Seakan-akan semuanya menunjuk ke Andreas."Winny, aku akan membalaskan dendammu. Siapa pun pelakunya, orang yang melukaimu pasti akan membayar akibatnya," gumam Celine sambil menggenggam tangan Winny, seakan-akan sedang bersumpah.Perlahan-lahan, Winny menjadi tenang.Setelah menunggu Winny benar-benar tidur dengan tenang, Celine baru berjalan ke jendela.Sekarang sudah jam tiga subuh, melihat keluar dari bangunan ini, kebetulan bisa melihat sebuah jalanan di luar rumah sakit.Di jalan itu, sebuah mobil berhenti lalu ada seseorang turun dari mobil.Celine seakan-akan melihat sosok Andreas.Namun, bagaimana mungkin?Dari jarak sejauh ini, mana mungkin bisa melihat wajah seseorang dengan jelas? Dia kenapa bisa merasa kalau orang itu adalah Andreas?Celine menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk pergi mencuci mukanya. Dia harus berpikir baik-baik bagaimana caranya menemukan orang yang melukai Winny itu.Namun, dia tidak menyangka begitu dia keluar dari kamar pasien, tangannya digenggam
Namun, dia tidak tahu kalau perasaan Celine sekarang bertolak belakang dengannya.Dia maju, Celine pun mundur. Dia terus melihat Andreas dengan tatapan waspada. "Lokasi acara penutupan hari itu juga punya Grup Jayadi?""Iya," jawab Andreas dengan bingung.Namun, dia segera tersenyum menyanjung. "Kamu suka tempat itu? Kalau kamu suka ....""Aku nggak suka!" Celine kembali menyela kata-kata Andreas.Kali ini, dia tiba-tiba meningkatkan suaranya, Andreas pun akhirnya menyadari emosi Celine yang agak aneh.Celine tidak suka gedung acara itu, tatapannya bahkan menunjukkan kebencian!"Sayang ...."Andreas ingin mencari tahu, Celine pun mengatakan alasannya, "Winny terluka di sana!"Tubuh Andreas membeku.Dia baru sadar setelah dia ditipu untuk pergi dari sana, pasti terjadi sesuatu di sana. Ekspresi Andreas langsung berubah suram.Celine masih terus menginterogasinya."Kamu yang mengganti lokasi acaranya ke gedung acara milik Grup Jayadi?""Bukan!"Selama ini dia mengira acara penutupannya m
"Tuan, malam itu selain Tuan, tidak ada anggota Keluarga Jayadi yang muncul di sana. Tapi ... Tuan Muda Timothy adalah pelanggan tempat itu."Timothy?Hari itu Timothy juga pergi melihat pertunjukan."Mana Timothy sekarang?" tanya Andreas dengan tatapan dingin.Gian sudah memeriksa lokasi Timothy beberapa hari ini."Dia naik kapal pesiar keluar negeri, kencan dengan artis dan influencer, sama seperti biasanya, nggak ada yang berbeda. Tapi setelah hari itu, dia nggak pernah ke gedung acara itu lagi. Ini nggak cocok dengan kebiasaannya."Kalau ada yang di luar dari biasanya, pasti ada alasannya.Andreas merenung sejenak lalu berkata, "Awasi dia baik-baik. Terus aku ingat gedung acara itu dulunya ditangani Renald."Ada hubungan dengan keluarga mereka.Takutnya kejadian Winny ada hubungannya dengan keluarga mereka.Apa pun yang terjadi, dia akan memberikan penjelasan pada Celine.Sementara Celine, setelah turun, dia langsung menghubungi Hansen dan meminta bantuannya mencari tahu orang dari
Orang Keluarga Bakri?Keluarga Bakri yang mendukung Nona Bella Bakri itu?Hansen tiba-tiba mengungkit hal ini apa karena seperti yang dia pikirkan?Namun, saat ini Celine tidak punya waktu untuk berpikir terlalu banyak."Celly, Andreas ....""Kak, apa ada kesempatan supaya aku bisa bertemu dengan orang Keluarga Jayadi?"Celine menyela Hansen, nadanya yang mendesak segera mendapatkan balasan."Besok ayahnya Andreas ulang tahun. Di acara seperti itu, orang-orang Keluarga Jayadi harusnya akan hadir semua."Selain Andreas dan adiknya!Selama ini, Omar tidak dekat dengan Andreas dan Dylan. Di acara ulang tahun sebelum-sebelumnya, Andreas tak pernah hadir. Tahun ini juga tak terkecuali."Besok kamu ikut aku ke acara ulang tahunnya."Karena Andreas tak ada, dia harus pergi sendiri untuk melindungi Celine.Keesokan paginya, waktu Celine meninggalkan rumah sakit, Winny masih belum bangun.Ketika dia bangun, di dalam kamar hanya ada Nicholas.Winny melihat sekeliling dan tidak melihat Celine, di
Saat ini, wanita itu baru sadar kalau Timothy benar-benar marah.Apa karena kalung ini?Ketika Timothy berpakaian dan memasukkan kalung itu ke dalam saku jasnya, wanita itu melihat jelas kalung itu dan akhirnya mengenalinya.Dia ingat, di acara penutupan waktu itu, Winny memakai kalung itu!Dalam hati Timothy masih ada Winny?"Tuan Muda ...." Wanita itu berkata dengan lemah lembut, lalu memeluk Timothy dari belakang, sengaja menempelkan dadanya di punggung Timothy. "Beberapa hari ini main-mainnya seru, nggak?"Setelah acara penutupan itu, Timothy membantunya masuk ke tim tari.Setelah itu, dengan bantuannya, Timothy dan beberapa wanita cantik di tim tari pun bermain dengan sangat panas.Wanita ini mengira Timothy sudah melupakan Winny."Tetap ada yang kurang." Muncul sosok Winny di benak Timothy, lalu akhirnya dia menghela napas.Sayang ....Dia masih belum mencoba rasanya.Setelah Hansen membawa Winny pergi, dia sudah tidak bisa mendapatkan informasi tentang Winny, dia juga tidak tahu
Fera sengaja berpesan jangan menghabiskan uang, tapi nanti seluruh lukisan di pameran pasti akan direbut sampai tak tersisa satu pun.Seperti yang sudah diduga, meski para nyonya kaya itu berkata tidak akan menghabiskan uang, begitu berbalik melihat pameran, mereka semua segera membeli setiap lukisan di pameran.Kurang dari setengah jam, seluruh lukisan di pameran sudah terjual lebih dari setengah."Lukisan itu sangat aneh ...."Melihat sebuah lukisan di sudut, ada orang yang terkejut dan melihatnya berulang kali.Celine dan Hansen tiba di pameran.Jumlah orang yang sangat banyak di pameran membuat Celine terkejut.Ini acara ulang tahun ayahnya Andreas? Kalau tidak tahu, dia pasti mengira ini adalah pameran lukisan seorang pelukis terkenal.Hansen melihat kebingungan di wajah Celine, jadi dia menjelaskan, "Istri baru Omar adalah seorang pelukis yang lumayan terkenal. Setelah pensiun, Omar sendiri jadi suka melukis."Ternyata begitu!Omar adalah ayahnya Andreas.Omar menikah lagi, berar
Dylan tidak menyangka bisa bertemu Celine di sini.Dia juga tidak menyangka kalau Celine mengenal tempat di lukisan ini.Apakah Andreas pernah membawanya ke sana?Sikap Andreas terhadapnya benar-benar spesial."Kita lagi-lagi bertemu!" ujar Dylan sambil tersenyum.Suara yang tiba-tiba itu membuat Celine langsung menoleh. Begitu melihat orang itu, Celine langsung mengenalinya.Dylan masih tetap memakai topi untuk menutupi sebagian wajahnya, lalu masker hitam yang menutupi hampir seluruh mukanya. Namun, matanya yang melengkung ke atas itu adalah ciri khasnya.Visual nomor satu di dunia hiburan, Dylan Retno!Teringat dengan wajah itu, muncul kekagetan di wajah Celine. "Kamu juga datang untuk melihat pameran?"Meski Celine tidak merasa Dylan punya jiwa yang suka menikmati seni, dia sama sekali tidak merasa Dylan datang untuk menghadiri acara ulang tahun Omar.Dylan mengangkat alisnya dan berkata, "Bisa dibilang begitu. Kamu sendirian?""Nggak."Dia datang bersama Hansen, tapi Dylan malah s
Fera menghirup napas dalam-dalam beberapa kali lalu berpesan pada asistennya dengan nada tenang. Setelah itu, dia melepaskan genggamannya di gagang pintu."Baik, saya pergi sekarang juga."Setelah asistennya pergi dengan terburu-buru, Fera merapikan pakaiannya sambil tersenyum sinis, kemudian naik ke lantai tiga dengan santai dan masuk ke kamar di ujung koridor.Ketika Dylan naik ke lantai dua, dia tidak melihat Fera, malah melihat asistennya Fera berdiri di dekat tangga."Tuan Muda Dylan, Anda nggak boleh naik ...."Asistennya Fera menghalangi jalan Dylan dengan ekspresi tegang, dia terus mundur karena takut dengan tatapan Dylan yang penuh amarah.Fera menyuruhnya menghalangi Dylan sambil berpura-pura takut, diam-diam menuntun Dylan ke kamar ujung koridor di lantai tiga.Saat ini, dia benar-benar takut dengan Dylan."Awas!" seru Dylan sambil menggertakkan giginya.Wajah asistennya Fera memucat.Dia sudah dengar kabar kalau sifat Dylan sangat bebas, tapi dia tidak pernah melihat Dylan
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja