Sindiran itu samar-samar, tapi juga seperti tamparan kuat bagi Fera.Seperti malam bertahun-tahun yang lalu ....Sebuah bagian di hati Fera seakan-akan hancur.Andreas hanya melihatnya sekilas, bahkan tidak berhenti, dia malas melihat Fera. Setelah itu, dia fokus melihat wanita di sampingnya dengan penuh cinta.Kemudian, dia menarik tangan Celine agar Celine duduk di sampingnya.Namun, karena tidak suka ada celah di antara mereka, dia kembali merangkul pinggan Celine dan menarik Celine untuk lebih dekat dengannya.Setelah sudah menempel, Andreas baru puas.Dia sama sekali tidak mempertimbangkan orang-orang yang ada di ruang tamu.Wajah Celine yang tadinya masih memerah, sekarang semakin merah karena kelakuan Andreas ini. Orang ini ... kenapa tidak lihat situasi!Celine mengernyit melihatnya, menunjukkan perlawanan.Andreas tidak peduli.Selama ini, di depan orang luar, Celine bahkan tidak mau bergandengan, bersikeras mau menjaga jarak antara mereka. Dia seperti kekasih gelap yang harus
"Lucen benar-benar mencintaiku!" ujar Fera yakin.Keyakinan ini membuat amarah yang ada di hati Lucen tadi digantikan dengan penyesalan."Maaf, maaf ... " gumam Lucen, seakan-akan sangat menyesal.Dia menyesal telah menunjuk Fera.Fera mencintainya, dia juga mencintai Fera, dia kenapa malah memperlakukan Fera seperti itu?Dia menghancurkan kehidupan Fera, semua ini salahnya!"Maaf, maaf ...."Lucen membungkuk, tidak berani melihat Fera.Namun, dia tidak tahu kalau reaksinya ini memang diharapkan oleh Fera.Selingkuh ... hanya kesalahan secara moral, dia memang sudah tidak bisa tinggal di Keluarga Jayadi.Namun, kalau hal-hal yang pernah dia lakukan sebelumnya terungkap, hukumannya tidak seringan itu.Orang yang tahu hal-hal itu, selain dia hanya ada Lucen.Dia bertaruh dalam waktu sependek tadi, Lucen tidak mengungkapkan terlalu banyak.Suara minta maaf menggema di dalam ruangan, Fera pun menghela napas dan berkata, "Nggak usah minta maaf, aku juga sudah nggak mau tinggal di kurungan i
"Aku sewa kamu selama semalam, harganya terserah kamu."Di Bar Artemis, Celine Maira meminum minuman yang diberi obat!Seluruh tubuhnya terasa panas. Sebelum dia mempermalukan diri sendiri di depan semua orang, dia memilih pria yang ada di depannya ini.Bar Artemis adalah bar terkenal di Kota Binara yang menyediakan gigolo. Para pria di sini berusaha keras untuk menyenangkan hati tamu-tamu wanita yang ada di sisinya. Hanya pria ini yang duduk sendirian di meja sudut.Pria ini memakai kemeja satin berwarna hitam, wajahnya tampan dan terlihat berwibawa, auranya sangat tidak cocok dengan bar ini.Hanya saja, tatapannya melihat Celine terlihat kesal.Apa pria ini khawatir dia tidak sanggup bayar?"Kamu tenang saja, aku ini kaya banget." Celine ingin mengeluarkan kartu di tasnya untuk membuktikan kekayaannya.Namun, tiba-tiba kakinya lemas dan dia pun jatuh menimpa pria itu.Langsung terlihat kegusaran di mata Andreas Jayadi. Dia menganggap Celine seperti para wanita yang sebelumnya mempers
Satu jam kemudian, Andreas bangun.Di bawah selimut, tidak ada apa-apa selain pakaian dalam.Tidak hanya itu, wanita itu bahkan mencuri bajunya!Wajah Andreas langsung gusar.Begitu masuk, James Rianto langsung melihat Andreas yang berbaring di kasur berantakan dengan wajah gusar. Kemudian, dia melihat ada gaun merah yang sudah robek di lantai dan langsung sadar apa yang terjadi."Kamu ini ... sudah berubah?"Semua orang tahu Tuan Muda Ketiga Keluarga Jayadi ini tidak suka wanita. Meski begitu, tetap ada banyak wanita yang ingin tidur dengannya.Selama ini, Andreas selalu bersikap dingin dan tidak berperasaan pada wanita. Tidak pernah ada wanita yang berhasil tidur seranjang dengannya.Namun, jelas terlihat semalam olahraganya sangat ekstrem!Kemarin malam, ketika James mendapat panggilan dari Andreas, dia sedang mabuk. Sampai tadi pagi sudah sadar, dia baru ingat Andreas menyuruhnya mengirimkan dokter pribadi.Satu bulan sebelumnya, Andreas membersihkan para keluarga-keluarga cabang d
Foto semalam di bar!Siapa yang foto?Kepala Celine berdengung."Ayah, jangan marah, nggak bagus untuk kesehatan. Ini pasti cuma kesalahan sesaat. Untungnya Kak Reza sudah membeli foto-foto ini. Kalau sampai foto ini tersebar, pasti bakal memengaruhi harga saham Perusahaan Perhiasan Aurora," ujar Lily dengan lembut, tapi sebenarnya dalam hati dia tertawa senang.Semalam dia menyuruh Irina membujuk Celine ke Bar Artemis dan bahkan menyiapkan beberapa lelaki kekar. Awalnya, dia ingin memotret Celine yang mempermalukan dirinya di depan publik.Namun, di luar dugaan mereka, ketika Irina kembali dari toilet, Celine sudah dibawa pergi oleh seorang pria.Irina pun hanya bisa segera memotret beberapa foto.Namun, beberapa foto ini juga sudah cukup untuk membuat Reza membatalkan pernikahannya dengan Celine.Lily menatap Celine dengan wajah yang sangat polos. Tiba-tiba dia melihat kemeja pria yang dipakai Celine. "Kak, bajumu ini ... aneh sekali! Kenapa kelihatannya seperti kemeja pria?"Tidak h
"Oke, besok aku pergi ketemu Paman. Namanya juga orang tua, aku harus siapin hadiah khusus untuknya. Kamu tenang saja, aku bakal bersikap dengan sangat baik."...Setelah Reza pergi, Celine masuk dan memungut foto-foto di lantai lalu menatap Irina dengan sinis. "Fotonya bagus, sayangnya mukanya nggak kefoto."Wajah pria semalam benar-benar luar biasa, tidak kalah dengan artis-artis terkenal.Irina agak takut, dia tahu Celine pasti akan mencurigainya soal masalah semalam.Tepat ketika dia mau mencari alasan, Celine malah menatap Lily.Lily tetap memasang ekspresi polos, lemah lembut dan berhati baik seperti biasanya. Namun, hatinya saat ini dipenuhi dengan kebencian.Dia tidak menyangka, bahkan setelah Celine ketahuan berhubungan dengan pria lain, Reza masih tetap tidak membatalkan pernikahan.Dia tidak rela. Tepat ketika dia mau menggunakan alasan ini untuk membujuk ayahnya mengusir Celine dari rumah, Celine malah tiba-tiba tersenyum dan mengatakan hal yang langsung menusuk hati Lily.
Senyuman Andreas membeku, dia tidak percaya apa yang barusan dia dengar.Setelah waktu yang terasa seperti seabad lewat, Andreas akhirnya bertanya secara perlahan, "Kamu .... Apa katamu? Coba ulangi!"Celine mengedipkan matanya lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Ayo kita menikah!"Dia bisa bayar!Celine sudah memutuskan, agar tidak repot, cara yang paling baik adalah perjanjian. Mereka tidak bakal menggunakan hati maupun tubuh. Celine bayar, pria ini terima uang. Sementara pria di depannya ini memiliki pekerjaan yang unik, menjadikannya pilihan terbaik!Setelah mencerna kata-kata Celine sejenak, muncul tatapan merendahkan dan jijik di matanya.Dia sudah tahu tujuan wanita ini!Heh ....Meskipun wanita ini tidak tahu identitasnya, wanita ini bisa melihat kalau dia bukan orang biasa.Jadi, setelah wanita ini pulang dan berpikir sejenak, dia datang lagi untuk mencarinya dan memanfaatkan kejadian semalam untuk mendapatkan suami kaya atau menipunya memberinya uang?Teringat dengan noda m
Satu jam kemudian di luar KUA.Andreas melihat buku nikah yang baru saja selesai dibuat dengan tatapan muram.Sementara Celine mencium buku nikah itu dengan penuh semangat. Dia mulai menantikan rencananya menggagalkan rencana Reza di acara ulang tahun Keluarga Linoa besok.Tiba-tiba dia melihat ke "suami top" di sampingnya.Dengan wajah dan tubuh "suami top" ini, dia bisa mengalahkan Reza dengan sangat mudah. Kalau suaminya ini muncul di pesta Keluarga Linoa besok, ekspresi Reza pasti akan sangat menarik!Celine makin bersemangat. "Eh .... Besok kamu punya waktu untuk pergi menghadiri sebuah pesta ...."Andreas masih mencerna kenyataan kalau dia sudah menikah, dia langsung menolak. "Nggak ada!"Celine terdiam lalu muncul kekecewaan di wajahnya.Namun, dalam sekejap dia mengerti.Di acara ulang tahun Keluarga Linoa besok, paman ketiga dari Keluarga Jayadi juga datang, pasti akan heboh banget.Situasi seperti itu pasti akan menakuti suaminya ini!Sebelum berpisah, Celine berpesan pada "s
"Lucen benar-benar mencintaiku!" ujar Fera yakin.Keyakinan ini membuat amarah yang ada di hati Lucen tadi digantikan dengan penyesalan."Maaf, maaf ... " gumam Lucen, seakan-akan sangat menyesal.Dia menyesal telah menunjuk Fera.Fera mencintainya, dia juga mencintai Fera, dia kenapa malah memperlakukan Fera seperti itu?Dia menghancurkan kehidupan Fera, semua ini salahnya!"Maaf, maaf ...."Lucen membungkuk, tidak berani melihat Fera.Namun, dia tidak tahu kalau reaksinya ini memang diharapkan oleh Fera.Selingkuh ... hanya kesalahan secara moral, dia memang sudah tidak bisa tinggal di Keluarga Jayadi.Namun, kalau hal-hal yang pernah dia lakukan sebelumnya terungkap, hukumannya tidak seringan itu.Orang yang tahu hal-hal itu, selain dia hanya ada Lucen.Dia bertaruh dalam waktu sependek tadi, Lucen tidak mengungkapkan terlalu banyak.Suara minta maaf menggema di dalam ruangan, Fera pun menghela napas dan berkata, "Nggak usah minta maaf, aku juga sudah nggak mau tinggal di kurungan i
Sindiran itu samar-samar, tapi juga seperti tamparan kuat bagi Fera.Seperti malam bertahun-tahun yang lalu ....Sebuah bagian di hati Fera seakan-akan hancur.Andreas hanya melihatnya sekilas, bahkan tidak berhenti, dia malas melihat Fera. Setelah itu, dia fokus melihat wanita di sampingnya dengan penuh cinta.Kemudian, dia menarik tangan Celine agar Celine duduk di sampingnya.Namun, karena tidak suka ada celah di antara mereka, dia kembali merangkul pinggan Celine dan menarik Celine untuk lebih dekat dengannya.Setelah sudah menempel, Andreas baru puas.Dia sama sekali tidak mempertimbangkan orang-orang yang ada di ruang tamu.Wajah Celine yang tadinya masih memerah, sekarang semakin merah karena kelakuan Andreas ini. Orang ini ... kenapa tidak lihat situasi!Celine mengernyit melihatnya, menunjukkan perlawanan.Andreas tidak peduli.Selama ini, di depan orang luar, Celine bahkan tidak mau bergandengan, bersikeras mau menjaga jarak antara mereka. Dia seperti kekasih gelap yang harus
Albert sebenarnya ingin melihat pertunjukan, tapi dia tidak berani melawan tatapan pamannya.Dia pun ikut pergi dengan enggan.Hansen juga pamit dan membawa Lala keluar.Ketika mereka keluar, kebetulan bertemu dengan Andreas yang membawa Celine menuju ruang tamu. Tatapan mereka tertuju pada tangan Andreas dan Celine yang bergandengan.Albert merasa sedikit cemburu, tapi dia tidak merebut Celine dari Andreas.Dia hanya berkata, "Kalau ada apa-apa, telepon aku, aku bakal datang dalam setengah jam." Lalu pergi.Dia berjalan dengan santai keluar dari gerbang kediaman.Hansen melihat Celine sejenak, tapi malah berpesan pada Andreas, "Jaga dia baik-baik."Setelah itu, dia pergi.Donny melihat Celine dengan penuh kasih sayang sambil berkata, "Besok pagi aku jemput ke perusahaan."Kemudian, dia juga pergi.Celine terdiam.Mereka semua sudah pergi, meninggalkannya sendiri di sini?Sepertinya ... kurang bagus?Tepat ketika Celine mau bilang ingin pergi bersama mereka,tangannya tiba-tiba diremas
Banyak yang menyadari kepanikan Fera ini, termasuk Omar."Fera, kamu dan dia ...." Omar tidak ingin terpengaruh oleh kata-kata Albert tadi, tapi dia tetap mau mendapatkan jawaban yang pasti."Kak Omar ...."Fera sudah memikirkan penjelasan yang bagus, tapi Albert tidak memberinya kesempatan.Albert tersenyum tipis, maksud menyindir di tatapannya semakin jelas terlihat. "Kalau aku jadi dia, kalaupun ada apa-apa, aku sudah pasti bakal bilang nggak ada apa-apa."Kata-katanya tidak bisa dipercaya!Omar mengernyit, dia bisa-bisanya setuju dengan Albert.Dia melihat ke Lucen yang berlutut di lantai.Di ingatannya, Lucen hanyalah pengawal di Swastamita, tapi sepertinya ada banyak jejaknya di mana-mana.Tiba-tiba, muncul sebuah ketakutan di hatinya, tapi tidak berani dia tanyakan.Tepat ketika Omar mundur selangkah, Lucen berkata, "Maaf, Tuan ...."Tubuh Omar membeku di tempat.Kenapa meminta maaf padanya? Apa kesalahan yang dia perbuat?Ekspresi Omar sangat jelek, suara Lucen masih terdengar.
Waktu Fera melihat ke Lucen, kebetulan melihat tekad di matanya.Seketika, Fera pun panik.Dia menyadari situasinya gawat, dia refleks mau menghentikan Lucen mengekspos dia.Namun, bagaimana caranya?Fera bersikap kasihan, lalu tiba-tiba dia mengangkat tangannya untuk memegang syal di lehernya.Di bawah syal itu, bagi orang lain hanya luka tergores ranting pohon, tapi hanya mereka berdua yang tahu kalau itu sebenarnya bekas yang ditinggalkan Lucen.Fera mengernyit, membuat orang yang melihatnya merasa kasihan.Dia ingin merangsang cinta dan perlindungan dari Lucen.Sayangnya ....Kalau tadi Lucen belum melihat semua itu, tanpa "peringatan" dari Fera, dia akan menanggung semuanya sendirian, dia akan melindungi wanita yang dia cintai ini sebisa mungkin.Namun, dia sudah melihatnya.Owen .... Bukan, bukan Owen, Tuan Andreas membunuh harapannya.Tuan Andreas ternyata sudah lama tahu hubungannya dengan Fera, membuatnya takut.Karena ketakutan yang diberikan Andreas, Lucen menunduk.Bagi Fer
Fera hanya melirik Lucen sekilas dan langsung mengalihkan tatapannya sambil berkata, "Aku nggak tahu."Dia melihat Omar dengan tatapan tidak bersalah.Dia bahkan merangkul lengan Omar sambil berkata, "Kak Omar, aku nggak tahu siapa dia."Orangnya sudah di depan, dia masih saja mau mengelak!Dylan terkekeh, wanita ini memang paling hebat pura-pura polos. Namun, kalaupun sekarang dia tidak mengaku, pada saatnya nanti, dia pasti akan mengaku.Dylan melirik Owen.Sebelum Owen masuk, dia sudah membuka mulut Lucen. "Nyonya nggak kenal dia, tapi dia sepertinya sangat akrab dengan Nyonya!"Kata-kata sangat akrab sengaja ditekankan oleh Owen.Hati Fera bergetar sejenak, di wajahnya langsung terlihat ekspresi kesal. "Aku lihat dari seragamnya, dia sepertinya pengawal Swastamita. Swastamita memang bekerja untuk Grup Jayadi, nggak aneh kalau dia mengenalku."Memang tidak aneh.Tanpa menunggu Owen mengatakan sesuatu, Fera melanjutkan, "Swastamita hanya setia pada kepala keluarga, selama ini Andreas
Kalau dipikir-pikir, dia benar-benar ... lemah!Namun, dia tidak mungkin membiarkan kakaknya terus menanggung semuanya sendirian. Dia sebagai adik, sudah bebas selama ini, juga sudah hidup tanpa arah selama ini, saatnya dia melakukan sesuatu."Kamu mau bukti?" ujar Dylan tiba-tiba.Wajah Fera langsung berubah pucat.Bukti? Dia takut bukti.Namun, Dylan ... memangnya punya bukti?Dia tidak boleh sampai ditipu oleh Dylan."Aku nggak melakukan apa-apa ...."Fera menunduk lalu tiba-tiba dia mengubah pikirannya dan langsung berlutut."Fera, kamu kenapa berlutut?" Omar segera membantunya berdiri.Namun, Fera bersikeras berlutut. "Kak Omar, aku tahu kamu memikirkanku, tapi hal ini ...."Fera menggigit bibirnya lalu berkata seakan-akan mau melakukan pengorbanan besar, "Kalau Keluarga Jayadi mau aku menanggungnya, aku tanggung. Kak Omar, memang nggak banyak yang bisa kulakukan demi Keluarga Jayadi."Maksud di balik kata-katanya adalah dia tidak bersalah, tapi dia akan menanggungnya demi Keluarg
Namun, semua orang yang di sini tidak percaya padanya.Bahkan Omar juga mengernyit, kegelisahan di hatinya semakin kuat dan berkobar semakin besar.Namun, meski begitu, Omar langsung sadar kembali dan langsung membela Fera sebelum ada yang berbicara. "Ibu, Fera sama aku terus ....""Heh ...."Sebelum dia selesai bicara, cibiran seseorang memotongnya.Omar melihat ke Dylan lalu terkejut sejenak melihat tatapan Dylan yang sedingin es. Setelah itu, muncul amarah di hatinya. "Dylan ....""Dylan, coba kamu bilang, apa yang terjadi?" Yuni mengabaikan amarah Omar.Lagi-lagi dipotong, ekspresi Omar berubah jelek.Namun saat ini, tidak ada yang peduli dengannya.Meski tadi orang yang bersama Celine di rumah kaca adalah Andreas, tapi awalnya orang-orang salah paham kalau pria itu adalah Dylan."Hari ini di keluarga ada acara besar, ada yang datang menjemputku pulang. Awalnya aku pikir supaya keluarga bisa berkumpul, tapi ternyata ada jebakan yang menungguku."Suara Dylan penuh dengan maksud meny
Yuni tentu saja tidak senang Keluarga Jayadi direndahkan.Apanya orang dan masalah aneh-aneh? Siapa orang yang aneh-aneh? Terus masalah apa yang aneh-aneh?Dia ingin melawan, tapi akhirnya menahan diri.Teringat dengan kejadian di rumah kaca tadi, Yuni pun mengerti."Besan ....""Eh, jangan asal panggil!"Begitu dia berbicara, dia langsung dipotong oleh Albert.Yuni merasa sangat canggung, untungnya Donny langsung menegur Albert. "Albert, memangnya aku nggak pernah mengajarimu harus sopan bicara sama orang tua?"Setelah itu, dia menoleh ke Yuni dan berkata, "Nyonya Yuni, maaf atas sikap Albert.""Nggak apa, nggak ....""Tapi, sekarang memang terlalu cepat memanggil kami besan."Yuni yang kembali disela pun terdiam.Kalimat terakhir ini boleh tidak usah diucapkan.Dia berusaha tetap tersenyum, dalam hati menyesal, harusnya waktu Celine baru datang ke Mestika, dia langsung mengadakan pesta pernikahan untuk Celine dan Andreas.Dengan begitu, sekarang tidak usah sampai dihalang-halangi ora