"Benar, siapa pun yang menindas kakakku, kalau berani nggak tanggung jawab, aku bakal memukulnya sampai dia mau tanggung jawab!" ujar Steven dengan menggebu-gebu.Selesai berkata, dia mau menerjang masuk ke kamar lagi, tapi dihentikan oleh Bella."Steven, jangan ....""Semalam ... semalam dia seharusnya salah masuk kamar, terus mabuk, makanya ....""Aku nggak menyalahkannya ...."Di masa depan, Bella akan menikah dengan Andreas, apalagi sekarang di sini ada Nyonya Tua Keluarga Jayadi, kalaupun dia "ditindas", dia juga harus menunjukkan sikap toleransinya.Dia mengira Yuni akan menyukainya.Namun, saat melirik Yuni, dia malah melihat samar-samar ada senyuman sinis di wajah Yuni.Bella mengira dia salah lihat, tapi tiba-tiba Yuni berkata,"Nggak menyalahkannya, tapi memanggil orang sebanyak ini kemari?"Hanya satu kalimat ini saja membuat semua orang yang ada di sini tertegun, terutama Inez, dia merasa seakan-akan isi hatinya terlihat jelas oleh Yuni.Bella juga langsung panik.Inez sada
Orang-orang Keluarga Bakri mengeroyok satu orang tua?Senyuman sinis di wajah Yuni semakin jelas.Dia tidak mengatakan apa-apa, malah sengaja menatap Bella. Meski ditutupi handuk, tapi memar-memar di leher dan lengannya tidak ditutupi sama sekali.Seakan-akan sengaja mau diperlihatkan ke orang-orang.Bella merasa sedikit minder karena tatapan Yuni, tapi dia selalu membanggakan kemampuan aktingnya. Dia yakin dia tidak ketahuan, jadi dia fokus berpura-pura sedih, tak berdaya dan panik untuk mendapatkan belas kasihan Yuni."Inez ...."Setelah sekian lama, Yuni tiba-tiba bersuara."Ibu, aku di sini." Inez tahu Yuni sudah mau membuat pernyataan, dia segera mendekat.Dia sangat menanti-nantikannya, lebih baik lagi kalau Yuni bisa langsung berjanji dan memutuskan pernikahan Andreas dan Bella.Yuni mengulurkan tangannya, Inez pun langsung pergi memapahnya.Yuni berdiri dengan bantuan Inez lalu berkata, "Sarapan pagi ini membuat lambungku begah, aku harus pulang istirahat sebentar."Semua orang
Inez terdiam sejenak lalu berkata, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Aku nggak melakukan apa-apa, semalam aku ...." Timothy melirik wanita telanjang yang sedang menggodanya pagi-pagi begini."Semalam aku nggak melakukan apa-apa, tapi ...."Timothy mengalihkan pandangannya, ekspresinya menjadi serius. "Semalam waktu aku menyuruh pengawalku pergi mengurus wanita itu, Hansen membawanya pergi."Dia baru dapat kabar pagi-pagi ini.Kalaupun wanita itu sudah mati, dengan campur tangan Keluarga Nadine, masalah ini akan jadi repot.Terutama kata-kata terakhir Hansen."Kalian nggak pantas menyentuh orang Keluarga Nadine."Winny jelas-jelas bermarga Tantra ...."Ibu, coba kamu selidiki apa hubungan Winny Tantra dengan Keluarga Nadine." Setelah itu, Timothy tiba-tiba teringat sesuatu. "Celine Maira juga ...."Ketika mendengar nama Hansen, ekspresi Inez sudah berubah.Sebagai anak muda yang paling kompeten di Keluarga Nadine, juga cucu yang paling disayangi Tuan Richard, Inez tahu sedikit tentang Hans
Andreas mendongak melihat Hansen sekilas tanpa mengatakan apa-apa.Dia membuka mulut ingin bertanya tentang Celine, tapi jelas terlihat, Hansen tidak akan memberi tahu dia.Andreas hanya mendongak sebentar lalu menunduk lagi.Hansen mengangkat alisnya lalu kembali bekerja.Langit di luar jendela semakin gelap, di seluruh gedung hanya ada Hansen dan Andreas. Mereka berdua sangat kompak, fokus dengan pekerjaan masing-masing.Dua jam kemudian, Hansen berdiri hendak pergi.Begitu dia bergerak, Andreas juga meletakkan dokumen di tangannya dan mengambil jasnya lalu ikut keluar.Suara langkah kaki di belakang sangat jelas, Hansen tahu Andreas mengikutinya, tapi dia tidak berbalik dan langsung berjalan ke parkiran. Tidak hanya Andreas yang terus mengikuti Hansen seharian, bahkan mobilnya juga diparkir di samping mobil Hansen.Di saat Hansen masuk mobil, Andreas juga masuk mobil.Dua mobil itu satu di depan satu di belakang, menjaga jarak yang pas sampai ketika mobil Hansen masuk ke kediaman Ke
Carla memasang ekspresi kesal.Dia paling benci masa-masa saat keberadaannya tidak dianggap.Sudah bertahun-tahun hal ini tidak diungkit, dia bahkan sudah hampir melupakannya. Namun, beberapa pegawai tua di perusahaan tahu keberadaan Lala.Orang-orang yang tadi bergosip perlahan-lahan pergi.Carla tentu saja sudah menyadari keberadaan Hansen dan Andreas.Beberapa hari ini dia tidak datang ke kantor pusat, jadi dia baru tahu hari ini kalau Andreas datang ke kantor pusat setiap hari.Apakah karena Celine?Tak lama kemudian, Carla sudah mendapatkan jawaban atas tebakannya ini.Selain Lala, hanya Celine yang bisa memengaruhi dua orang ini.Begitu memikirkan Celine, kening Carla langsung berkerut.Dia sudah berhari-hari tidak melihat Celine!Carla duduk di satu tempat yang pas, lalu samar-samar dia mendengar suara dari meja Andreas dan Hansen."Perebutan harta Keluarga Nadine ... aku bisa membantumu!"Sejak datang ke kantin, Hansen dan Andreas fokus dengan makanan di depan mereka. Saat ini,
Sejak Winny bangun, dokter sudah memeriksanya dan pergi, tapi Winny tetap tidak mengatakan apa-apa. Matanya seakan-akan tidak fokus, juga kehilangan sinarnya. Seolah-olah tubuhnya sudah bangun tapi jiwanya masih tidak sadarkan diri."Winny?" Celine mencoba memanggil Winny, tapi dia tidak berani terlalu keras, takut mengagetkan Winny.Dia sudah memanggil Winny berkali-kali, tapi Winny terus menatap langit-langit, tidak memberikan reaksi apa pun.Kekhawatiran di hati Celine semakin lama semakin kuat."Winny, Kak Nicholas sudah datang, dia sengaja ke sini untuk menemanimu. Beberapa hari ini dia terus di sisimu, kamu jangan takut ...."Celine terus berkata tanpa henti.Dia menghibur diri sendiri, berkata Winny baru saja bangun, perlu sedikit waktu.Mendengar ada orang-orang yang dekat dengannya ada di sisinya, Winny akan "bangun".Namun setelah sekian lama, dia tetap tidak bereaksi.Rasa bersalah yang sangat kuat memenuhi hati Celine. Malam itu, kalau saja dia lebih waspada, kalau saja dia
"Tahu."Nicholas punya firasat kalau Winny mengungkit Keluarga Jayadi mungkin karena kejadian kali ini berhubungan dengan Keluarga Jayadi.Seperti dugaannya, Winny menatap Nicholas dengan tatapan serius. "Jangan ... sampai Celine ... mendekati ... orang Keluarga Jayadi, aku takut ... dia ...."Saat ini, Winny mengucapkan setiap kata dengan susah payah.Nicholas kasihan padanya, juga mengerti apa maksudnya.Tanpa menunggu Winny selesai bicara, Nicholas langsung menjawabnya, "Oke, kamu tenang saja, aku akan mengawasinya agar nggak berhubungan dengan Keluarga Jayadi."Winny baru tenang.Namun, mereka berdua tidak tahu entah sejak kapan Celine sudah kembali.Tangannya terletak di gagang pintu, dia seperti membeku di sana. Setelah setengah menit, dia baru melepaskan genggamannya. Dia yang awalnya mau masuk pergi dengan ekspresi kosong seakan-akan kehilangan rohnya."Kak Celly?"Ketika dia berjalan ke belokan, ada yang memanggilnya.Celine tidak mendengarnya dengan jelas, lalu orang itu mema
Sheryn mulai panik."Kak Celly, awalnya kita sudah menentukan akan menikah di akhir bulan ini, tapi Nicho mengkhawatirkan Winny, jadi dia mau menundanya ...."Sheryn terlihat sangat sedih. "Aku tahu aku seharusnya mengerti, juga ingin mendukung keputusannya, lagi pula ditunda atau nggak, kita tetap akan menikah. Tapi ... perutku ... kalau sudah besar baru mengadakan pesta pernikahan, takutnya akan merusak nama baik Nicho."Celine pernah mendengar Winny cerita kalau Nicholas akan menikah.Sekarang dia juga sudah tahu pasangan Nicholas adalah Sheryn.Namun, untuk apa Sheryn mengatakan ini padanya?Celine malas menebak, juga tidak mengatakan apa-apa.Malah Sheryn yang tidak sabar.Tiba-tiba, Sheryn menggenggam tangan Celine dan berkata, "Kak Celly, coba kamu bilang ke Nicho jangan menunda pernikahannya. Keluarga Tantra sudah menyiapkan semuanya, nantinya juga hanya perlu satu hari. Setelah itu, Nicho bisa datang menemani Winny lagi."Celine malah merasa hal ini sangat lucu. "Hal seperti i
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja