Timothy menyadari kata "juga" ini, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.Percakapan mereka terdengar dari luar lewat celah pintu.Celine sedang bersandar di dinding di luar. Di benaknya terus terngiang-ngiang tiga kata, yaitu "sudah tidur bareng".Andreas dan Bella ....Tiba-tiba dia teringat Hansen pernah mengungkit kalau Andreas dan Bella pernah keluar dari hotel yang sama.Ada sesuatu yang tiba-tiba pas di otaknya.Hatinya seperti tiba-tiba diremas seseorang, membuatnya tak bisa bernapas. Sebelum dia sempat tenang kembali, dia kembali mendengar percakapan dari dalam terdengar jelas."Siapa bilang orang yang kusuka itu Celine?"Timothy menyalakan sebatang rokok, lalu dia mengembuskan asap rokok.Bella terkejut."Malam itu di ruang CCTV kamu jelas-jelas sedang melihat ...."Malam itu, tatapan Timothy terus mengikuti Celine, tapi tiba-tiba Bella teringat sesuatu. "Orang yang kamu lihat malam itu bukan Celine!"Di benak Bella muncul adegan di layar CCTV itu.Bella terlalu fokus pada Celine
Lampu berwarna merah yang menakutkan membuat Celine merinding.Setelah tenang kembali, dia baru menyadari kalau ternyata ruangan ini adalah ruang gelap untuk cuci foto.Ada seseorang meringkuk di sudut ruangan, dia mengepal kedua tangannya dengan erat dan menutupi seluruh wajahnya.Celine maju, tapi baru saja dia melangkah satu langkah, suara itu terdengar semakin ketakutan."Jangan mendekat. Kamu ... jangan mendekat!"Tubuhnya yang meringkuk jelas terlihat sedang gemetaran, tapi suaranya membuat Celine yakin dengan identitas orang di depannya."Dylan, kamu ...." Hati Celine sudah dipenuhi dengan kekagetan.Baik di depan media ataupun di layar TV, Dylan yang Celine lihat selalu sangat bersinar dan percaya diri.Namun, sekarang Dylan terlihat sangat menyedihkan.Mendengar Celine memanggil namanya, tubuh yang meringkuk itu membeku sejenak."Kamu kenapa?" tanya Celine akhirnya.Dia kembali mencoba maju.Begitu merasakan gerak-gerik Celine, Dylan segera menaikkan volume suaranya. "Jangan m
Tenaga yang mencekik leher Celine semakin kuat.Ekspresi orang di depannya penuh dengan kebencian, tapi di antara dia dan Dylan tak pernah ada konflik, mana mungkin ada kebencian?Satu-satunya kemungkinan adalah Dylan menganggapnya sebagai orang lain!"Dylan, lihat dengan jelas, ini aku, aku Celine ...." Karena lehernya dicekik, Celine kesusahan bicara.Celine ....Dylan jelas tertegun sejenak.Wajah di depannya adalah Celine, tapi rasa sakit di kepalanya membuatnya berimajinasi.Ketika dia melihat Celine lagi, wajah itu kembali berubah jadi orang yang dia benci."Kembalikan dia!" teriak Dylan.Tenaga yang mencekik Celine kembali menguat, bahkan muncul niat membunuh di mata Dylan. Dia terus menggumam, "Kamu wanita jahat, kembalikan dia, kembalikan!"Wanita jahat? Kembalikan?Apa yang mau dikembalikan?Ada banyak pertanyaan di otak Celine.Saat ini, udara yang masuk ke paru-parunya semakin sedikit, dia berusaha bertahan, mencoba untuk melepaskan kedua tangan Dylan di lehernya.Namun, te
Apalagi hubungan mereka berdua tidak pernah membaik.Omar hanya tersenyum datar lalu melihat ke Andreas yang dikelilingi orang-orang, di matanya tidak ada emosi apa pun.Fera yang di sampingnya juga sedang melihat Andreas."Kak Omar, hari ini Andreas pasti datang khusus untuk acara ulang tahunmu. Seperti yang kuduga, dia sebenarnya masih memikirkanmu. Di antara anak dan ayah, mana ada dendam yang berkelanjutan?"Senyumannya yang lembut ditambah dengan nada suaranya yang lembut membuatnya terlihat seperti Nyonya Fera yang lembut dan bijaksana.Namun, hanya dia yang tahu kenapa Andreas bisa datang hari ini.Posisi Celine di hati Andreas sepertinya memang tidak biasa!Namun, memangnya kenapa?Fera mengira dia harus mencari cara untuk menuntun Celine masuk ke kamar itu. Namun ternyata, tadi dia lihat dari CCTV, untuk menghindar dari Bella, Celine masuk ke kamar itu dengan sendirinya.Ini namanya takdir!Saat ini, takutnya Celine sudah mati di tangan Dylan!Sementara Andreas ....Satu sisi
"Lantai tiga!"Jalur ke lantai tiga dikunci. Hansen sudah meminta bantuan staf, tapi staf itu berkata kalau lantai tiga adalah tempat Omar menyimpan barang-barang berharga, jadi tidak pernah dibuka untuk umum.Staf itu juga menjamin berkali-kali kalau di lantai tiga tidak ada orang.Andreas sama sekali tidak menghabiskan waktu lagi, dia langsung berlari ke lantai tiga.Setiap jalur ke lantai tiga diberi pintu yang dikunci dengan nomor sandi.Gedung pameran ini adalah properti pribadi Omar.Andreas melihat Gian yang mengikutinya sekilas. Hanya dengan satu tatapan, Gian sudah tahu apa yang diinginkan Andreas.Gian segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.Di bawah, semua orang berdiri di tempat dengan ekspresi kaget.Tiba-tiba, terdengar suara ponsel berbunyi. Semua orang melihat ke asal suara dan melihat Omar yang tadinya gusar mengernyit saat melihat ponselnya.Suara ponsel itu bergema ke seluruh gedung, membuat suasana semakin aneh.Setelah sekian lama, Omar akhirnya mene
"Kak Omar, aku agak khawatir, di lantai tiga ada ...."Sikap Fera yang tadinya ingin mendamaikan ayah dan anak tadi berubah, dia tiba-tiba teringat sesuatu lalu melihat Omar dengan tatapan khawatir.Omar juga menyadari sesuatu."Semua salahku, bagaimana kalau mereka mencari ke kamar itu dan melihat ...."Fera tidak melanjutkan kata-katanya karena Omar sudah naik ke lantai tiga meninggalkannya.Muncul ekspresi dingin di wajah Fera.Melihat sosok Omar yang panik, dia mengira Omar sudah lupa kalau di lantai tiga selain ada lukisan-lukisan yang berharga, masih ada satu kamar yang sudah tertutup sangat lama.Sementara kamar itu ....Fera tidak ingin kelewatan apa pun, jadi setelah Omar pergi, dia segera pergi mengejar.Gedung pameran ini sangat besar, kamar di lantai tiga juga lumayan banyak.Andreas, Hansen dan Gian mencari satu per satu kamar sambil memanggil nama Celine, tapi tidak ada jawaban.Omar dan Fera berdiri di satu sudut koridor.Ketika tiga orang itu tiba di sana, Omar malah me
Tolong dia?Di dalam kamar ini, selain Celine masih ada orang lain?Mereka berdua tidak sempat memperhatikan apa yang ada di dalam kamar gelap itu.Andreas dan Hansen menopang Celine dan segera memeriksa kondisinya. Mereka melihat pakaiannya berantakan, di dahinya ada luka yang masih berdarah. Andreas merasa jantungnya seakan-akan berhenti berdetak."Apa yang dia lakukan padamu?" Hansen juga menggertakkan giginya dan tidak bisa bernapas. Dia menanyakan pertanyaan ini, tapi takut mendengar jawabannya.Apa yang dia lakukan padanya?Celine teringat dengan apa yang terjadi tadi.Dia mengira dia akan mati di sini, tapi tiba-tiba Dylan melepaskannya.Setelah itu ....Celine tidak berani menyia-nyiakan waktu lagi. "Cepat tolong dia, Dylan ... Dylan ...."Celine tidak berani memikirkan kejadian tadi lagi, dia segera berbalik melihat orang yang berbaring di sudut kamar ....Andreas dan Hansen pun mengikuti arah pandangnya.Di bawah cahaya merah, pria itu menutup matanya, sedangkan wajah itu ...
Namun, di saat terakhir, Fera berhasil menahan dirinya.Fera menarik sudut bibirnya dan berkata, "Kenapa jadi begini? Jatuh ke mana-mana. Kak Omar, kamu tenang saja, aku bisa merapikan semua ini."Sudah bertahun-tahun Omar tidak memasuki kamar ini.Dulunya, setelah gedung ini kebakaran, semuanya direnovasi ulang. Foto-foto di kamar gelap ini adalah sisa barang yang berhubungan dengan Shella Retno.Fera tahu betapa pentingnya posisi foto-foto ini di hati Omar dulunya.Bahkan selama beberapa tahun ini dia berhasil mendapatkan hati pria ini, dia tetap tidak berani menghancurkan foto-foto ini karena takut tiba-tiba Omar teringat.Namun hari ini, yang merusak foto-foto ini bukan dia!Muncul kesenangan di hati Fera.Dia segera jongkok untuk membantu Omar merapikan tempat ini.Namun, sebelum dia sempat menyentuh foto di lantai, Omar tiba-tiba merampas foto yang mau dipungut Fera sambil berkata, "Jangan pegang!"Nada suara Omar sangat tajam.Namun, dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan kembali m