Celine pun tertegun.Pria ini adalah miliknya ....Hati Celine berdegup kencang seperti hendak melompat keluar dari dadanya. Napasnya juga tidak setenang sebelumnya.Pria ini juga sepertinya sudah menyelesaikan perkataannya. Sekarang, di udara hanya tersisa napas mereka. Di dalam benak Celine masih terngiang perkataan suami tampannya "Aku adalah milikmu".Dia sama sekali tidak bisa menenangkan gejolak emosi di dalam hatinya.Setelah beberapa saat berlalu, suara pria itu pun tidak terdengar lagi. Tangan besar yang menggenggam jarinya juga entah kapan sudah melepaskannya.Celine mengerutkan dahinya dan merasa sedikit kecewa.Dia ... sudah tidur?Setelah mengatakan kata-kata yang menggodanya, pria ini tidur begitu saja?Di dalam hatinya, Celine jadi merasa tidak senang.Setelah menggodanya, pria ini langsung tidur. Di mana hati nuraninya?Karena pria ini sudah tidur, untuk apa lagi Celine pura-pura tidur? Celine pun membuka matanya.Kegelapan masih menyelimuti kamar tersebut.Setelah mata
Karena penasaran pada apa yang akan dilakukan oleh wanita ini, Celine pun menahan keinginannya untuk mengakhiri panggilan telepon tersebut."Kak Celine, kamu jangan marah lagi ya untuk masalah semalam. Sekarang juga aku akan berlutut padamu. Maafkan aku, ya?"Suara Lily terdengar sangat tulus. Celine hampir saja mengira bahwa sikap murahan yang ditunjukkan Lily di Hotel Binara semalam hanya khayalannya.Wanita ini ingin meminta maaf?Wanita ini juga ingin berlutut?Drama apalagi kali ini?Celine yang dilanda rasa ragu juga langsung mengejeknya tanpa perasaan dan berkata, "Kalau begitu kamu berlutut saja!"Setelah mengatakannya, Celine pun sudah bersiap-siap untuk mengakhiri percakapan tersebut.Lalu dari ujung sana terdengar suara seruan orang tua yang berkata, "Lily, apa yang sedang kamu lakukan?"Suara orang tua itu terdengar agak familiar seolah-olah Celine sudah mengenalnya. Ketika Celine bermaksud untuk mendengarnya dan mana tahu dia bisa teringat pada sesuatu, Lily yang ada di sa
Hansen menarik tatapannya dengan tenang dan langsung naik ke lantai atas. Ketika dia melewati Lily, pria itu tiba-tiba menghentikan langkah kakinya."Andreas tidak suka wanita yang suka berpura-pura lemah. Kamu seharusnya juga sudah tahu bahwa dia sudah menikah."Suara pria itu seperti sedang memberi Lily peringatan. Rasanya sangat kontras dengan gaya Hansen yang selalu elegan. Setiap perkataannya terdengar sangat menusuk.Hati Lily sampai bergetar.Ketika wanita itu berbalik dan bermaksud untuk memberikan penjelasan, lalu ketika mata mereka bertemu, perasaan bersalah langsung melanda Lily karena dia seperti sudah ketahuan. Tidak sampai saru detik, wanita itu langsung memalingkan wajahnya.Meskipun demikian, ketika pria itu masih memperhatikannya, Lily merasa seperti duduk di matras berduri.Akhirnya, Hansen sudah mengalihkan tatapannya dari wanita itu. Suara langkah kakinya juga semakin lama semakin jauh. Hanya saja, kemarahan yang ada di dalam hati Lily malah menjadi semakin kuat.Pa
Acara ulang tahun Tuan Richard akan diadakan di mansion Keluarga Nadine.Andreas sudah mendapatkan undangan dari Keluarga Nadine. Akan tetapi, dia tidak bermaksud untuk menghadiri pesta tersebut.Sementara itu, Hansen sama sekali tidak mengundang Celine. Sejak Celine kehilangan ingatannya, Hansen menjadi semakin ingin melindungi Celine. Di dalam hatinya, Hansen sama sekali tidak ingin Celine muncul di pesta tersebut dan khawatir Celine akan terluka.Beberapa hari sebelum pesta ulang tahun Tuan Richard, Hansen sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta tersebut. Sementara itu, Carla sibuk mengurus Perusahaan Perhiasan Nadine.Sedangkan Lily seperti tiba-tiba saja kehilangan semangatnya setelah tidak mendapatkan jabatan direktur perancang di Perusahaan Perhiasan Nadine. Wanita itu sampai setiap hari menemani Tuan Richard di mansion seolah-olah kepribadiannya sudah berubah.Lily bahkan mengurus sendiri makanan sampai minuman Tuan Richard."Tuan, Nona Lily benar-benar
"Celine!"Begitu Hansen menyebut nama Celine, pria itu langsung melihat Tuan Richard untuk sekilas.Tatapan mata pria tua itu terlihat sedikit tertegun.Hansen kembali melanjutkan, "Demi merancang baju ini, Celine sudah berusaha sangat keras. Celine mengambil ukuran tubuhmu sendiri agar dia bisa membuatkan ukuran yang sesuai untukmu. Sebenarnya, baju pesta ini adalah hadiah ulang tahunku untuk Kakek. Tapi kalau ditilik kembali, baju ini sebenarnya dibuat Celine untuk Kakek."Ketika Hansen mengungkit Celine, sorot mata pria itu menunjukkan kasih sayang yang tak terbendung.Pria itu mengira bahwa Tuan Richard bisa merasakan ketulusan hati Celine.Dia sama sekali tidak menyangka bahwa tatapan Tuan Richard berubah gelap dan berkata, "Aku sudah lelah. Bantu aku untuk melepaskannya!"Hansen juga merasa sangat kaget. Akan tetapi, dia tetap membantu sang kakek untuk melepaskan baju tersebut.Hansen sebenarnya masih ingin mengatakan sesuatu pada sang kakek. Akan tetapi, Tuan Richard malah berka
Gunting tersebut memancarkan cahaya dingin di bawah sinar rembulan. Permukaan yang tajam pun bersentuhan dengan bahan kain yang mahal. Kain tersebut terpotong dengan mudahnya.Suara potongannya juga terdengar sangat renyah di telinga.Namun entah kenapa, setelah Tuan Richard memotong sudut tersebut, rasa penyesalan langsung menyelubunginya.Pria tua itu pun berhenti dan mengamatinya dengan saksama. Baju pesta itu sudah rusak.Perasaan yang sangat rumit telah muncul di dalam hati pria itu. Tuan Richard samar-samar merasakan sedikit penyesalan. Pria tua itu pun menghela napas dan membuang guntingnya, lalu bergumam."Celine oh Celine! Tolong menurutlah! Untuk apa harus seperti ini?"Meskipun pertemuan mereka terbilang singkat, Tuan Richard sangat memahami karakter Celine.Gadis itu selalu bersikap terus terang dan tidak gila nama besar. Dia juga tidak selalu mengikuti arus.Wanita itu tidak lantas merubah tindak tanduknya karena sudah menjadi cucu angkat Keluarga Nadine.Tuan Richard sang
"Kakek, aku nggak ingin membangunkanmu. Aku nggak ingin membangunkan orang lain. Aku ... aku hanya merindukan ibu."Lily pun menggigit bibirnya.Wanita itu sadar bahwa perkataannya pasti bisa menyentuh sisi terlemah dari hati sang kakek.Benar saja! Ketidaksenangan yang ada di wajah pria tua itu pun perlahan-lahan menghilang dan berubah lembut ketika berkata, "Ibumu ... dia masih hidup. Kenapa kamu bisa seperti ini?"Tuan Richard menunjuk kertas sembahyang yang ada di dalam baskom. Di dalam matanya terlihat penolakan yang sangat kuat.Reaksi dari Richard memang sesuai dengan pemikiran Lily. Dia tahu bahwa Tuan Richard tidak bisa menerima kematian putrinya.Akan tetapi, Aurora memang sudah mati.Hahaha!Lily tidak akan memberitahu kenyataannya kepada pria ini. Akan tetapi, dia bisa memanfaatkan kematian putri Richard untuk memicu Tuan Richard."Kakek, aku ...." Sambil mengatakannya, Lily tidak tahan dan akhirnya menangis.Sambil menangis, Lily menambahkan sesuatu."Aku juga nggak percay
"Loli, aku nggak akan membiarkan Lily bersedih. Semua yang seharusnya menjadi milikmu akan kuberikan kepada Lily."Perkataan pria ini membuat Lily ingin berteriak kegirangan.Akan tetapi, dia masih sanggup menahan diri.Wanita ini tahu bahwa Aurora adalah kelemahan utama sang kakek. Kelemahan merupakan deraan mental seseorang.Asalkan dia bisa membangkitkan perasaan menyesal Tuan Richard, pria tua itu akan berusaha keras untuk menebus masa lalunya.Lily menghapus air matanya. Wanita itu melihat Tuan Richard dengan ragu-ragu dan berkata, "Kakek, apa yang ingin kamu berikan padaku?"Sepasang mata jernih Lily yang terlihat polos dan tidak berdosa seperti tidak dikotori oleh apa pun. Wanita ini seolah-olah sama sekali tidak tertarik pada hal-hal berbau duniawi.Tuan Richard menjadi senang dan berkata, "Besok kamu juga akan mengetahuinya."Di pesta ulang tahunnya besok, pria ini bukan hanya akan mengganti marga Lily menjadi marga Nadine. Pria ini juga akan buat surat wasiat dan mengumumkan
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran