Part 33"Jadi kau butuh uang sampai jual rumahmu, sorry maksudnya over kredit?""Iya, Mbak. Dan saya butuh cepat. Saya sudah ngiklan kesana kemari tapi belum ada yang berminat.""Kenapa gak langsung hutang di bank saja?""Gak bisa Mbak, soalnya saya masih ada tanggungan bank.""Haduh, ribet amat hidupmu ya."Ramdan merasa tertohok dengan ucapan Karina. Tapi ia harus menebalkan muka, semoga saja, wanita itu menyetujuinya."Iya, saya mohon, Mbak. Kalau bisa tolong bantu saya.""Hmmm, tunggu sebentar. Berapa yang kau inginkan?" "250 juta saja, Mbak. Tapi Mbak masih harus menyetori bank lagi selama 5 tahun ke depan."Karina menyedot jus alpukat yang ada di hadapannya. Lalu, ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang."Ya, ya, kau datang kesini ya, bawa berkas dokumen yang kubutuhkan. Oke, ditunggu."Ramdan masih memperhatikan wanita yang ada di hadapannya yang tampak begitu sibuk.Tak lama seorang lelaki berpakaian rapi dan berkacamata datang menghampiri kami. "Ini, Non.""Makasih ya,
Part 34Seketika Risna membatu, air mata itu jatuh menitik membasahi pipinya. Dengan tangan yang bergetar, Reyhan mencoba menghapus air mata Risna.Risna mendongak, ia benar-benar tak percaya. Setelah sekian lama akhirnya dipertemukan kembali dengan keluarga. Doa-doanya ternyata dikabulkan meski dalam jangka waktu yang sangat lama. "Ka-kak?" panggil Risna dengan nada sangat lirih.Reyhan mengangguk. Pandangan matanya sudah tertutup embun yang tebal. Pria itu merentangkan kedua tangannya berharap agar sang adik memeluknya.Entah dapat dorongan dari mana Risna langsung memeluk sang kakak dengan sangat erat. Ia merasa sangat bahagia karena dipertemukan lagi dengan keluarganya. Wanita itu masih menangis tergugu, seolah tak percaya.Reyhan mengusap puncak kepalanya dengan sangat lembut. "Terima kasih kamu masih hidup, terima kasih kau sudah bertahan hidup. Terima kasih kau masih bertahan di tengah kesulitan yang kamu jalani," ujar Reyhan dengan nada penuh haru.Pak Kamal ikut menitikkan
Part 35Pria berparas tampan itu tersenyum sangat manis. "Ya sudah, karena ada keperluan mendesak, kakak pamit pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Kakak akan menjemputmu kembali," ujar Reyhan.Risna melambaikan tangannya saat mobil Reyhan perlahan menjauh. Sebenarnya ia ingin sekali ikut dengannya sekarang juga. Tapi masih ada banyak urusannya di sini yang belum selesai. Ia juga harus memberi tahu ibu mertuanya bahwa ia akan pergi menemui orang tua kandungnya."Gimana perasaanmu sudah lega sekarang?" tanya Dewangga membuyarkan lamunannya."Aku benar-benar bahagia hari ini, Mas. Ternyata keluargaku tak pernah melupakanku, Mas. Mereka juga sehat, aku sudah tak sabar ingin melihat mama dan papa," sahut Risna antusias."Iya. Aku juga ikut bahagia, Risna. Melihat senyumanmu adalah kebahagiaanku."Risna tersenyum tersipu. "Oh ya, Mas, gimana proses mediasi kemarin?" tanya Risna penasaran."Sudah beres, kamu nanti dapat uang damai 20 juta dari suamimu. Dan juga--""Kenapa, Mas?"Ramdan
Part 36Sudah dari pagi Risna bersiap-siap menuju ke pengadilan agama. Dewangga pun turut menemani untuk menjadi saksi dan penyemangatnya. Sedangkan ibu mertua sementara waktu diurus oleh Mbak Jumiroh selagi mereka pergi. Tapi memang tak bisa setiap hari karena ia punya kesibukan sendiri di sawah.Namun sangat disayangkan, Ramdan tidak hadir dipanggilan sidang maupun mengirimkan kuasa hukumnya. Sehingga upaya untuk mediasi gagal karena tergugat tidak hadir. Dan akan dilanjutkan sidang selanjutnya minggu depan."Mas Ramdan pengecut sekali, dia gak hadir? Apa takut dengan tuntutanku?" Risna merenung sendiri saat keluar dari gedung pengadilan. Ia merasa sidang hari ini sia-sia karena calon mantan tidak hadir."Risna, ayo pulang! Sudah gak perlu pikirkan calon mantanmu itu. Kalau dia gak hadir justru sidang lebih mudah, perceraianmu akan cepat dikabulkan oleh hakim," tutur Dewangga."Iya kau benar, Mas. Padahal aku pengin cepat-cepat lepas dari Mas Ramdan lalu menemui orang tuaku.""Sabar
Part 37"Apa itu, Kak?"Reyhan tersenyum menatap adiknya. "Sebelum kakak menceritakan semuanya, kamu bersihkan diri dulu ya, lalu kita makan. Bibi udah nyiapin makan. Kamu juga pasti laper. Ayo!""Tapi--""Ayo sana mandi dulu, bibi udah nyiapin kamar untukmu. Setelah itu kita makan malam bersama. Kakak tunggu di ruang makan! Kakakmu ini tidak akan membiarkan adik kesayangan kakak tidur dalam keadaan lapar."Risna mengangguk saja, tak ada bantahan dari perempuan itu. Meski pikirannya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, tubuhnya pun terasa begitu penat dan gerah. Ia memang butuh sentuhan air. Risna bangkit mengikuti langkah Reyhan menuju ruang tengah. Lagi-lagi, Risna merasa takjub dengan dekorasi rumah yang begitu elegan. "Itu kamarmu, Dek. Kamu bisa istirahat di sana," tunjuk Reyhan. Risna mengedarkan pandangannya lalu mengangguk pelan. Risna masuk ke dalam kamar. Kamar dengan ukuran cukup besar, sangat rapi dan juga nyaman. Bila disuruh tinggal di sini, dia pasti ak
Part 38"Mama ... ini Risna, Ma. Gadis kecilmu yang dulu hilang. Ini Risna, Ma. Risna kembali padamu. Maafin Risna Ma, maafin Risna."Bu Salamah terdiam, tanpa kata. Pandangannya masih begitu kosong. "Sekarang Risna udah di sini. Risna kembali, Ma. Risna akan sering bertemu dengan Mama lagi. Cepat sembuh ya, Ma. Biar kita bisa berkumpul lagi. Risna rindu sekali sama Mama. Risna rindu Mama ..."Tetiba Risna merasakan sebuah usapan lembut di kepala. Risna mendongak menatap wajah sang ibunda dari dekat. Ada bulir bening yang menggenang di pelupuk matanya. Risna bermaksud menghapus air mata yang menggenang itu, tapi Bu Salamah justru mendorongnya menjauh.Reyhan terkejut dengan sikap sang Mama, lalu menunda Risna berdiri. Tapi hal itu tak membuat Risna ciut nyali. Risna justru kembali memeluk sang ibunda dengan sangat erat. Diciuminya wajah yang sudah menua itu."Kita memang sudah terpisah sangat lama, jadi mungkin Mama tidak mengenaliku. Tapi, Risna tidak akan pernah melupakan orang yan
"Kau?! Kau kenapa bisa bersama calon suamiku lagi?! Dasar pelakor tak tahu malu!" Karina hendak menampar Risna tapi, Reyhan langsung menangkap tangannya."Jangan kasar, Karina!!" Reyhan menghempaskan tangan Karina dengan kasar."Untuk apa sih kamu belain dia terus, Mas! Dia kan hanya wanita kampung! Terus kenapa bisa kamu bersama dia lagi?!""Aku menjemputnya.""Apaa?!" pekik Karina tak percaya. Moodnya seketika rusak, kala ingin shopping, dia justru melihat calon suaminya terang-terangan membawa wanita lain bahkan memborong belanjaannya di sini?"Kau benar-benar tidak memikirkan perasaanku! Jadi kau lebih memilih wanita kampung ini dari pada aku?!" teriak Karina membuat para pengunjung menatap ke arah mereka.Reyhan langsung menarik tangan Risna. "Ya, dia jauh lebih penting dari pada kamu!" tukas lelaki itu, kemudian melangkah pergi meninggalkan butik."Gila! Ini benar-benar gila! Aku harus lapor sama Papa mertua! Seenaknya dia ninggalin aku gini demi wanita lain. Huh!" sungut Karina
Part 39Risna benar-benar tak menyangka kalau lelaki yang di hadapannya itu justru berbuat kasar. Dalam bayangannya, ia akan disambut dengan perasaan suka cita. Bukan seperti ini. Sungguh kesan pertama yang buruk.Dalam hal ini ia jadi paham satu hal kalau papanya gampang sekali terhasut dengan omongan orang. Ia pun jadi paham alasan mengapa kakaknya tak mau menikah dengan wanita cantik itu. Rupanya dia tukang adu domba. Seperti yang dikatakan oleh sang kakak, meski dia cantik tapi tidak dengan hatinya."Kakak tidak apa-apa?" tanya Risna. Reyhan mengangguk dan mencoba menenangkan Risna yang tampak gugup dan shock karena sikap ayahnya sendiri."Jadi begini sikap Papa saat menyambut putrinya yang sudah lama menghilang?" tukas Reyhan dengan nada penuh penekanan. Kali ini ia berani menatap manik mata ayahnya yang tajam."Apa maksudmu? Kata Karina kau bermain dengan wanita! Kau bahkan menghabiskan uangmu demi wanita ini?" seru Pak Hadiwilaga lagi. Marah yang tak berdasar dan tidak keras ke
Part 83Dua tahun berlalu... Ini hari yang paling membahagiakan untuk Risna, karena dia berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang mahasiswi. Hari ini adalah hari kelulusan alias hari wisuda di perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu. Gadis kecil mungil itu berlarian kecil menuju Risna. "Ate ate ate...." ocehnya dengan lucu. Risna yang tengah dirias dan memakai kebaya dan rok dari kain jarik menoleh ke arah bocah mungil itu. Dewangga tersenyum, langsung menggendong gadis mungil itu dan menciuminya. "Ate..." Ia terlihat berontak tak ingin digendong oleh Dewangga, tangan gadis kecil itu terulur padanya. "Sini, Mas, Rina sepertinya ingin digendong olehku," sahut Risna sambil senyum. Risna menciuminya dan menjawil pipinya yang chubby. "Keponakan ante udah wangi nih, udah siap mau ikut tante?" tanya Risna dengan lembut.Arina manggut-manggut sambil mengoceh tak jelas lagi. Ya, dia Arina, putri mungil kakaknya, Reyhan dan Zahra. Umurnya satu tahun lebih beberapa bulan, h
Part 82Risna melambaikan tangan saat mengantar kepergian sang kakak dan istrinya di Bandara."Semoga sukses bulan madunya, Kak dan cepat dapat momongan!" seru Risna sambil tertawa renyah. Reyhan mengusap lembut kepala adiknya sambil tersenyum. Begitu pula dengan Zahra, dia yang sedari tadi berdiri di samping suaminya, merasa agak gugup karena ini pengalaman pertamanya untuk naik pesawat."Kamu juga ya, Dek. Pokoknya kita harus berikan kebahagiaan untuk papa dan mama. Dewa, kupercayakan sepenuhnya padamu. Jaga adikku dengan baik," sahut Reyhan."Tentu, Bang. Risna sudah jadi tanggung jawabku.""Aku juga titip papa dan mama ya. Kabari kalau ada apa-apa.""Iya, Bang, pasti. Abang gak perlu khawatir. Bersenang-senanglah bersama istri dan jangan pikirkan kami. Semoga honeymoonya sukses."Reyhan dan Zahra tersenyum, kemudian ia segera menuju ke pesawat setelah ada pengumuman, pesawat akan take off.Dewangga dan Risna saling berpandangan sejenak lalu melempar senyum. Mereka pulang setelah
Part 81Kini Pak Hadiwilaga bisa bernapas dengan lega. Sungguh, ia tak menyangka, ternyata selama ini ia memelihara dua penjahat sekaligus selama puluhan tahun! Miris bukan?Bahkan Derry masih satu kerabat dengan istrinya itu. Maksudnya sang mantan istri.Reyhan dan yang lain pun baru tahu kalau dalang dibalik hilangnya Risna dulu adalah Bu Martha. Semua bukti dia dapatkan saat orang suruhannya melakukan penggeledahan di rumah terbengkalai milik Martha. Ia menemukan sebuah catatan diantara tumpukan buku yang sudah usang. Catatan yang menjelaskan dimana saja ia harus beraksi bersama.Saat pertama mengetahuinya, dadanya berdebar sangat kencang, jadi Martha memang sudah mengincar keluarganya dari dulu. Dia benar-benar tak kenal lelah untuk mendapatkan papanya. Obsesinya karena ingin jadi orang kaya hingga melemahkan akal pikirannya. *** Tiga wanita itu tengah berkumpul di ruang tamu, mereka tengah membicarakan pesta syukuran untuk pernikahan Reyhan dan Zahra. Mereka melihat-lihat foto
Tak ingin membuang-buang waktu dan berkonsultasi dengan dokter yang merawat ayahnya, Reyhan meminta surat pengantar agar bisa membawa ayahnya ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lengkap peralatan medisnya. Hal itu disetujui oleh pihak RS. Agar Pak Hadiwilaga mendapatkan perawatan semaksimal mungkin tanpa gangguan dari siapapun lagi.Setelah mengurus berkas-berkas sekaligus administrasinya, Pak Hadiwilaga langsung dibawa pergi dengan ambulance. Disusul oleh Reyhan dan juga Zahra di mobil belakang.Reyhan bertindak cepat agar tak keduluan oleh sang ibu tirinya. Ia mendapatkan laporan dari Arfan dan Zhafi mengenai rencana licik Martha ingin membuat kondisi Pak Hadiwilaga makin memburuk. Meskipun kemarin Pak Hadiwilaga terlihat lebih baik dari pada biasanya, tapi sebentar-sebentar terbangun dan merasakan dadanya yang begitu sesak."Dek Zahra, aku mau minta satu permohonan padamu," ujar Reyhan saat berjaga dalam ruang perawatan ayahnya di rumah sakit yang baru."Katakan, Mas.""Tolong
Part 80Beberapa waktu sebelumnya ... Setelah Ramdan pergi dan tak kembali lagi. Dia menghubungi lelaki itu berkali-kali tapi tak kunjung direspon. Ia juga tetap menunggunya pulang, tapi sampai sekarang, Ramdan tak pernah kembali. Alya bingung dan frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang, tak ada lagi yang menanggung biaya hidupnya.Hingga akhirnya tiba waktunya bayar kontrakan, tapi Alya tak sanggup membayarnya karena uangnya sudah habis, habis untuk makan, dia dan anak-anak."Maaf ya, Mbak. Tidak ada toleransi. Bukan karena saya manusia yang tidak punya hati, bisnis tetaplah bisnis. Jadi lebih baik sekarang mbaknya dan anak-anak pergi dari kontrakan saya," tukas pemilik kontrakan yang sudah memberi waktu lewat dua hari dari jatuh tempo."Pak, saya mohon, tunggu sampai suami saya pulang!" Alya memohon dengan mata berkaca-kaca. Tapi pemilik kontrakan itu tak menggubrisnya. Hidup Alya makin kacau."Maaf ya, Mbak, penghuni baru akan segera datang, jadi tolong kosongkan kontrakan
Part 79Saat wanita itu mendongak, baik Dewangga dan Risna sangat terkejut saat melihatnya dengan penampilan yang awut-awutan tak karuan."Ka-kamu?"Alya terperanjat kaget melihat mereka kini ada di dekatnya. "Alya, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Dewangga tak habis pikir, pada wanita yang suka sekali bersandiwara."Kamu sengaja ya melakukan ini? Kamu ingin mencelakakan dirimu sendiri dan bayimu itu?"Alya bangkit seraya mendekap bayinya yang masih terus menangis. Dia menggeleng pelan lalu beringsut mundur ke pinggir jalan. Badannya sudah tak terurus, wajah kusut dan kumal, begitu pula dengan bajunya yang tampak kotor dan dekil. Dia tak menanggapi ucapan dari Dewangga maupun pandangan menuntut dari Risna yang seolah ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia berlari-lari kecil sambil terus menggendong bayinya yang kelaparan."Mas, apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanya Risna sambil terus memandang wanita itu yang berjalan terus tanpa menoleh lagi. Ia berjalan tanpa alas
Part 78"Kau sudah pulang rupanya, lalu siapa wanita di sampingmu?" Bu Martha berjalan menghampirinya begitu pula dengan Karina. Ia tersenyum penuh kepalsuan."Mas, aku senang sekali kamu akhirnya pulang juga. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ikut khawatir saat tante bilang kalau kamu hilang kontak dan gak ada kabar berhari-hari. Aku cemas sekali, Mas," ucap Karina. Ia hendak memeluk Reyhan tapi langsung ditepis lelaki itu.Karina tersenyum dan melirik ke arah wanita di samping Reyhan dengan tatapan sinis. Dadanya sudah berdesir rasa cemburu ketika melihat tangan Reyhan menggenggam erat wanita di sampingnya."Dia istriku," sahut Reyhan kemudian. Tampak keterkejutan yang begitu kentara di wajah keduanya."Istri? Sejak kapan kamu menikah? Memangnya kamu kenal dengan dia?" tanya Bu Martha penasaran. "Makanya kedatanganku kesini karena ingin mengenalkan istriku pada kalian. Namanya Zahra, aku menikah dengannya dua hari yang lalu.""Mas Reyhan, kamu serius menikah dengannya?" Karina tamp
Ia menoleh ke arah sang suami, Reyhan sudah memejamkan matanya, sepertinya ia sudah sangat kelelahan, hingga tertidur tanpa sadar. Zahra tersenyum memandang wajah tampan di hadapannya. Reyhan benar-benar pria yang baik. Sikapnya sangat dewasa kala menghadapi masalah, meski terkesan cuek dan dingin tapi nyatanya dia sangat peduli.*** Pagi harinya, 5 orang pekerja di rumah Reyhan dikumpulkan jadi satu di halaman belakang. Mereka saling pandang karena tak tahu menahu apa yang akan dilakukan sang majikan pada mereka. Bik Sawi, Bik Marni, Pak Herman, Pak Doni dan Pak Agus berdiri dengan raut wajah bingung.Reyhan dan Pak Kamal menghampiri mereka. "Bapak dan bibi sekalian, apa kalian tahu kenapa kalian dikumpulkan di sini?" tanya Reyhan dengan tatapan tajam. Ia memabdang para pekerja di rumahnya satu per satu."Tidak, Pak," sahut mereka serempak. Kali ini mereka saling tertunduk."Saya ingin bertanya pada kalian, apa gaji yang selama ini saya berikan itu kurang?""Ti-tidak, Pak.""Apa b
Part 77Semua sudah berkumpul di meja makan. Zahra tampak kikuk dan hanya diam melihat aneka makanan yang terhidang di meja. Baginya ini begitu mewah."Kenapa diam saja kakak ipar? Apa kakak tidak suka dengan menu ini?" tanya Risna heran. Yang ditanya justru terisak. Ia sangat terharu. "Bukan, bukan itu. Tapi ... terima kasih banyak, terima kasih kalian sudah menerimaku," ujar Zahra lagi.Reyhan hanya tersenyum. Begitu pula dengan Bu Salamah serta anggota keluarga yang lain."Kamu adalah menantuku, Nak. Itu artinya kamu adalah bagian keluarga kami, jangan merasa sungkan begitu."Zahra mengangguk pelan meski ragu."Iya kakak ipar, kamu adalah istri kakakku berarti kakakku juga.""Ehemmm ...! Kalau begitu Risna, panggil dia dengan panggilan yang lebih akrab lagi, biar dia terbiasa dan terkesan dengan kita semua," pungkas Reyhan."Baiklah, aku akan memanggilmu, Mbak Zahra. Ayo mbak, dimakan. Ini semua masakan Bik Marni dan juga aku," jawab Risna.Zahra tersenyum. "Terima kasih, Dek. Ter