Namun, Dylan tidak tahu tempat ini. "Ini rumah yang baru dibeli? Bagus juga, lokasinya bagus, lingkungannya bagus, jelas perlu usaha."Dylan memuji terus.Hal ini membuat kekesalan di hati Andreas sedikit berkurang.Andreas mematikan mobil lalu turun membukakan mobil untuk Celine. Dia ingin membalas Dylan, tempat ini tentu saja bagus, ini rumah untuk dia dan Celine, tentu saja harus cari yang terbagus.Dia menghias semua bagian dari rumah ini sesuai dengan selera Celine.Namun, dia tidak meminta pujian.Dia membantu Celine turun, lalu melempar kunci mobil ke Dylan. "Mobilnya untukmu, kamu pulang sendiri."Dia malas berbicara dengan Dylan, bahkan malas melihatnya.Dylan yang refleks menangkap kunci mobil pun terdiam.Pulang?Dia sudah sampai sini!Melihat Andreas dan Celine sudah mau masuk, Dylan langsung berlari kecil mengikuti mereka.Ketika di pintu, waktu Andreas sudah mau menutup pintu,mereka berdua saling bertatapan. Andreas langsung mengeluarkan tenaganya, tapi Dylan lebih cepat
Celine sampai bengong melihatnya.Dia dalam hati diam-diam membandingkan dua wajah itu. Harus diakui, wajah Dylan membuat orang terkagum-kagum, tapi wajah Andreas yang di depannya membuat jantungnya berdetak kencang.Saat ini, detak jantung Celine sangat kacau, ditambah dengan wajahnya yang perlahan-lahan memanas.Wajahnya memerah.Andreas tahu kalau Celine menyukai wajahnya ini. Dia sangat senang wajahnya ini bisa membuat wajah Celine memerah.Tatapannya pun semakin panas.Celine merasa dirinya seakan-akan terbakar, dia langsung mengalihkan tatapan dan refleks ingin kabur.Namun, Andreas mana mungkin membiarkan dia kabur?Dia sudah tidak bisa membawa Celine mengelilingi rumah yang dia siapkan ini lagi. Sekarang, dia cuma ingin memeluk Celine.Andreas pun langsung menggendong Celine."Ah!"Celine terkejut, dia teriak kaget lalu menyadari kalau di rumah ini masih ada Dylan, dia langsung menutup mulutnya dengan panik.Begitu mendongak melihat tatapan Andreas, Celine semakin panik.Apa ya
"Sayang, aku sudah membantumu, kamu bukannya juga harus menyayangiku?""Sayang, aku sudah menunggu terlalu lama, aku ...."Gumaman Andreas seperti obat bius, membuat pertahanan Celine semakin lama semakin hancur."Sayang, kamu masih belum lihat lukaku ...."Waktu itu di Gunung Prana, Andreas ditikam oleh Timothy demi melindunginya.Rasa kasihan dan juga bersalah Celine langsung memenuhi hatinya. "Coba kulihat ....""Oke!"Andreas yang seperti baru saja berhasil melakukan sesuatu langsung menggendong Celine naik ke atas.Vila ini rumah baru yang dia siapkan untuk mereka berdua, semua interior di dalam kamar mengikuti selera Celine. Dia terkadang menginap beberapa malam di sini, tapi kali ini dia masuk ke kamar sambil menggendong pemiliknya, sangat berbeda dengan sebelumnya.Celine masih bengong.Jelas-jelas dia sedang melihat luka Andreas, tapi entah apa yang terjadi, malah jadi seperti ini.Baju berserakan di lantai.Baju Celine dan Andreas bercampur jadi satu, bahkan di udara juga ada
Ini ... harus diakui ... agak ajaib!Melihat orang itu sibuk masak sekian lama, lalu sepertinya sedang bersaing dengan telur, Dylan baru yakin kalau itu adalah Andreas!Andreas sedang menyiapkan sarapan untuk Celine?Dylan merasa agak cemburu.Sampai sekarang, dia belum pernah makan sarapan yang dibuat Andreas.Dylan melihat Andreas melihat ke meja makan dari kiri dan kanan sekian lama. Dia akhirnya tidak tahan lagi dan berdiri menghampiri meja makan.Cuma sarapan saja, memang bisa sespesial apa?Dylan berdeham lalu langsung duduk di depan sarapan yang diperlakukan dengan sangat berharga oleh Andreas itu.Andreas pun terdiam.Dari mana datangnya orang ini?Sebentar ...."Kenapa kamu masih belum pergi?" Andreas terdengar ketus. "Kunci mobil sudah kukasih semalam, kalau kamu nggak mau menyetir, aku suruh Gian datang jemput."Intinya, yang penting Dylan meninggalkan rumahnya dan Celine secepat mungkin.Dylan merasa agak sakit hati.Namun, dia semakin tidak tahu malu. Andreas mengusirnya,
Dylan adalah artis ternama, studio, agensi dan juga manajernya sudah tidak bisa bertahan.Di seberang telepon masih saja tidak ada jawaban.Masih tetap keheningan.Manajernya Dylan curiga kalau Dylan tidak sengaja menekan nomor teleponnya, makanya bisa tiba-tiba ada telepon dari Dylan."Tuan Muda?"Manajernya kembali mencoba memanggilnya.Kali ini, Dylan mengernyit lalu melirik layar ponselnya dengan kesal.Cerewet sekali!Dylan mengakhiri panggilan.Manajernya pun terdiam.Dia melihat telepon yang diputuskan dengan hati bercampur aduk.Dylan segera menyimpan ponselnya. Di ruang makan, Andreas juga mengambil bagian untuknya sendiri dan mulai makan.Pemandangan yang indah ini benar-benar membuat orang ingin bergabung, jadi dia langsung kembali dan duduk di seberang Celine."Dylan? Kamu sudah makan?" Melihat Dylan, Celine merasa sangat akrab dengannya.Dylan tersenyum polos. "Masih belum, habis tidur agak lapar. Tapi ... harusnya nggak ada bagianku, 'kan?"Celine terdiam.Dylan yang bers
Bab Andreas mengerti maksud Dylan. "Kalau perlu bantuan apa pun, cari saja Owen."Ketika Celine turun, mereka seketika mengubah ekspresi mereka yang serius tadi dan langsung tersenyum.Andreas bersiap-siap mengantar Celine ke kantor Grup Nadine. Namun, begitu keluar, mereka melihat sebuah mobil mewah berhenti di luar dengan Donny berdiri di sampingnya. Meski berjarak sangat jauh, dua pria itu saling bertatapan.Hanya dalam sekejap, kekagetan di mata Andreas sudah menghilang.Donny takutnya sudah menyelidiki semua informasi tentangnya, normal kalau Donny tahu rumah barunya ada di sini.Andreas sangat tahu diri.Dia menyerahkan Celine ke Donny.Ketika Celine tiba di perusahaan, selama perjalanan ke kantor, semua orang melihatnya dengan tatapan ... yang sangat aneh!"Bu Celine, selamat, selamat ....""Bu Celine, terima kasih!"Celine sudah terbiasa orang-orang di kantor memanggilnya Bu Celine, tapi selamat? Selamat apa? Memangnya dia ada kabar bahagia?Terus terima kasih? Mereka terima ka
Mereka semua sangat suka.Tidak rela kalau harus dikembalikan.Celine sadar kembali lalu tersenyum lagi dan berkata dengan lembut, "Nggak usah, ada yang kasih, kita terima saja.""Iya, iya." Asisten Celine mengangguk dengan penuh semangat.Kemudian, dia mengambil segenggam permen dari sakunya dan menaruhnya ke meja. "Bos, ini dimakan saja, kalau ada apa-apa ... panggil aku."Setelah itu, dia keluar dari kantor.Celine segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Andreas. Hanya berdering sekali saja, panggilan sudah terhubung lalu terdengar suara Andreas yang sangat menarik."Sayang, kamu sudah rindu sama aku?"Meski hanya terdengar suara, Celine bisa membayangkan ekspresi senang dan sombong di wajah Andreas.Celine berjalan ke dinding lalu menekan remot. Dinding itu seketika berubah jadi kaca yang transparan, membuatnya bisa melihat ke tempat para pegawai bekerja di luar.Di setiap tempat pegawai ada bunga, permen, kotak hadiah ....Dilihat dari sini, sangat mencolok.Hatinya yang tadin
Orang di seberang telepon hening, Fera tidak menjawab pertanyaan Lala."Nyonya?" Lala mencoba memanggilnya lagi.Panggilan ini seakan-akan membuka sebuah pintu neraka, langsung terdengar suara Fera yang tajam. "Kamu dari dulu sudah tahu kalau Celine dan Andreas sudah menikah?"Meskipun hanya dari telepon, Lala tetap panik."Aku tanya kamu! Kamu dari awal sudah tahu, 'kan?"Nada Fera meninggi.Lala menelan ludahnya lalu berkata, "Aku belakangan baru tahu kalau orang yang menikah dengan Celine itu Tuan Andreas. Nyonya, aku bukan sengaja mau menyembunyikannya, aku cuma ....""Cuma apa ...." Fera tidak percaya Lala tidak sengaja menyembunyikan hal ini.Kalau dulu, Fera pasti akan menghukum lala, tapi sekarang sudah jadi begini, yang paling penting bukan mempersalahkan kesalahan siapa.Fera menekan amarah di hatinya.Semalam setelah meninggalkan kediaman Jayadi, Fera tidak pulang ke tempat tinggalnya bersama Omar, melainkan pulang ke sebuah apartemen mewah yang diam-diam dia beli di luar.S
Fera tahu rahasianya, jadi dia tetap harus rela jadi pion Fera. Daripada memikirkan bagaimana melepaskan diri dari cengkeraman Fera, dia lebih baik berpikir bagaimana menghadapi Celine.Dia harus bagaimana menghadapi Celine?Lala berpikir keras sampai suara ketukan pintu menariknya kembali dari pikirannya.Lala segera pergi membuka pintu lalu melihat tatapan Hansen yang gelisah. Begitu melihatnya, Hansen langsung memeluknya."Lala ...."Aksinya yang tiba-tiba ini membuat Lala agak bingung.Dia kembali tenang lalu menepuk punggung Hansen. "Kakak, ada apa?"Hansen melepas pelukannya lalu menatap wajah Lala dengan ekspresi kasihan. "Lala, setelah kamu pulang, aku nggak sempat tanya sebenarnya apa yang terjadi selama kamu menghilang? Siapa yang mencelakaimu ...."Lala langsung panik begitu mendengar Hansen mengungkit hal ini.Hari itu di atap, dia samar-samar bisa menebak dari kata-kata Fera kalau Lala yang asli mati ada hubungannya dengan Fera.Namun, dia tidak tahu apa yang sebenarnya te
Orang di seberang telepon hening, Fera tidak menjawab pertanyaan Lala."Nyonya?" Lala mencoba memanggilnya lagi.Panggilan ini seakan-akan membuka sebuah pintu neraka, langsung terdengar suara Fera yang tajam. "Kamu dari dulu sudah tahu kalau Celine dan Andreas sudah menikah?"Meskipun hanya dari telepon, Lala tetap panik."Aku tanya kamu! Kamu dari awal sudah tahu, 'kan?"Nada Fera meninggi.Lala menelan ludahnya lalu berkata, "Aku belakangan baru tahu kalau orang yang menikah dengan Celine itu Tuan Andreas. Nyonya, aku bukan sengaja mau menyembunyikannya, aku cuma ....""Cuma apa ...." Fera tidak percaya Lala tidak sengaja menyembunyikan hal ini.Kalau dulu, Fera pasti akan menghukum lala, tapi sekarang sudah jadi begini, yang paling penting bukan mempersalahkan kesalahan siapa.Fera menekan amarah di hatinya.Semalam setelah meninggalkan kediaman Jayadi, Fera tidak pulang ke tempat tinggalnya bersama Omar, melainkan pulang ke sebuah apartemen mewah yang diam-diam dia beli di luar.S
Mereka semua sangat suka.Tidak rela kalau harus dikembalikan.Celine sadar kembali lalu tersenyum lagi dan berkata dengan lembut, "Nggak usah, ada yang kasih, kita terima saja.""Iya, iya." Asisten Celine mengangguk dengan penuh semangat.Kemudian, dia mengambil segenggam permen dari sakunya dan menaruhnya ke meja. "Bos, ini dimakan saja, kalau ada apa-apa ... panggil aku."Setelah itu, dia keluar dari kantor.Celine segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Andreas. Hanya berdering sekali saja, panggilan sudah terhubung lalu terdengar suara Andreas yang sangat menarik."Sayang, kamu sudah rindu sama aku?"Meski hanya terdengar suara, Celine bisa membayangkan ekspresi senang dan sombong di wajah Andreas.Celine berjalan ke dinding lalu menekan remot. Dinding itu seketika berubah jadi kaca yang transparan, membuatnya bisa melihat ke tempat para pegawai bekerja di luar.Di setiap tempat pegawai ada bunga, permen, kotak hadiah ....Dilihat dari sini, sangat mencolok.Hatinya yang tadin
Bab Andreas mengerti maksud Dylan. "Kalau perlu bantuan apa pun, cari saja Owen."Ketika Celine turun, mereka seketika mengubah ekspresi mereka yang serius tadi dan langsung tersenyum.Andreas bersiap-siap mengantar Celine ke kantor Grup Nadine. Namun, begitu keluar, mereka melihat sebuah mobil mewah berhenti di luar dengan Donny berdiri di sampingnya. Meski berjarak sangat jauh, dua pria itu saling bertatapan.Hanya dalam sekejap, kekagetan di mata Andreas sudah menghilang.Donny takutnya sudah menyelidiki semua informasi tentangnya, normal kalau Donny tahu rumah barunya ada di sini.Andreas sangat tahu diri.Dia menyerahkan Celine ke Donny.Ketika Celine tiba di perusahaan, selama perjalanan ke kantor, semua orang melihatnya dengan tatapan ... yang sangat aneh!"Bu Celine, selamat, selamat ....""Bu Celine, terima kasih!"Celine sudah terbiasa orang-orang di kantor memanggilnya Bu Celine, tapi selamat? Selamat apa? Memangnya dia ada kabar bahagia?Terus terima kasih? Mereka terima ka
Dylan adalah artis ternama, studio, agensi dan juga manajernya sudah tidak bisa bertahan.Di seberang telepon masih saja tidak ada jawaban.Masih tetap keheningan.Manajernya Dylan curiga kalau Dylan tidak sengaja menekan nomor teleponnya, makanya bisa tiba-tiba ada telepon dari Dylan."Tuan Muda?"Manajernya kembali mencoba memanggilnya.Kali ini, Dylan mengernyit lalu melirik layar ponselnya dengan kesal.Cerewet sekali!Dylan mengakhiri panggilan.Manajernya pun terdiam.Dia melihat telepon yang diputuskan dengan hati bercampur aduk.Dylan segera menyimpan ponselnya. Di ruang makan, Andreas juga mengambil bagian untuknya sendiri dan mulai makan.Pemandangan yang indah ini benar-benar membuat orang ingin bergabung, jadi dia langsung kembali dan duduk di seberang Celine."Dylan? Kamu sudah makan?" Melihat Dylan, Celine merasa sangat akrab dengannya.Dylan tersenyum polos. "Masih belum, habis tidur agak lapar. Tapi ... harusnya nggak ada bagianku, 'kan?"Celine terdiam.Dylan yang bers
Ini ... harus diakui ... agak ajaib!Melihat orang itu sibuk masak sekian lama, lalu sepertinya sedang bersaing dengan telur, Dylan baru yakin kalau itu adalah Andreas!Andreas sedang menyiapkan sarapan untuk Celine?Dylan merasa agak cemburu.Sampai sekarang, dia belum pernah makan sarapan yang dibuat Andreas.Dylan melihat Andreas melihat ke meja makan dari kiri dan kanan sekian lama. Dia akhirnya tidak tahan lagi dan berdiri menghampiri meja makan.Cuma sarapan saja, memang bisa sespesial apa?Dylan berdeham lalu langsung duduk di depan sarapan yang diperlakukan dengan sangat berharga oleh Andreas itu.Andreas pun terdiam.Dari mana datangnya orang ini?Sebentar ...."Kenapa kamu masih belum pergi?" Andreas terdengar ketus. "Kunci mobil sudah kukasih semalam, kalau kamu nggak mau menyetir, aku suruh Gian datang jemput."Intinya, yang penting Dylan meninggalkan rumahnya dan Celine secepat mungkin.Dylan merasa agak sakit hati.Namun, dia semakin tidak tahu malu. Andreas mengusirnya,
"Sayang, aku sudah membantumu, kamu bukannya juga harus menyayangiku?""Sayang, aku sudah menunggu terlalu lama, aku ...."Gumaman Andreas seperti obat bius, membuat pertahanan Celine semakin lama semakin hancur."Sayang, kamu masih belum lihat lukaku ...."Waktu itu di Gunung Prana, Andreas ditikam oleh Timothy demi melindunginya.Rasa kasihan dan juga bersalah Celine langsung memenuhi hatinya. "Coba kulihat ....""Oke!"Andreas yang seperti baru saja berhasil melakukan sesuatu langsung menggendong Celine naik ke atas.Vila ini rumah baru yang dia siapkan untuk mereka berdua, semua interior di dalam kamar mengikuti selera Celine. Dia terkadang menginap beberapa malam di sini, tapi kali ini dia masuk ke kamar sambil menggendong pemiliknya, sangat berbeda dengan sebelumnya.Celine masih bengong.Jelas-jelas dia sedang melihat luka Andreas, tapi entah apa yang terjadi, malah jadi seperti ini.Baju berserakan di lantai.Baju Celine dan Andreas bercampur jadi satu, bahkan di udara juga ada
Celine sampai bengong melihatnya.Dia dalam hati diam-diam membandingkan dua wajah itu. Harus diakui, wajah Dylan membuat orang terkagum-kagum, tapi wajah Andreas yang di depannya membuat jantungnya berdetak kencang.Saat ini, detak jantung Celine sangat kacau, ditambah dengan wajahnya yang perlahan-lahan memanas.Wajahnya memerah.Andreas tahu kalau Celine menyukai wajahnya ini. Dia sangat senang wajahnya ini bisa membuat wajah Celine memerah.Tatapannya pun semakin panas.Celine merasa dirinya seakan-akan terbakar, dia langsung mengalihkan tatapan dan refleks ingin kabur.Namun, Andreas mana mungkin membiarkan dia kabur?Dia sudah tidak bisa membawa Celine mengelilingi rumah yang dia siapkan ini lagi. Sekarang, dia cuma ingin memeluk Celine.Andreas pun langsung menggendong Celine."Ah!"Celine terkejut, dia teriak kaget lalu menyadari kalau di rumah ini masih ada Dylan, dia langsung menutup mulutnya dengan panik.Begitu mendongak melihat tatapan Andreas, Celine semakin panik.Apa ya
Namun, Dylan tidak tahu tempat ini. "Ini rumah yang baru dibeli? Bagus juga, lokasinya bagus, lingkungannya bagus, jelas perlu usaha."Dylan memuji terus.Hal ini membuat kekesalan di hati Andreas sedikit berkurang.Andreas mematikan mobil lalu turun membukakan mobil untuk Celine. Dia ingin membalas Dylan, tempat ini tentu saja bagus, ini rumah untuk dia dan Celine, tentu saja harus cari yang terbagus.Dia menghias semua bagian dari rumah ini sesuai dengan selera Celine.Namun, dia tidak meminta pujian.Dia membantu Celine turun, lalu melempar kunci mobil ke Dylan. "Mobilnya untukmu, kamu pulang sendiri."Dia malas berbicara dengan Dylan, bahkan malas melihatnya.Dylan yang refleks menangkap kunci mobil pun terdiam.Pulang?Dia sudah sampai sini!Melihat Andreas dan Celine sudah mau masuk, Dylan langsung berlari kecil mengikuti mereka.Ketika di pintu, waktu Andreas sudah mau menutup pintu,mereka berdua saling bertatapan. Andreas langsung mengeluarkan tenaganya, tapi Dylan lebih cepat