“Bisakah kau duduk? Aku ingin bicara.” Akhirnya suara Elara yang mengudara.Meski itu terasa sedikit canggung, Arion mematuhi dan bergerak kembali ke meja pantri dan menarik kursi di seberang Elara.“Bicara apa?” Ketegangan mulai menyelimuti seluruh tubuh Arion.Melihat wajah tanpa ekspresi dan nada datar yang dari tadi keluar dari bibir manis Elara, membuat pria itu menarik napas panjang diam-diam untuk mengusir rasa cemas yang tiba-tiba hadir.“Aku telah berpikir semalaman tadi,” Elara membuka pembahasan setelah sama-sama menarik napas dalam dan panjang secara diam-diam. “Soal kita.”Kedua mata Arion langsung memicing waspada. “Soal kita yang mana?”“Kita dan pernikahan ini.”Tubuh Arion kian menegang. “Ya. Lalu kenapa dengan pernikahan ini?”“Apa kau memang mau meneruskan pernikahan ini?”Kedua alis Arion menukik, saat ia menjawab cepat dan tegas, “Ya.”“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang lainnya.” Elara menatap lekat Arion. “Apa kau tidak ingin menikahi Nona Goldwin?”“Tidak,”
‘Ambil ini. Bagaimana pun kau adalah istriku.’Kalimat itu berputar lagi di dalam pikiran Elara, ketika gadis itu menatap kartu hitam di atas meja.Arion telah sejak sejam setengah tadi pergi, karena ada urusan yang harus ia selesaikan.Pembicaraan mereka memang telah usai dan menyepakati sesuatu.“Nona, apakah ini saja barangnya?” Salah satu anak buah Arion yang bertugas mengawal Elara, menegur dengan sangat hati-hati.“Hm.. ya. Barangku tidak banyak,” jawab Elara sambil tersenyum.“Mobil sudah siap di bawah, jika Nona mau berangkat sekarang, kami pun sudah siap.”Elara mengangguk. “Terima kasih.. emm..”“Guez. Nona bisa panggil saya Guez,” jawab orang itu cepat. “Terima kasih, Guez.”Anak buah Arion yang bernama Guez itu mengangguk hormat lalu keluar dengan membawa tas ransel milik Elara.Ada senyum geli
Baik Dianne maupun lelaki itu terkesiap.Lelaki itu bergeming dan tidak berani memutar tubuh, sementara Dianne yang melihat kesempatan segera mengambilnya.Gadis itu langsung bergerak cepat berlari dengan mengambil celah kosong di sisi lelaki tersebut.“Hey!!” Lelaki itu berteriak dan menggapai bahu Dianne, namun suara teriakan di ujung gang itu kembali terdengar.“Apa yang kau lakukan?! Mobil patroli di sekitar sini, aku akan memanggil polisi jika kau macam-macam!”Lelaki itu terdiam dan melirik tajam Dianne yang langsung mengempas tangan lelaki itu dari bahunya dan segera berlari cepat menjauh.“Tolong aku! Orang itu tadi mau merampok dan melukaiku!” ujar Dianne terengah-engah begitu tiba di dekat orang yang tadi berteriak itu.“Dia kabur!” Orang itu berseru sambil menunjuk.Dianne menoleh dan benar saja, ia mendapati lelaki berambut model buzz cut itu dengan terampil mema
“Bukankah ini terlalu ‘pagi’ untuk datang ke bar?” Zhenzhen mengangkat alis melihat Arion yang telah duduk di stool bar dan memandangi layar ponselnya.Pria itu terlihat lesu --meski masih sangat nampak tampan. Setelan jas formal mahal miliknya membalut tubuh proporsional pria itu, meski kini semua kancing jas nya dalam keadaan terbuka.Ini masih pukul 6 petang, namun pria itu sudah berada di tempat Zhenzhen.“Bagaimana urusan kerjaanmu?” Mendapati Arion yang tidak menjawabnya, Zhenzhen menanyakan hal lain.“Apa artinya jika seorang wanita meminta pisah rumah?” Alih-alih menjawab, Arion mengatakan hal lain.Tangan Zhenzhen yang sedang mengelap beberapa gelas, tetiba terhenti dan menoleh. “Siapa yang minta pisah rumah? Elara?”Alih-alih menjawab, Arion kembali bergumam hal lain. “Kami sudah menikah, Zhen.”“Oh Dear God!” Zhenzhen membelalakkan mata --ta
[Aku akan berada di luar kota beberapa hari.]Pesan itu dibaca Elara tanpa tampak perubahan ekspresi.“Siapa itu?” Jeanne melongok pada ponsel milik Elara dan kemudian mengembus napas. “Dia mengabarimu.”“Ya.”“Dia pria yang baik,” sambung Jeanne lagi.“Mungkin.”“Dia baik, El!” Jeanne sedikit mengernyit. “Tidak semua suami mengabari istrinya, apalagi ketika sedang dalam masalah. Tapi dia mengabarimu. For God’s sake! Mengabarimu! Dia itu orang penting dengan waktu luang yang amat sempit, tapi masih mengabarimu!”“Ya ya ya. Dia pria yang baik.” Elara malas menanggapi kesewotan Jeanne.Namun dalam hati kecilnya, ia pun setuju pada kalimat Jeanne.Dulu, ibunya kadang bertanya-tanya kemana Tony pergi, karena mantan ayah tirinya tersebut jarang sekali mengabari Annie ketika ke luar kota atau bahkan ketika tidak pulang.Elara mengetahuinya, karena pernah terbangun di suatu malam dan melihat sang ibu yang masih terjaga,
Entah ke berapa kali, Arion menatap layar ponsel miliknya.Namun apa yang dinanti, tidak kunjung muncul.Ya, Arion menantikan pesan balasan dari Elara.Itu sudah centang biru, namun rupanya gadis itu tidak berniat untuk sekadar berbasa basi untuk membalas pesan yang ia kirimkan.“Dasar tidak sopan!” gerutu Arion dengan mulut yang hanya membuka sedikit.“Ma-maaf Tuan? Apakah mobilnya berjalan terlalu cepat?” Garvin yang berada di samping supir bertanya dengan sangat hati-hati.“Tidak.” Arion menjawab dingin dan membuang pandangan ke arah jendela.Ia berada di dalam mobil yang membawanya ke Sacramento, untuk memenuhi permintaan Lenora.Garvin ia perintahkan untuk menjemputnya, karena ada beberapa urusan pekerjaan yang ingin ia bahas selama dalam perjalanan.Pria tampan itu memang tidak suka membuang waktu dan memanfaatkan segala waktu yang ada secara efektif dan efisien.Namun bila menyangkut Elara, pria itu seperti mendadak terlupa bagaimana caranya bertindak efisien dan efektif tersebu
“Apakah… ini milikmu?” Dianne menatap takut-takut pada orang bersetelan mewah yang terkena lemparan kotak olehnya tadi.Kini ia bisa melihat dengan cukup jelas orang tersebut.‘Oh, astaga…’ Dianne menganga.Yang berdiri di depannya adalah seorang pria bertubuh tinggi dan tampan. Wajah persegi yang ia miliki begitu unik namun menampilkan keeleganan yang tidak biasa.Setelan mahalnya melekat begitu pas di tubuhnya yang tegap. Sorot matanya terpancar ramah --hal inilah yang paling utama membuat rasa takut dan cemas Dianne luruh seketika.Pria itu --untuk kesekian kalinya, terlihat mengamati anting yang ia pegang.“I-iya.. maaf. Itu milikku,” Dianne mengulurkan tangan untuk mengambil anting berbentuk titik air tersebut.Namun saat tangan Dianne terulur hendak mengambilnya, pria itu justru mengangkat tangannya lebih tinggi, sehingga usaha Dianne untuk mengambil anting tersebut, menggapai angin.“Ke-kenapa--” Dianne langsung terdiam saat mendapati pria tampan bersetelan mewah itu menatap d
“Bagaimana perasaanmu hari ini?” Lucas menggoda Isabelle.Mereka hari ini bertemu di salon perawatan tubuh, karena Lucas bersikeras menggiring Isabelle untuk melakukan perawatan sebelum acara jamuan makan malam esok.“Kau pasti bahagia!” Senyum lebar di wajah Lucas tidak kunjung surut, ia memang sangat senang ketika melihat wajah bersemu Isabelle dan mata perempuan itu yang berbinar.“Aku tidak menyangka… Arion akan benar-benar pulang hari ini ke Grand Haven,” ucap Isabelle pelan.Wajahnya yang bersemu, sedikit menghilangkan kesan pucat perempuan itu.“Ya, aku mendapat kabar tadi pagi dari bibi Lenora bahwa Arion dalam perjalanan pulang,” Lucas mengangkat tangan dan melihat arloji yang melingkari tangan kanannya. “Seharusnya dia sudah tiba di mansion dan sedang bicara dengan bibi Lenora sekarang.”Isabelle diam, namun senyum manis dan juga bahagia terukir di wajahnya.“Sudah ku bilang, Ella,” tukas Lucas lalu tersenyum menggoda pada Isabelle. “Sekalipun dia dekat atau sedang bersama ga