Dari kaca spion, tiga pasang mata saling bertatapan.Ekspresi Andreas langsung suram. "Untuk apa kamu ikutan naik?"Demi bisa berduaan dengan Celine, Andreas bahkan tidak menyuruh Gian menyetir mobilnya ke sini. Di perjalanan pulang, dia hanya ingin menikmati waktu berduaan dengan Celine.Namun Dylan ...."Aku nggak punya mobil. Waktu datang, Omar yang menjemputku. Sekarang, nggak ada yang mengantarku." Dylan menunduk, terlihat bertekad mau ikut Andreas.Dia "terpaksa" ikut Andreas.Andreas tidak mau mengantar Dylan. "Turun."Memangnya Keluarga Jayadi kurang mobil? Tinggal panggil sopir dan minta diantar pulang.Dylan mengernyit, terlihat agak kasihan.Celine akhirnya tidak tega. "Jangan, jangan, lagian juga masih ada tempat, kita antar Dylan saja dulu."Dylan ....Panggilan ini membuat Dylan merasa sedikit berdebar, lalu tiba-tiba dia mencondong ke belakang Celine. "Memang Kakak Ipar paling baik."Kakak Ipar!Wajah Celine seketika memerah. Dilihat dari kaca spion, wajah Dylan terlihat
"Kalau nggak ... biarkan saja dia?"Celine menggunakan tanda tanya, dia tidak tega.Andreas tidak mengatakan apa-apa, tapi di wajahnya jelas terlihat keengganan.Biarkan saja? Apanya?Kalau tidak mengusir Dylan turun dari mobil, masa dia mau membawa Dylan pulang ke rumah dia dan Celine yang penuh cinta?Nggak, nggak bisa!Obat nyamuk ini sudah mengganggu selama perjalanan, kesabaran Andreas sudah habis.Andreas menepuk tangan Celine untuk menenangkannya. Setelah itu, dia langsung melangkah turun lalu membuka pintu belakang dan mencoba menarik Dylan.Beratnya seperti batu, juga tidak ada tanda-tanda mau bangun.Andreas pun mengernyit.Kalau begitu, jangan salahkan dia kasar. Kalaupun harus pakai seret, dia tetap mau menyeret Dylan turun dari mobil lalu membuangnya!"Andreas, Dylan ... sangat kasihan ...." Celine tetap saja tidak tega.Andreas pun membeku sejenak.Sangat kasihan .... Andreas kembali teringat waktu kecil, dia membopong Dylan di malam hujan badai sampai ke kediaman Jayadi.
Namun, Dylan tidak tahu tempat ini. "Ini rumah yang baru dibeli? Bagus juga, lokasinya bagus, lingkungannya bagus, jelas perlu usaha."Dylan memuji terus.Hal ini membuat kekesalan di hati Andreas sedikit berkurang.Andreas mematikan mobil lalu turun membukakan mobil untuk Celine. Dia ingin membalas Dylan, tempat ini tentu saja bagus, ini rumah untuk dia dan Celine, tentu saja harus cari yang terbagus.Dia menghias semua bagian dari rumah ini sesuai dengan selera Celine.Namun, dia tidak meminta pujian.Dia membantu Celine turun, lalu melempar kunci mobil ke Dylan. "Mobilnya untukmu, kamu pulang sendiri."Dia malas berbicara dengan Dylan, bahkan malas melihatnya.Dylan yang refleks menangkap kunci mobil pun terdiam.Pulang?Dia sudah sampai sini!Melihat Andreas dan Celine sudah mau masuk, Dylan langsung berlari kecil mengikuti mereka.Ketika di pintu, waktu Andreas sudah mau menutup pintu,mereka berdua saling bertatapan. Andreas langsung mengeluarkan tenaganya, tapi Dylan lebih cepat
Celine sampai bengong melihatnya.Dia dalam hati diam-diam membandingkan dua wajah itu. Harus diakui, wajah Dylan membuat orang terkagum-kagum, tapi wajah Andreas yang di depannya membuat jantungnya berdetak kencang.Saat ini, detak jantung Celine sangat kacau, ditambah dengan wajahnya yang perlahan-lahan memanas.Wajahnya memerah.Andreas tahu kalau Celine menyukai wajahnya ini. Dia sangat senang wajahnya ini bisa membuat wajah Celine memerah.Tatapannya pun semakin panas.Celine merasa dirinya seakan-akan terbakar, dia langsung mengalihkan tatapan dan refleks ingin kabur.Namun, Andreas mana mungkin membiarkan dia kabur?Dia sudah tidak bisa membawa Celine mengelilingi rumah yang dia siapkan ini lagi. Sekarang, dia cuma ingin memeluk Celine.Andreas pun langsung menggendong Celine."Ah!"Celine terkejut, dia teriak kaget lalu menyadari kalau di rumah ini masih ada Dylan, dia langsung menutup mulutnya dengan panik.Begitu mendongak melihat tatapan Andreas, Celine semakin panik.Apa ya
"Sayang, aku sudah membantumu, kamu bukannya juga harus menyayangiku?""Sayang, aku sudah menunggu terlalu lama, aku ...."Gumaman Andreas seperti obat bius, membuat pertahanan Celine semakin lama semakin hancur."Sayang, kamu masih belum lihat lukaku ...."Waktu itu di Gunung Prana, Andreas ditikam oleh Timothy demi melindunginya.Rasa kasihan dan juga bersalah Celine langsung memenuhi hatinya. "Coba kulihat ....""Oke!"Andreas yang seperti baru saja berhasil melakukan sesuatu langsung menggendong Celine naik ke atas.Vila ini rumah baru yang dia siapkan untuk mereka berdua, semua interior di dalam kamar mengikuti selera Celine. Dia terkadang menginap beberapa malam di sini, tapi kali ini dia masuk ke kamar sambil menggendong pemiliknya, sangat berbeda dengan sebelumnya.Celine masih bengong.Jelas-jelas dia sedang melihat luka Andreas, tapi entah apa yang terjadi, malah jadi seperti ini.Baju berserakan di lantai.Baju Celine dan Andreas bercampur jadi satu, bahkan di udara juga ada
Ini ... harus diakui ... agak ajaib!Melihat orang itu sibuk masak sekian lama, lalu sepertinya sedang bersaing dengan telur, Dylan baru yakin kalau itu adalah Andreas!Andreas sedang menyiapkan sarapan untuk Celine?Dylan merasa agak cemburu.Sampai sekarang, dia belum pernah makan sarapan yang dibuat Andreas.Dylan melihat Andreas melihat ke meja makan dari kiri dan kanan sekian lama. Dia akhirnya tidak tahan lagi dan berdiri menghampiri meja makan.Cuma sarapan saja, memang bisa sespesial apa?Dylan berdeham lalu langsung duduk di depan sarapan yang diperlakukan dengan sangat berharga oleh Andreas itu.Andreas pun terdiam.Dari mana datangnya orang ini?Sebentar ...."Kenapa kamu masih belum pergi?" Andreas terdengar ketus. "Kunci mobil sudah kukasih semalam, kalau kamu nggak mau menyetir, aku suruh Gian datang jemput."Intinya, yang penting Dylan meninggalkan rumahnya dan Celine secepat mungkin.Dylan merasa agak sakit hati.Namun, dia semakin tidak tahu malu. Andreas mengusirnya,
Dylan adalah artis ternama, studio, agensi dan juga manajernya sudah tidak bisa bertahan.Di seberang telepon masih saja tidak ada jawaban.Masih tetap keheningan.Manajernya Dylan curiga kalau Dylan tidak sengaja menekan nomor teleponnya, makanya bisa tiba-tiba ada telepon dari Dylan."Tuan Muda?"Manajernya kembali mencoba memanggilnya.Kali ini, Dylan mengernyit lalu melirik layar ponselnya dengan kesal.Cerewet sekali!Dylan mengakhiri panggilan.Manajernya pun terdiam.Dia melihat telepon yang diputuskan dengan hati bercampur aduk.Dylan segera menyimpan ponselnya. Di ruang makan, Andreas juga mengambil bagian untuknya sendiri dan mulai makan.Pemandangan yang indah ini benar-benar membuat orang ingin bergabung, jadi dia langsung kembali dan duduk di seberang Celine."Dylan? Kamu sudah makan?" Melihat Dylan, Celine merasa sangat akrab dengannya.Dylan tersenyum polos. "Masih belum, habis tidur agak lapar. Tapi ... harusnya nggak ada bagianku, 'kan?"Celine terdiam.Dylan yang bers
Bab Andreas mengerti maksud Dylan. "Kalau perlu bantuan apa pun, cari saja Owen."Ketika Celine turun, mereka seketika mengubah ekspresi mereka yang serius tadi dan langsung tersenyum.Andreas bersiap-siap mengantar Celine ke kantor Grup Nadine. Namun, begitu keluar, mereka melihat sebuah mobil mewah berhenti di luar dengan Donny berdiri di sampingnya. Meski berjarak sangat jauh, dua pria itu saling bertatapan.Hanya dalam sekejap, kekagetan di mata Andreas sudah menghilang.Donny takutnya sudah menyelidiki semua informasi tentangnya, normal kalau Donny tahu rumah barunya ada di sini.Andreas sangat tahu diri.Dia menyerahkan Celine ke Donny.Ketika Celine tiba di perusahaan, selama perjalanan ke kantor, semua orang melihatnya dengan tatapan ... yang sangat aneh!"Bu Celine, selamat, selamat ....""Bu Celine, terima kasih!"Celine sudah terbiasa orang-orang di kantor memanggilnya Bu Celine, tapi selamat? Selamat apa? Memangnya dia ada kabar bahagia?Terus terima kasih? Mereka terima ka
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s