Part 31Sepulang mengunjungi Alya, Ramdan masih penasaran dengan Gibran. Ia pun bertanya ke polisi mengenai keadaan Gibran. Lelaki itu masih dirawat di Rumah Sakit khusus narapidanan, bila ingin menjenguk pun harus dengan pengawalan polisi agar tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan."Silakan masuk, Pak, waktu Anda hanya sepuluh menit, kalau ada apa-apa segeralah keluar. Kami akan tetap berjaga di sini, dan ada cctv di dalam ruangan jadi Anda tak bisa berbuat macam-macam, semuanya terekam jelas melalui cctv," ujar petugas polisu saat Ramdan hendak mengunjungi Gibran. Sebelum masuk, Ramdan diperiksa dan digeledah lebih dulu agar tak membawa barang-barang yang mencurigakan atau barang berbahaya lainnya. Ia pun masuk ke dalam ruangan itu. Jantungnya berdegup lebih kencang.Ia melihat lelaki itu tengah berbaring. Sebelah kakinya diborgol ke sisi ranjang."Oh lihatlah, siapa yang datang!" sambut Gibran sinis. Ia tersenyum mengejek ke arah Ramdan."Kau mengenalku?" sahut Ramdan."Hahah te
Part 32"Menurutmu?" Dewangga tersenyum masam. "Sudah berkumpul semua dari pihak istri dan suami?" tanya salah satu petugas polisi."Sudah, Pak. Kita mulai saja agar prosesnya cepat selesai," sahut pengacara.Mereka mulai berbincang dari permasalahan yang terjadi dari awal."Pihak istri sah merasa dirugikan karena perselingkuhan ini terjadi sejak lama. Bukan hanya kerugian materil saja, melainkan juga rasa trauma yang dialami Bu Risna.""Atas nama kuasa hukum klien saya, saya minta maaf atas apa yang telah terjadi, dan meminta adanya penyelesaian dan perdamaian dalam perkara ini," harap Pak Hadiyan.Setelah dilakukan proses mediasi, akhirnya mendapatkan kesepakatan final antar kedua belah pihak.Terhadap pelaku laki-laki, kepadanya diberikan sanksi tambahan berupa denda sebesar 20 juta, yang nantinya uang tersebut ditransfer ke pihak istri pertama.Terhadap pelaku perempuan juga diberikan sanksi tambahan berupa denda sebesar 10 juta akan disalurkan untuk kegiatan sosial pada masjid
Part 33"Jadi kau butuh uang sampai jual rumahmu, sorry maksudnya over kredit?""Iya, Mbak. Dan saya butuh cepat. Saya sudah ngiklan kesana kemari tapi belum ada yang berminat.""Kenapa gak langsung hutang di bank saja?""Gak bisa Mbak, soalnya saya masih ada tanggungan bank.""Haduh, ribet amat hidupmu ya."Ramdan merasa tertohok dengan ucapan Karina. Tapi ia harus menebalkan muka, semoga saja, wanita itu menyetujuinya."Iya, saya mohon, Mbak. Kalau bisa tolong bantu saya.""Hmmm, tunggu sebentar. Berapa yang kau inginkan?" "250 juta saja, Mbak. Tapi Mbak masih harus menyetori bank lagi selama 5 tahun ke depan."Karina menyedot jus alpukat yang ada di hadapannya. Lalu, ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang."Ya, ya, kau datang kesini ya, bawa berkas dokumen yang kubutuhkan. Oke, ditunggu."Ramdan masih memperhatikan wanita yang ada di hadapannya yang tampak begitu sibuk.Tak lama seorang lelaki berpakaian rapi dan berkacamata datang menghampiri kami. "Ini, Non.""Makasih ya,
Part 34Seketika Risna membatu, air mata itu jatuh menitik membasahi pipinya. Dengan tangan yang bergetar, Reyhan mencoba menghapus air mata Risna.Risna mendongak, ia benar-benar tak percaya. Setelah sekian lama akhirnya dipertemukan kembali dengan keluarga. Doa-doanya ternyata dikabulkan meski dalam jangka waktu yang sangat lama. "Ka-kak?" panggil Risna dengan nada sangat lirih.Reyhan mengangguk. Pandangan matanya sudah tertutup embun yang tebal. Pria itu merentangkan kedua tangannya berharap agar sang adik memeluknya.Entah dapat dorongan dari mana Risna langsung memeluk sang kakak dengan sangat erat. Ia merasa sangat bahagia karena dipertemukan lagi dengan keluarganya. Wanita itu masih menangis tergugu, seolah tak percaya.Reyhan mengusap puncak kepalanya dengan sangat lembut. "Terima kasih kamu masih hidup, terima kasih kau sudah bertahan hidup. Terima kasih kau masih bertahan di tengah kesulitan yang kamu jalani," ujar Reyhan dengan nada penuh haru.Pak Kamal ikut menitikkan
Part 35Pria berparas tampan itu tersenyum sangat manis. "Ya sudah, karena ada keperluan mendesak, kakak pamit pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Kakak akan menjemputmu kembali," ujar Reyhan.Risna melambaikan tangannya saat mobil Reyhan perlahan menjauh. Sebenarnya ia ingin sekali ikut dengannya sekarang juga. Tapi masih ada banyak urusannya di sini yang belum selesai. Ia juga harus memberi tahu ibu mertuanya bahwa ia akan pergi menemui orang tua kandungnya."Gimana perasaanmu sudah lega sekarang?" tanya Dewangga membuyarkan lamunannya."Aku benar-benar bahagia hari ini, Mas. Ternyata keluargaku tak pernah melupakanku, Mas. Mereka juga sehat, aku sudah tak sabar ingin melihat mama dan papa," sahut Risna antusias."Iya. Aku juga ikut bahagia, Risna. Melihat senyumanmu adalah kebahagiaanku."Risna tersenyum tersipu. "Oh ya, Mas, gimana proses mediasi kemarin?" tanya Risna penasaran."Sudah beres, kamu nanti dapat uang damai 20 juta dari suamimu. Dan juga--""Kenapa, Mas?"Ramdan
Part 36Sudah dari pagi Risna bersiap-siap menuju ke pengadilan agama. Dewangga pun turut menemani untuk menjadi saksi dan penyemangatnya. Sedangkan ibu mertua sementara waktu diurus oleh Mbak Jumiroh selagi mereka pergi. Tapi memang tak bisa setiap hari karena ia punya kesibukan sendiri di sawah.Namun sangat disayangkan, Ramdan tidak hadir dipanggilan sidang maupun mengirimkan kuasa hukumnya. Sehingga upaya untuk mediasi gagal karena tergugat tidak hadir. Dan akan dilanjutkan sidang selanjutnya minggu depan."Mas Ramdan pengecut sekali, dia gak hadir? Apa takut dengan tuntutanku?" Risna merenung sendiri saat keluar dari gedung pengadilan. Ia merasa sidang hari ini sia-sia karena calon mantan tidak hadir."Risna, ayo pulang! Sudah gak perlu pikirkan calon mantanmu itu. Kalau dia gak hadir justru sidang lebih mudah, perceraianmu akan cepat dikabulkan oleh hakim," tutur Dewangga."Iya kau benar, Mas. Padahal aku pengin cepat-cepat lepas dari Mas Ramdan lalu menemui orang tuaku.""Sabar
Part 37"Apa itu, Kak?"Reyhan tersenyum menatap adiknya. "Sebelum kakak menceritakan semuanya, kamu bersihkan diri dulu ya, lalu kita makan. Bibi udah nyiapin makan. Kamu juga pasti laper. Ayo!""Tapi--""Ayo sana mandi dulu, bibi udah nyiapin kamar untukmu. Setelah itu kita makan malam bersama. Kakak tunggu di ruang makan! Kakakmu ini tidak akan membiarkan adik kesayangan kakak tidur dalam keadaan lapar."Risna mengangguk saja, tak ada bantahan dari perempuan itu. Meski pikirannya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, tubuhnya pun terasa begitu penat dan gerah. Ia memang butuh sentuhan air. Risna bangkit mengikuti langkah Reyhan menuju ruang tengah. Lagi-lagi, Risna merasa takjub dengan dekorasi rumah yang begitu elegan. "Itu kamarmu, Dek. Kamu bisa istirahat di sana," tunjuk Reyhan. Risna mengedarkan pandangannya lalu mengangguk pelan. Risna masuk ke dalam kamar. Kamar dengan ukuran cukup besar, sangat rapi dan juga nyaman. Bila disuruh tinggal di sini, dia pasti ak
Part 38"Mama ... ini Risna, Ma. Gadis kecilmu yang dulu hilang. Ini Risna, Ma. Risna kembali padamu. Maafin Risna Ma, maafin Risna."Bu Salamah terdiam, tanpa kata. Pandangannya masih begitu kosong. "Sekarang Risna udah di sini. Risna kembali, Ma. Risna akan sering bertemu dengan Mama lagi. Cepat sembuh ya, Ma. Biar kita bisa berkumpul lagi. Risna rindu sekali sama Mama. Risna rindu Mama ..."Tetiba Risna merasakan sebuah usapan lembut di kepala. Risna mendongak menatap wajah sang ibunda dari dekat. Ada bulir bening yang menggenang di pelupuk matanya. Risna bermaksud menghapus air mata yang menggenang itu, tapi Bu Salamah justru mendorongnya menjauh.Reyhan terkejut dengan sikap sang Mama, lalu menunda Risna berdiri. Tapi hal itu tak membuat Risna ciut nyali. Risna justru kembali memeluk sang ibunda dengan sangat erat. Diciuminya wajah yang sudah menua itu."Kita memang sudah terpisah sangat lama, jadi mungkin Mama tidak mengenaliku. Tapi, Risna tidak akan pernah melupakan orang yan