"Lucen benar-benar mencintaiku!" ujar Fera yakin.Keyakinan ini membuat amarah yang ada di hati Lucen tadi digantikan dengan penyesalan."Maaf, maaf ... " gumam Lucen, seakan-akan sangat menyesal.Dia menyesal telah menunjuk Fera.Fera mencintainya, dia juga mencintai Fera, dia kenapa malah memperlakukan Fera seperti itu?Dia menghancurkan kehidupan Fera, semua ini salahnya!"Maaf, maaf ...."Lucen membungkuk, tidak berani melihat Fera.Namun, dia tidak tahu kalau reaksinya ini memang diharapkan oleh Fera.Selingkuh ... hanya kesalahan secara moral, dia memang sudah tidak bisa tinggal di Keluarga Jayadi.Namun, kalau hal-hal yang pernah dia lakukan sebelumnya terungkap, hukumannya tidak seringan itu.Orang yang tahu hal-hal itu, selain dia hanya ada Lucen.Dia bertaruh dalam waktu sependek tadi, Lucen tidak mengungkapkan terlalu banyak.Suara minta maaf menggema di dalam ruangan, Fera pun menghela napas dan berkata, "Nggak usah minta maaf, aku juga sudah nggak mau tinggal di kurungan i
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Yuni dengan kening berkerut.Ketika suara Lucen sudah berhenti, suasana langsung hening, tatapannya juga jadi seperti orang gila. "Aku menertawai Keluarga Jayadi yang bodoh, sampai-sampai kutipu ke mana-mana!"Ekspresi semua orang di sana langsung suram gara-gara kata-katanya ini.Semua melihat Lucen dengan tatapan marah.Dia seorang pengawal mana berhak menertawai anggota Keluarga Jayadi?Kegilaan di mata Lucen semakin jelas, sampai akhirnya tersebar ke seluruh wajahnya yang babak belur. Ekspresinya sinis, tapi tetap tidak bisa menutupi kesombongan di wajahnya."Keluarga Jayadi? Aku paling benci Keluarga Jayadi. Kalian lupa? Margaku Gandi ...."Gandi?Bahkan Yuni juga tidak menyadari apa yang spesial dari nama ini.Namun, Andreas berkata dengan suara kecil, "Petra Gandi ...."Dua kata ini membuat Lucen tertegun.Dia melihat pria yang membuatnya ketakutan itu, dia sama sekali tidak menyangka di seluruh Keluarga Jayadi, hanya Andreas yang masih ingat dengan
Meski di luar Fera terlihat seakan-akan sangat terpukul, hatinya sangat tenang.Dia tidak menyangka Lucen bereaksi sangat cepat, dalam waktu singkat dia sudah memikirkan alasan seperti ini sebagai motifnya.Lucen sedang membantunya melepaskan diri, dia tentu saja harus bekerja sama."Bukan begitu, Lucen ...."Begitu dia memanggil Lucen, Omar yang ada di sampingnya akhirnya tidak tahan lagi.Dia mengangkat tangannya lalu menampar pipi Fera, menimbulkan suara yang nyaring.Fera sampai tertegun.Sejak dia menikah dengan Omar, Omar tidak pernah melakukan kekerasan padanya, bahkan waktu tadi tahu Fera mengkhianatinya dan selingkuh dengan Lucen, Omar juga tidak memukul Fera.Amarah di wajah Omar terlihat lebih jelas dari yang tadi.Fera tidak mengerti, tapi Omar tahu jelas suasana hatinya yang sekarang.Di hatinya ada orang lain, dia tidak apa-apa Fera selingkuh dengan Lucen hanya untuk membalasnya. Meski Fera bilang dia mau mengejar orang yang benar-benar dia cintai, Omar juga tidak semarah
"Dan nyonya yang dulu, Shella Retno ...."Ketika dua nama ini disebut oleh Lucen, orang-orang yang ada di sana seakan-akan menerima pukulan yang sangat kuat.Nyonya yang dulu, Shella Retno ....Dia adalah orang yang tidak mau diungkit-ungkit seluruh Keluarga Jayadi.Sementara Lala ....Bella yang duduk di samping menonton semua ini tanpa mengatakan apa-apa.Dia pernah mendengar tentang Shella, tapi sekarang dia lebih penasaran dengan hubungan antara Lala Hansen dan Keluarga Jayadi, sampai-sampai membuat si Lucen ini mencelakainya.Setelah sadar dari kekagetannya, Celine tiba-tiba punya sebuah perkiraan di hatinya.Tebakannya itu pun mendapatkan jawaban seiring dengan suara tawa Lucen yang menggila."Nona Keluarga Hansen .... Aku sudah lupa masih ada dia.""Tadi aku bilang, Tuan Andreas nggak pernah tertarik pada wanita mana pun, ini salah.""Waktu itu, Tuan Andreas dan Nona Lala sangat akrab. Mungkin kalau Nona Lala baik-baik saja, mereka sudah menikah, sudah nggak ada Nona Celine ini.
Seiring dengan satu per satu kata yang dia ucapkan.Andreas dan Dylan tanpa sadar mengepalkan tangan mereka.Mereka secara bersamaan teringat dengan kejadian di malam berhujan itu. Andreas menggendong Dylan yang dalam keadaan menyedihkan keluar dari tempat tinggal Shella.Tak lama setelah itu, Shella meninggal di sana.Bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya.Andreas lihat dengan mata kepalanya sendiri Shella berbaring di genangan darahnya sendiri. Tidak ada yang tahu kalau Dylan juga melihatnya."Ternyata ... ternyata kamu orangnya ...."Omar terlihat seperti orang yang energinya diisap semua.Dia merasa seperti ada sebuah pisau yang menyayat-nyayat hatinya. Waktu itu, dia hanya sibuk bertengkar dengan Shella. Dia ingin Shella menunduk, tapi sama sekali tidak menyadari kalau waktu itu Shella sedang dalam bahaya.Sementara malam itu, Shella melukai Dylan.Shella sangat mencintai anaknya, dia pasti merasa sangat bersalah setelah melukai Dylan.Namun, Omar hanya merasa kalau She
Fera melirik Omar sekilas lalu buru-buru ingin mengakhiri kejadian malam ini. "Kak Omar, aku yang salah, aku bakal menyiapkan surat cerainya. Kalau kamu nggak mau menemuiku, semuanya akan ditangani pengacara."Setelah itu, Fera langsung berbalik dan pergi.Begitu dia berbalik, Dylan refleks melihat Andreas, tatapannya terlihat gelisah, seperti sedang berkata kalau Fera tidak boleh dibiarkan pergi.Tadi Lucen mengakui semuanya.Dylan tidak tahu yang lain, tapi semua yang berhubungan dengan ibunya waktu itu, Dylan sangat yakin kalau kejadiannya tidak seperti yang dikatakan Lucen tadi.Semua itu, perbuatan Fera ....Andreas memberi tatapan menenangkan.Ketika sosok Fera sudah menghilang di pintu, Andreas berdiri sambil menarik tangan Celine. "Pesta ulang tahun hari ini ... sayang sekali."Di hall utama, masih ada kue raksasa yang masih belum sempat dipotong itu.Andreas melirik kue itu, dia bilang "sayang sekali", tapi ekspresinya sama sekali tidak sesuai dengan kata-katanya, bibirnya mal
Dari kaca spion, tiga pasang mata saling bertatapan.Ekspresi Andreas langsung suram. "Untuk apa kamu ikutan naik?"Demi bisa berduaan dengan Celine, Andreas bahkan tidak menyuruh Gian menyetir mobilnya ke sini. Di perjalanan pulang, dia hanya ingin menikmati waktu berduaan dengan Celine.Namun Dylan ...."Aku nggak punya mobil. Waktu datang, Omar yang menjemputku. Sekarang, nggak ada yang mengantarku." Dylan menunduk, terlihat bertekad mau ikut Andreas.Dia "terpaksa" ikut Andreas.Andreas tidak mau mengantar Dylan. "Turun."Memangnya Keluarga Jayadi kurang mobil? Tinggal panggil sopir dan minta diantar pulang.Dylan mengernyit, terlihat agak kasihan.Celine akhirnya tidak tega. "Jangan, jangan, lagian juga masih ada tempat, kita antar Dylan saja dulu."Dylan ....Panggilan ini membuat Dylan merasa sedikit berdebar, lalu tiba-tiba dia mencondong ke belakang Celine. "Memang Kakak Ipar paling baik."Kakak Ipar!Wajah Celine seketika memerah. Dilihat dari kaca spion, wajah Dylan terlihat
"Kalau nggak ... biarkan saja dia?"Celine menggunakan tanda tanya, dia tidak tega.Andreas tidak mengatakan apa-apa, tapi di wajahnya jelas terlihat keengganan.Biarkan saja? Apanya?Kalau tidak mengusir Dylan turun dari mobil, masa dia mau membawa Dylan pulang ke rumah dia dan Celine yang penuh cinta?Nggak, nggak bisa!Obat nyamuk ini sudah mengganggu selama perjalanan, kesabaran Andreas sudah habis.Andreas menepuk tangan Celine untuk menenangkannya. Setelah itu, dia langsung melangkah turun lalu membuka pintu belakang dan mencoba menarik Dylan.Beratnya seperti batu, juga tidak ada tanda-tanda mau bangun.Andreas pun mengernyit.Kalau begitu, jangan salahkan dia kasar. Kalaupun harus pakai seret, dia tetap mau menyeret Dylan turun dari mobil lalu membuangnya!"Andreas, Dylan ... sangat kasihan ...." Celine tetap saja tidak tega.Andreas pun membeku sejenak.Sangat kasihan .... Andreas kembali teringat waktu kecil, dia membopong Dylan di malam hujan badai sampai ke kediaman Jayadi.
Fera tahu rahasianya, jadi dia tetap harus rela jadi pion Fera. Daripada memikirkan bagaimana melepaskan diri dari cengkeraman Fera, dia lebih baik berpikir bagaimana menghadapi Celine.Dia harus bagaimana menghadapi Celine?Lala berpikir keras sampai suara ketukan pintu menariknya kembali dari pikirannya.Lala segera pergi membuka pintu lalu melihat tatapan Hansen yang gelisah. Begitu melihatnya, Hansen langsung memeluknya."Lala ...."Aksinya yang tiba-tiba ini membuat Lala agak bingung.Dia kembali tenang lalu menepuk punggung Hansen. "Kakak, ada apa?"Hansen melepas pelukannya lalu menatap wajah Lala dengan ekspresi kasihan. "Lala, setelah kamu pulang, aku nggak sempat tanya sebenarnya apa yang terjadi selama kamu menghilang? Siapa yang mencelakaimu ...."Lala langsung panik begitu mendengar Hansen mengungkit hal ini.Hari itu di atap, dia samar-samar bisa menebak dari kata-kata Fera kalau Lala yang asli mati ada hubungannya dengan Fera.Namun, dia tidak tahu apa yang sebenarnya te
Orang di seberang telepon hening, Fera tidak menjawab pertanyaan Lala."Nyonya?" Lala mencoba memanggilnya lagi.Panggilan ini seakan-akan membuka sebuah pintu neraka, langsung terdengar suara Fera yang tajam. "Kamu dari dulu sudah tahu kalau Celine dan Andreas sudah menikah?"Meskipun hanya dari telepon, Lala tetap panik."Aku tanya kamu! Kamu dari awal sudah tahu, 'kan?"Nada Fera meninggi.Lala menelan ludahnya lalu berkata, "Aku belakangan baru tahu kalau orang yang menikah dengan Celine itu Tuan Andreas. Nyonya, aku bukan sengaja mau menyembunyikannya, aku cuma ....""Cuma apa ...." Fera tidak percaya Lala tidak sengaja menyembunyikan hal ini.Kalau dulu, Fera pasti akan menghukum lala, tapi sekarang sudah jadi begini, yang paling penting bukan mempersalahkan kesalahan siapa.Fera menekan amarah di hatinya.Semalam setelah meninggalkan kediaman Jayadi, Fera tidak pulang ke tempat tinggalnya bersama Omar, melainkan pulang ke sebuah apartemen mewah yang diam-diam dia beli di luar.S
Mereka semua sangat suka.Tidak rela kalau harus dikembalikan.Celine sadar kembali lalu tersenyum lagi dan berkata dengan lembut, "Nggak usah, ada yang kasih, kita terima saja.""Iya, iya." Asisten Celine mengangguk dengan penuh semangat.Kemudian, dia mengambil segenggam permen dari sakunya dan menaruhnya ke meja. "Bos, ini dimakan saja, kalau ada apa-apa ... panggil aku."Setelah itu, dia keluar dari kantor.Celine segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Andreas. Hanya berdering sekali saja, panggilan sudah terhubung lalu terdengar suara Andreas yang sangat menarik."Sayang, kamu sudah rindu sama aku?"Meski hanya terdengar suara, Celine bisa membayangkan ekspresi senang dan sombong di wajah Andreas.Celine berjalan ke dinding lalu menekan remot. Dinding itu seketika berubah jadi kaca yang transparan, membuatnya bisa melihat ke tempat para pegawai bekerja di luar.Di setiap tempat pegawai ada bunga, permen, kotak hadiah ....Dilihat dari sini, sangat mencolok.Hatinya yang tadin
Bab Andreas mengerti maksud Dylan. "Kalau perlu bantuan apa pun, cari saja Owen."Ketika Celine turun, mereka seketika mengubah ekspresi mereka yang serius tadi dan langsung tersenyum.Andreas bersiap-siap mengantar Celine ke kantor Grup Nadine. Namun, begitu keluar, mereka melihat sebuah mobil mewah berhenti di luar dengan Donny berdiri di sampingnya. Meski berjarak sangat jauh, dua pria itu saling bertatapan.Hanya dalam sekejap, kekagetan di mata Andreas sudah menghilang.Donny takutnya sudah menyelidiki semua informasi tentangnya, normal kalau Donny tahu rumah barunya ada di sini.Andreas sangat tahu diri.Dia menyerahkan Celine ke Donny.Ketika Celine tiba di perusahaan, selama perjalanan ke kantor, semua orang melihatnya dengan tatapan ... yang sangat aneh!"Bu Celine, selamat, selamat ....""Bu Celine, terima kasih!"Celine sudah terbiasa orang-orang di kantor memanggilnya Bu Celine, tapi selamat? Selamat apa? Memangnya dia ada kabar bahagia?Terus terima kasih? Mereka terima ka
Dylan adalah artis ternama, studio, agensi dan juga manajernya sudah tidak bisa bertahan.Di seberang telepon masih saja tidak ada jawaban.Masih tetap keheningan.Manajernya Dylan curiga kalau Dylan tidak sengaja menekan nomor teleponnya, makanya bisa tiba-tiba ada telepon dari Dylan."Tuan Muda?"Manajernya kembali mencoba memanggilnya.Kali ini, Dylan mengernyit lalu melirik layar ponselnya dengan kesal.Cerewet sekali!Dylan mengakhiri panggilan.Manajernya pun terdiam.Dia melihat telepon yang diputuskan dengan hati bercampur aduk.Dylan segera menyimpan ponselnya. Di ruang makan, Andreas juga mengambil bagian untuknya sendiri dan mulai makan.Pemandangan yang indah ini benar-benar membuat orang ingin bergabung, jadi dia langsung kembali dan duduk di seberang Celine."Dylan? Kamu sudah makan?" Melihat Dylan, Celine merasa sangat akrab dengannya.Dylan tersenyum polos. "Masih belum, habis tidur agak lapar. Tapi ... harusnya nggak ada bagianku, 'kan?"Celine terdiam.Dylan yang bers
Ini ... harus diakui ... agak ajaib!Melihat orang itu sibuk masak sekian lama, lalu sepertinya sedang bersaing dengan telur, Dylan baru yakin kalau itu adalah Andreas!Andreas sedang menyiapkan sarapan untuk Celine?Dylan merasa agak cemburu.Sampai sekarang, dia belum pernah makan sarapan yang dibuat Andreas.Dylan melihat Andreas melihat ke meja makan dari kiri dan kanan sekian lama. Dia akhirnya tidak tahan lagi dan berdiri menghampiri meja makan.Cuma sarapan saja, memang bisa sespesial apa?Dylan berdeham lalu langsung duduk di depan sarapan yang diperlakukan dengan sangat berharga oleh Andreas itu.Andreas pun terdiam.Dari mana datangnya orang ini?Sebentar ...."Kenapa kamu masih belum pergi?" Andreas terdengar ketus. "Kunci mobil sudah kukasih semalam, kalau kamu nggak mau menyetir, aku suruh Gian datang jemput."Intinya, yang penting Dylan meninggalkan rumahnya dan Celine secepat mungkin.Dylan merasa agak sakit hati.Namun, dia semakin tidak tahu malu. Andreas mengusirnya,
"Sayang, aku sudah membantumu, kamu bukannya juga harus menyayangiku?""Sayang, aku sudah menunggu terlalu lama, aku ...."Gumaman Andreas seperti obat bius, membuat pertahanan Celine semakin lama semakin hancur."Sayang, kamu masih belum lihat lukaku ...."Waktu itu di Gunung Prana, Andreas ditikam oleh Timothy demi melindunginya.Rasa kasihan dan juga bersalah Celine langsung memenuhi hatinya. "Coba kulihat ....""Oke!"Andreas yang seperti baru saja berhasil melakukan sesuatu langsung menggendong Celine naik ke atas.Vila ini rumah baru yang dia siapkan untuk mereka berdua, semua interior di dalam kamar mengikuti selera Celine. Dia terkadang menginap beberapa malam di sini, tapi kali ini dia masuk ke kamar sambil menggendong pemiliknya, sangat berbeda dengan sebelumnya.Celine masih bengong.Jelas-jelas dia sedang melihat luka Andreas, tapi entah apa yang terjadi, malah jadi seperti ini.Baju berserakan di lantai.Baju Celine dan Andreas bercampur jadi satu, bahkan di udara juga ada
Celine sampai bengong melihatnya.Dia dalam hati diam-diam membandingkan dua wajah itu. Harus diakui, wajah Dylan membuat orang terkagum-kagum, tapi wajah Andreas yang di depannya membuat jantungnya berdetak kencang.Saat ini, detak jantung Celine sangat kacau, ditambah dengan wajahnya yang perlahan-lahan memanas.Wajahnya memerah.Andreas tahu kalau Celine menyukai wajahnya ini. Dia sangat senang wajahnya ini bisa membuat wajah Celine memerah.Tatapannya pun semakin panas.Celine merasa dirinya seakan-akan terbakar, dia langsung mengalihkan tatapan dan refleks ingin kabur.Namun, Andreas mana mungkin membiarkan dia kabur?Dia sudah tidak bisa membawa Celine mengelilingi rumah yang dia siapkan ini lagi. Sekarang, dia cuma ingin memeluk Celine.Andreas pun langsung menggendong Celine."Ah!"Celine terkejut, dia teriak kaget lalu menyadari kalau di rumah ini masih ada Dylan, dia langsung menutup mulutnya dengan panik.Begitu mendongak melihat tatapan Andreas, Celine semakin panik.Apa ya
Namun, Dylan tidak tahu tempat ini. "Ini rumah yang baru dibeli? Bagus juga, lokasinya bagus, lingkungannya bagus, jelas perlu usaha."Dylan memuji terus.Hal ini membuat kekesalan di hati Andreas sedikit berkurang.Andreas mematikan mobil lalu turun membukakan mobil untuk Celine. Dia ingin membalas Dylan, tempat ini tentu saja bagus, ini rumah untuk dia dan Celine, tentu saja harus cari yang terbagus.Dia menghias semua bagian dari rumah ini sesuai dengan selera Celine.Namun, dia tidak meminta pujian.Dia membantu Celine turun, lalu melempar kunci mobil ke Dylan. "Mobilnya untukmu, kamu pulang sendiri."Dia malas berbicara dengan Dylan, bahkan malas melihatnya.Dylan yang refleks menangkap kunci mobil pun terdiam.Pulang?Dia sudah sampai sini!Melihat Andreas dan Celine sudah mau masuk, Dylan langsung berlari kecil mengikuti mereka.Ketika di pintu, waktu Andreas sudah mau menutup pintu,mereka berdua saling bertatapan. Andreas langsung mengeluarkan tenaganya, tapi Dylan lebih cepat