Fera menghirup napas dalam-dalam beberapa kali lalu berpesan pada asistennya dengan nada tenang. Setelah itu, dia melepaskan genggamannya di gagang pintu."Baik, saya pergi sekarang juga."Setelah asistennya pergi dengan terburu-buru, Fera merapikan pakaiannya sambil tersenyum sinis, kemudian naik ke lantai tiga dengan santai dan masuk ke kamar di ujung koridor.Ketika Dylan naik ke lantai dua, dia tidak melihat Fera, malah melihat asistennya Fera berdiri di dekat tangga."Tuan Muda Dylan, Anda nggak boleh naik ...."Asistennya Fera menghalangi jalan Dylan dengan ekspresi tegang, dia terus mundur karena takut dengan tatapan Dylan yang penuh amarah.Fera menyuruhnya menghalangi Dylan sambil berpura-pura takut, diam-diam menuntun Dylan ke kamar ujung koridor di lantai tiga.Saat ini, dia benar-benar takut dengan Dylan."Awas!" seru Dylan sambil menggertakkan giginya.Wajah asistennya Fera memucat.Dia sudah dengar kabar kalau sifat Dylan sangat bebas, tapi dia tidak pernah melihat Dylan
"Dyl ...."Panggilan itu membuat kepala Dylan semakin sakit."Dyl, begini saja, aku ambilkan daftar lukisannya untukmu. Untungnya mereka membuatkan versi digital dari semua lukisan hari ini untukku. Sini, coba kamu lihat ...."Fera mengeluarkan ponselnya lalu berdiri menghampiri Dylan lalu menyerahkan ponselnya.Lukisan-lukisan muncul bergantian secara otomatis.Awalnya, tidak ada lukisan yang spesial, semua hanya lukisan yang ada di pameran.Namun tiba-tiba, di antara lukisan-lukisan itu muncul sebuah foto yang lewat sekilas.Di dalam lukisan itu ada seorang wanita, wanita itu sedang melukis di tepi danau. Di lukisan itu, wanita itu hanya terlihat tampak sampingnya, angin meniup rambut dan roknya, membuat lukisan ini terlihat indah dan damai.Sementara wanita yang ada di lukisan itu ....Dylan merasa seperti ada sesuatu yang masuk ke hatinya, kepalanya juga semakin sakit.Lukisan-lukisan terus lewat di hadapannya, di antara lukisan-lukisan itu, terkadang ada beberapa foto seorang wani
Dylan melihat pintu itu lalu masuk ke dalam.Melihat pintu itu tertutup, senyuman sombong di wajah Fera semakin lebar.Dia merasa beruntung hari ini mengadakan pameran di sini. Tempat ini milik Keluarga Jayadi. Karena "dia", Omar sangat jarang datang ke sini, tapi benda-benda di kamar itu masih ada.Kebetulan ....Fera sangat senang dengan rencananya.Dia melihat pintu itu untuk terakhir kalinya lalu keluar.Di luar, asisten wanitanya menunggu dengan gelisah. Begitu melihat Fera keluar, dia langsung menghampirinya. "Nyonya, Tuan Muda ....""Dia nggak apa-apa, aku juga baik-baik saja."Fera langsung menyela asistennya dengan tenang lalu berpesan padanya, "Panggil Tuan Muda Andreas ke sini."Tuan Muda Andreas?Hanya namanya saja sudah membuat asistennya takut.Hari ini ulang tahun Omar, selama beberapa tahun dia bekerja dengan Fera, dia tidak pernah melihat Andreas hadir di acara ulang tahun Omar.Bagaimana caranya dia memanggil Andreas datang?"Nyonya ...."Begitu dia berbicara, Fera su
Seperti dugaannya, begitu melihat nama itu, Andreas tertegun sejenak.Lalu, Andreas langsung mengambil ponsel Gian.Lukisan bernama "Matahari" itu dibeli oleh orang bernama "Celine Maira".Celine pergi ke pameran lukisan Omar!Andreas langsung berdiri dan keluar dengan terburu-buru."Tuan ...."Gian melihat ke Owen, saat bertatapan, mereka langsung melakukan pembagian tugas.Owen tetap di sini untuk menyelesaikan urusan di sini, sedangkan Gian berlari keluar lalu berhasil menyusul Andreas di lift.Di dalam lift,Andreas jelas terlihat gelisah."Tuan, hari ini acara ulang tahun Tuan Omar diadakan di pusat pameran yang ada di jalan Cokro nomor 113," lapor Gian.Andreas sangat benci dengan ulang tahun Omar.Oleh karena itu, meski mereka sudah tahu alamat tempat acara ulang tahunnya, mereka sangat kompak tidak melaporkan hal ini ke Andreas."Oke."Suara Andreas terdengar tegang.Dia harusnya tahu dari awal, Celine ingin bertemu dengan anggota Keluarga Jayadi, yang berarti acara ulang tahun
Timothy menyadari kata "juga" ini, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.Percakapan mereka terdengar dari luar lewat celah pintu.Celine sedang bersandar di dinding di luar. Di benaknya terus terngiang-ngiang tiga kata, yaitu "sudah tidur bareng".Andreas dan Bella ....Tiba-tiba dia teringat Hansen pernah mengungkit kalau Andreas dan Bella pernah keluar dari hotel yang sama.Ada sesuatu yang tiba-tiba pas di otaknya.Hatinya seperti tiba-tiba diremas seseorang, membuatnya tak bisa bernapas. Sebelum dia sempat tenang kembali, dia kembali mendengar percakapan dari dalam terdengar jelas."Siapa bilang orang yang kusuka itu Celine?"Timothy menyalakan sebatang rokok, lalu dia mengembuskan asap rokok.Bella terkejut."Malam itu di ruang CCTV kamu jelas-jelas sedang melihat ...."Malam itu, tatapan Timothy terus mengikuti Celine, tapi tiba-tiba Bella teringat sesuatu. "Orang yang kamu lihat malam itu bukan Celine!"Di benak Bella muncul adegan di layar CCTV itu.Bella terlalu fokus pada Celine
Lampu berwarna merah yang menakutkan membuat Celine merinding.Setelah tenang kembali, dia baru menyadari kalau ternyata ruangan ini adalah ruang gelap untuk cuci foto.Ada seseorang meringkuk di sudut ruangan, dia mengepal kedua tangannya dengan erat dan menutupi seluruh wajahnya.Celine maju, tapi baru saja dia melangkah satu langkah, suara itu terdengar semakin ketakutan."Jangan mendekat. Kamu ... jangan mendekat!"Tubuhnya yang meringkuk jelas terlihat sedang gemetaran, tapi suaranya membuat Celine yakin dengan identitas orang di depannya."Dylan, kamu ...." Hati Celine sudah dipenuhi dengan kekagetan.Baik di depan media ataupun di layar TV, Dylan yang Celine lihat selalu sangat bersinar dan percaya diri.Namun, sekarang Dylan terlihat sangat menyedihkan.Mendengar Celine memanggil namanya, tubuh yang meringkuk itu membeku sejenak."Kamu kenapa?" tanya Celine akhirnya.Dia kembali mencoba maju.Begitu merasakan gerak-gerik Celine, Dylan segera menaikkan volume suaranya. "Jangan m
Tenaga yang mencekik leher Celine semakin kuat.Ekspresi orang di depannya penuh dengan kebencian, tapi di antara dia dan Dylan tak pernah ada konflik, mana mungkin ada kebencian?Satu-satunya kemungkinan adalah Dylan menganggapnya sebagai orang lain!"Dylan, lihat dengan jelas, ini aku, aku Celine ...." Karena lehernya dicekik, Celine kesusahan bicara.Celine ....Dylan jelas tertegun sejenak.Wajah di depannya adalah Celine, tapi rasa sakit di kepalanya membuatnya berimajinasi.Ketika dia melihat Celine lagi, wajah itu kembali berubah jadi orang yang dia benci."Kembalikan dia!" teriak Dylan.Tenaga yang mencekik Celine kembali menguat, bahkan muncul niat membunuh di mata Dylan. Dia terus menggumam, "Kamu wanita jahat, kembalikan dia, kembalikan!"Wanita jahat? Kembalikan?Apa yang mau dikembalikan?Ada banyak pertanyaan di otak Celine.Saat ini, udara yang masuk ke paru-parunya semakin sedikit, dia berusaha bertahan, mencoba untuk melepaskan kedua tangan Dylan di lehernya.Namun, te
Apalagi hubungan mereka berdua tidak pernah membaik.Omar hanya tersenyum datar lalu melihat ke Andreas yang dikelilingi orang-orang, di matanya tidak ada emosi apa pun.Fera yang di sampingnya juga sedang melihat Andreas."Kak Omar, hari ini Andreas pasti datang khusus untuk acara ulang tahunmu. Seperti yang kuduga, dia sebenarnya masih memikirkanmu. Di antara anak dan ayah, mana ada dendam yang berkelanjutan?"Senyumannya yang lembut ditambah dengan nada suaranya yang lembut membuatnya terlihat seperti Nyonya Fera yang lembut dan bijaksana.Namun, hanya dia yang tahu kenapa Andreas bisa datang hari ini.Posisi Celine di hati Andreas sepertinya memang tidak biasa!Namun, memangnya kenapa?Fera mengira dia harus mencari cara untuk menuntun Celine masuk ke kamar itu. Namun ternyata, tadi dia lihat dari CCTV, untuk menghindar dari Bella, Celine masuk ke kamar itu dengan sendirinya.Ini namanya takdir!Saat ini, takutnya Celine sudah mati di tangan Dylan!Sementara Andreas ....Satu sisi
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s