengan rasa bersalah. "Andreas, ini salahku terlalu ceroboh."Andreas agak terkejut.Orang ini mengakui perbuatannya?"Hari ini aku pernah naik sekali ke lantai tiga untuk memeriksa lukisan koleksi ayahmu. Setelah itu aku langsung pergi, aku nggak tahu pintunya belum tertutup."Setiap kalimatnya penuh dengan rasa bersalah, tapi bagi Andreas, kata-katanya sangat menusuk telinga.Andreas kembali mencibir.Di dalam ruang baca, asis
Andreas mengenang malam itu, kebenciannya terhadap Omar pun bertambah. "Apa kamu masih ingat kematiannya?"Dia?Shella Retno ....Muncul sedikit perubahan di mata Omar."Dia sudah mati, tapi kamu nggak menyelidikinya sampai tuntas. Kalian semua bilang dia punya penyakit mental, dia sendiri yang ingin mengakhiri semuanya. Tapi banyak bagian yang mencurigakan dari kasus ini.""Kenapa dia bisa punya penyakit mental, memangnya kamu nggak tahu?""Kamu jelas-jelas sudah mencintai orang lain, tapi nggak mau melepaskannya, mengurungnya dan menyiksanya terus menerus.""Dia ingin mengakhiri semuanya? Ini adalah lelucon terbesar yang pernah aku dengar. Di sini ada orang yang dia cintai, mana mungkin dia tega meninggalkannya sendirian di dunia ini?"Andreas melihat ke bawah.Ibunya bisa meninggalkannya sendirian di rumah Keluarga Jayadi, tapi ibunya tidak mungkin meninggalkan Dylan.Dalam sekejap, Andreas menyingkirkan kekecewaan di dalam hatinya yang paling dalam.Saat kembali melihat Omar, keben
Namun ....Dia berhasil merebut Reza Linoa, tunangan Celine, tapi tidak bisa merebut Andreas.Awalnya dia bisa merebut identitas Celine, tapi ketahuan oleh Richard.Kali ini, dia bahkan merubah wajah dan identitasnya, mengorbankan begitu banyak, dia jelas-jelas sudah hampir berhasil, tapi baru tahu kalau dia dibohongi Celine!Lily memelototi Celine dengan penuh kebencian.Sementara Celine semakin marah mendengar kata-katanya.Dia menatap Lily dan berkata dengan tegas, "Jadi kamu membohongi kakekku, menyakiti kakekku dan bahkan ... membunuh kakekku?"Begitu teringat dengan hari itu, waktu kakeknya jatuh ke pelukannya, hatinya berdenyut kesakitan."Membunuh kakekmu?" Lily tidak setuju.Waktu itu, pas Richard tumbang, dia memang terkejut, juga merasa bersalah. Namun, rasa bersalah itu hanya sebentar, dia sudah melempar tanggung jawab itu ke orang lain."Yang mau aku bunuh itu kamu, bukan dia, dia sendiri yang mau melindungimu. Apa hubungannya denganku?""Celine, pada akhirnya, semuanya ga
Celine itu bukanlah orang lemah yang mudah ditindas.Namun Lily selalu mau mencari masalah dengannya!"Kamu ...." Lily semakin merasa tidak rela, berkali-kali dia mengerahkan tenaganya, ingin mencakar Celine, tapi dia tetap tidak bisa mengalahkan tenaga Celine.Sampai akhirnya, Celine sudah malas dan langsung mendorong Lily.Lily tersandung lalu mundur beberapa langkah, tapi tetap tidak bisa stabil dan jatuh terduduk di tanah."Lily ...."Sarah segera maju karena khawatir.Lily malah melampiaskan amarahnya ke Sarah. "Siapa Lily? Dasar bodoh!""Lily, sudah jadi begini, lebih baik kamu langsung mengaku saja kalau kamu itu Lily. Apanya yang susah?"Meski Sarah bukan orang baik, dia benar-benar menyayangi Lily.Celine tidak suka Sarah, tapi lebih tidak suka lagi melihat sikap Lily ke Sarah. Namun, dia juga tidak peduli, dia hanya tahu malam ini urusan ini harus selesai!Dia mau mengungkapkan wujud asli Lily.Seperti yang diduga, mendengar kata-kata Celine, Lily semakin mirip dengan dia yan
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad