Kalau dipikir-pikir, dia benar-benar ... lemah!Namun, dia tidak mungkin membiarkan kakaknya terus menanggung semuanya sendirian. Dia sebagai adik, sudah bebas selama ini, juga sudah hidup tanpa arah selama ini, saatnya dia melakukan sesuatu."Kamu mau bukti?" ujar Dylan tiba-tiba.Wajah Fera langsung berubah pucat.Bukti? Dia takut bukti.Namun, Dylan ... memangnya punya bukti?Dia tidak boleh sampai ditipu oleh Dylan."Aku nggak melakukan apa-apa ...."Fera menunduk lalu tiba-tiba dia mengubah pikirannya dan langsung berlutut."Fera, kamu kenapa berlutut?" Omar segera membantunya berdiri.Namun, Fera bersikeras berlutut. "Kak Omar, aku tahu kamu memikirkanku, tapi hal ini ...."Fera menggigit bibirnya lalu berkata seakan-akan mau melakukan pengorbanan besar, "Kalau Keluarga Jayadi mau aku menanggungnya, aku tanggung. Kak Omar, memang nggak banyak yang bisa kulakukan demi Keluarga Jayadi."Maksud di balik kata-katanya adalah dia tidak bersalah, tapi dia akan menanggungnya demi Keluarg
Fera hanya melirik Lucen sekilas dan langsung mengalihkan tatapannya sambil berkata, "Aku nggak tahu."Dia melihat Omar dengan tatapan tidak bersalah.Dia bahkan merangkul lengan Omar sambil berkata, "Kak Omar, aku nggak tahu siapa dia."Orangnya sudah di depan, dia masih saja mau mengelak!Dylan terkekeh, wanita ini memang paling hebat pura-pura polos. Namun, kalaupun sekarang dia tidak mengaku, pada saatnya nanti, dia pasti akan mengaku.Dylan melirik Owen.Sebelum Owen masuk, dia sudah membuka mulut Lucen. "Nyonya nggak kenal dia, tapi dia sepertinya sangat akrab dengan Nyonya!"Kata-kata sangat akrab sengaja ditekankan oleh Owen.Hati Fera bergetar sejenak, di wajahnya langsung terlihat ekspresi kesal. "Aku lihat dari seragamnya, dia sepertinya pengawal Swastamita. Swastamita memang bekerja untuk Grup Jayadi, nggak aneh kalau dia mengenalku."Memang tidak aneh.Tanpa menunggu Owen mengatakan sesuatu, Fera melanjutkan, "Swastamita hanya setia pada kepala keluarga, selama ini Andreas
Waktu Fera melihat ke Lucen, kebetulan melihat tekad di matanya.Seketika, Fera pun panik.Dia menyadari situasinya gawat, dia refleks mau menghentikan Lucen mengekspos dia.Namun, bagaimana caranya?Fera bersikap kasihan, lalu tiba-tiba dia mengangkat tangannya untuk memegang syal di lehernya.Di bawah syal itu, bagi orang lain hanya luka tergores ranting pohon, tapi hanya mereka berdua yang tahu kalau itu sebenarnya bekas yang ditinggalkan Lucen.Fera mengernyit, membuat orang yang melihatnya merasa kasihan.Dia ingin merangsang cinta dan perlindungan dari Lucen.Sayangnya ....Kalau tadi Lucen belum melihat semua itu, tanpa "peringatan" dari Fera, dia akan menanggung semuanya sendirian, dia akan melindungi wanita yang dia cintai ini sebisa mungkin.Namun, dia sudah melihatnya.Owen .... Bukan, bukan Owen, Tuan Andreas membunuh harapannya.Tuan Andreas ternyata sudah lama tahu hubungannya dengan Fera, membuatnya takut.Karena ketakutan yang diberikan Andreas, Lucen menunduk.Bagi Fer
Banyak yang menyadari kepanikan Fera ini, termasuk Omar."Fera, kamu dan dia ...." Omar tidak ingin terpengaruh oleh kata-kata Albert tadi, tapi dia tetap mau mendapatkan jawaban yang pasti."Kak Omar ...."Fera sudah memikirkan penjelasan yang bagus, tapi Albert tidak memberinya kesempatan.Albert tersenyum tipis, maksud menyindir di tatapannya semakin jelas terlihat. "Kalau aku jadi dia, kalaupun ada apa-apa, aku sudah pasti bakal bilang nggak ada apa-apa."Kata-katanya tidak bisa dipercaya!Omar mengernyit, dia bisa-bisanya setuju dengan Albert.Dia melihat ke Lucen yang berlutut di lantai.Di ingatannya, Lucen hanyalah pengawal di Swastamita, tapi sepertinya ada banyak jejaknya di mana-mana.Tiba-tiba, muncul sebuah ketakutan di hatinya, tapi tidak berani dia tanyakan.Tepat ketika Omar mundur selangkah, Lucen berkata, "Maaf, Tuan ...."Tubuh Omar membeku di tempat.Kenapa meminta maaf padanya? Apa kesalahan yang dia perbuat?Ekspresi Omar sangat jelek, suara Lucen masih terdengar.
Albert sebenarnya ingin melihat pertunjukan, tapi dia tidak berani melawan tatapan pamannya.Dia pun ikut pergi dengan enggan.Hansen juga pamit dan membawa Lala keluar.Ketika mereka keluar, kebetulan bertemu dengan Andreas yang membawa Celine menuju ruang tamu. Tatapan mereka tertuju pada tangan Andreas dan Celine yang bergandengan.Albert merasa sedikit cemburu, tapi dia tidak merebut Celine dari Andreas.Dia hanya berkata, "Kalau ada apa-apa, telepon aku, aku bakal datang dalam setengah jam." Lalu pergi.Dia berjalan dengan santai keluar dari gerbang kediaman.Hansen melihat Celine sejenak, tapi malah berpesan pada Andreas, "Jaga dia baik-baik."Setelah itu, dia pergi.Donny melihat Celine dengan penuh kasih sayang sambil berkata, "Besok pagi aku jemput ke perusahaan."Kemudian, dia juga pergi.Celine terdiam.Mereka semua sudah pergi, meninggalkannya sendiri di sini?Sepertinya ... kurang bagus?Tepat ketika Celine mau bilang ingin pergi bersama mereka,tangannya tiba-tiba diremas
Sindiran itu samar-samar, tapi juga seperti tamparan kuat bagi Fera.Seperti malam bertahun-tahun yang lalu ....Sebuah bagian di hati Fera seakan-akan hancur.Andreas hanya melihatnya sekilas, bahkan tidak berhenti, dia malas melihat Fera. Setelah itu, dia fokus melihat wanita di sampingnya dengan penuh cinta.Kemudian, dia menarik tangan Celine agar Celine duduk di sampingnya.Namun, karena tidak suka ada celah di antara mereka, dia kembali merangkul pinggan Celine dan menarik Celine untuk lebih dekat dengannya.Setelah sudah menempel, Andreas baru puas.Dia sama sekali tidak mempertimbangkan orang-orang yang ada di ruang tamu.Wajah Celine yang tadinya masih memerah, sekarang semakin merah karena kelakuan Andreas ini. Orang ini ... kenapa tidak lihat situasi!Celine mengernyit melihatnya, menunjukkan perlawanan.Andreas tidak peduli.Selama ini, di depan orang luar, Celine bahkan tidak mau bergandengan, bersikeras mau menjaga jarak antara mereka. Dia seperti kekasih gelap yang harus
"Lucen benar-benar mencintaiku!" ujar Fera yakin.Keyakinan ini membuat amarah yang ada di hati Lucen tadi digantikan dengan penyesalan."Maaf, maaf ... " gumam Lucen, seakan-akan sangat menyesal.Dia menyesal telah menunjuk Fera.Fera mencintainya, dia juga mencintai Fera, dia kenapa malah memperlakukan Fera seperti itu?Dia menghancurkan kehidupan Fera, semua ini salahnya!"Maaf, maaf ...."Lucen membungkuk, tidak berani melihat Fera.Namun, dia tidak tahu kalau reaksinya ini memang diharapkan oleh Fera.Selingkuh ... hanya kesalahan secara moral, dia memang sudah tidak bisa tinggal di Keluarga Jayadi.Namun, kalau hal-hal yang pernah dia lakukan sebelumnya terungkap, hukumannya tidak seringan itu.Orang yang tahu hal-hal itu, selain dia hanya ada Lucen.Dia bertaruh dalam waktu sependek tadi, Lucen tidak mengungkapkan terlalu banyak.Suara minta maaf menggema di dalam ruangan, Fera pun menghela napas dan berkata, "Nggak usah minta maaf, aku juga sudah nggak mau tinggal di kurungan i
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Yuni dengan kening berkerut.Ketika suara Lucen sudah berhenti, suasana langsung hening, tatapannya juga jadi seperti orang gila. "Aku menertawai Keluarga Jayadi yang bodoh, sampai-sampai kutipu ke mana-mana!"Ekspresi semua orang di sana langsung suram gara-gara kata-katanya ini.Semua melihat Lucen dengan tatapan marah.Dia seorang pengawal mana berhak menertawai anggota Keluarga Jayadi?Kegilaan di mata Lucen semakin jelas, sampai akhirnya tersebar ke seluruh wajahnya yang babak belur. Ekspresinya sinis, tapi tetap tidak bisa menutupi kesombongan di wajahnya."Keluarga Jayadi? Aku paling benci Keluarga Jayadi. Kalian lupa? Margaku Gandi ...."Gandi?Bahkan Yuni juga tidak menyadari apa yang spesial dari nama ini.Namun, Andreas berkata dengan suara kecil, "Petra Gandi ...."Dua kata ini membuat Lucen tertegun.Dia melihat pria yang membuatnya ketakutan itu, dia sama sekali tidak menyangka di seluruh Keluarga Jayadi, hanya Andreas yang masih ingat dengan
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s
Dia pernah membayangkan berbagai macam skenario waktu mereka bertemu, tapi dia tetap tidak berani.Asistennya seakan-akan bisa menebak apa yang dia pikirkan. "Nyonya mau bertemu Nona?"Nyonya kalau mau bertemu Nona, dia akan segera mengaturnya.Namun, setelah merenung sekian lama, wanita itu akhirnya menggeleng. "Nggak, nanti saja ...."Nanti saja ....Jelas-jelas baik di Mastika maupun di Binara, Nyonya selalu diam-diam melihat Nona. Namun, setiap kali selalu hanya melihat dari jauh, tidak berani mendekat.Dia sepertinya takut mendekati Nona.Asisten itu tidak bertanya lagi.Suasana di dalam kamar hening sampai wanita itu tiba-tiba berkata, "Bagaimana dengan dia?"Waktu mengucapkan kata "dia", mata wanita itu terlihat dingin, sampai-sampai membuat asistennya merinding."Dia ada di Asia." Asisten terus mengikuti lokasi terbaru "dia"."Sudah di Asia?" ujar wanita itu sambil mengangkat alisnya.Dia seperti orang yang sedang bermain dengan kucing peliharaannya, sangat menikmati kesenangan
Sebenarnya mananya yang salah?Celine terus berpikir, tapi tetap tidak mendapatkan jawaban.Albert dan Dylan bertatapan, menunjukkan ekspresi tidak berdaya. Mereka tidak tahu harus bagaimana menghibur Celine.Beberapa hari ini, waktu mereka sedang mencari Andreas, mereka selalu merasa ada sepasang tangan tidak terlihat yang terus menghalangi mereka.Sebenarnya masalahnya di mana?Mereka juga ingin tahu.Sementara saat ini, di suatu tempat di Binara.Di sebuah ruangan yang sangat luas, di depan jendela panorama, seorang wanita duduk di sofa sambil memegang segelas arak.Dia mengaduk anggur merah di tangannya, membentuk lengkungan yang indah di gelasnya, tapi wanita itu tidak meminumnya.Dia melihat ke luar jendela dengan ekspresi serius, seperti sedang memikirkan sesuatu.Asisten wanita di sebelahnya tiba-tiba menerima sebuah panggilan, lalu berkata pada wanita di sebelahnya, "Nyonya, mereka sudah mau naik pesawat, apakah mau dihentikan?"Mereka yang dia maksud adalah Andreas dan Lala y