Part 23" ... Lima orang terduga pelaku tindak pidana perdagangan manusia atau Human Trafickking ini berhasil diamankan oleh polisi di tempat persembunyiannya. Kelima orang tersebut merekrut sejumlah perempuan muda untuk dipekerjakan sebagai pelayan wanita di tempat hiburan. Saat diringkus, mereka menyandera seorang wanita di sebuah kamar. Sementara salah satu pelaku berinisial GR yang berusaha kabur dilumpuhkan petugas di bagian kaki, kini dirawat di Rumah Sakit. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih ada pihak yang terlibat ..."Alya tercekat saat mendengar berita itu. Apalagi ia saat melihat di layar televisi, wajah Gibran tengah disorot kamera. Sementara empat teman lainnya digelandang ke kantor polisi. "Jadi Gibran termasuk pelaku perdagangan manusia? Terus Risna? Dia berhasil bebas dong?! Ah, kenapa nasib baik selalu berpihak padanya!"Dadanya berdetak dengan kencang, seolah jantung itu hampir terlepas dari tempatnya. Ia berjalan
Part 24"Kalian salah, aku tidak melakukan kejahatan!"Ramdan masih terpaku menatap istrinya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan semua itu. Alya? Apakah benar? Ini tidak mungkin!"Mas Ramdan, tolong aku, Mas! Aku gak salah!!"Dan setelah itu Alya masuk ke mobil polisi. Kendaraan roda empat itu melaju dan berbelok ke arah jalan raya. Ramdan baru sadar, beberapa warga kini tengah memperhatikannya. Mungkin juga sama banyak pertanyaan mengenai Alya yang tiba-tiba saja dibawa polisi."Ayah, mama dibawa kemana? Kenapa sama polisi?" Pertanyaan bocah kecil itu cukup mengagetkannya. Lelaki itu menoleh ke arah anak sambungnya."Ayah, mama pasti pulang lagi kan?" tanyanya lagi dengan pandangan penuh harap.Ramdan segera menggendong bocah itu dan berusaha menenangkannya. "Hendra tenang aja ya, Sayang. Mama pasti akan kembali pulang. Mama hanya ada urusan sebentar di kantor polisi."Hendra langsung memeluk ayah sambungnya itu. "Aku kasihan sama mama.""Iya, ayah juga kasihan sama mama. Nanti k
Part 25"Pak, ini data-data yang bapak inginkan." Pak Kamal menyodorkan sebuah map berwarna biru itu kepada bosnya.Reyhan yang tengah duduk bersandar di kursi kerjanya, langsung mengganti posisi duduk. Ia meraih map dari Pak Kamal.Membuka lembaran kertas yang berisi data diri Risna Prameswari. Ia membacanya dengan seksama. Risna Prameswari, saat ini sudah berumur 30 tahun, sama seperti adiknya yang hilang. Ya, bila masih hidup, umurnya seperti Risna sekarang.Status sudah menikah dengan Ramdan Adiwinata. Tapi selama pernikahannya tidak dikaruniai seorang anak. Di data itu juga disebutkan tentang dimana dia tinggal serta sekolah dulu.Lalu ia membaca data yang lain mengenai orang tuanya. Ternyata Bapak Winarno dan sang istri hanyalah orang tua angkat. Dia juga punya dua orang kakak angkat bernama Baron dan Susi. Jantungnya berdebar makin kencang. Apakah ini kebetulan? Ataukah ini sebagai pertanda kalau Risna memang adiknya yang hilang?'Aku harus menanyakan langsung padanya bila pe
Part 26Alya menangis sesenggukkan. "Mas, kalau uangnya memang kurang. Minta bantuan ayah, Mas. Aku yakin, ayah akan membantu," ucap Alya."Iya, Sayang, kau tenang ya. Semuanya akan aku usahakan. Kau jangan khawatir.""Tolong ya, Mas, bebaskan aku," rengeknya lagiRamdan menganggu. "Kamu jangan stress Alya, kasihan bayimu."Hingga selesai jam kunjungannya, Alya habiskan dengan menangis. Mata perempuan itu tampak sembab dan juga merah. Tapi sekarang, perasaannya jauh lebih tenang karena sang suami pasti akan mengeluarkannya dari tempat terkutuk itu.Ramdan dan Hendra pun kembali pulang. "Ayah, kenapa mama tidak ikut pulang?" tanya bocah laki-laki mungil itu dengan polosnya."Tidak, Nak. Mama masih ada urusan di sana.""Aku kasihan sama mama kenapa nangis terus, Yah.""Iya, Sayang. Banyak nyamuk, badan mama digigiti nyamuk," sahut Ramdan sekenanya.Mereka sudah sampai di rumah, dan Ramdan langsung persiapan untuk pulang ke rumah orang tua Alya, terpaksa ia lakukan karena ia juga perlu
Part 27Lelaki itu tampak bingung. "Apa ini?" Keningnya lagi-lagi berkerut karena tak mengerti lembaran kertas yang dibacanya. "Tanda tangani saja surat yang sudah kubuat.""Surat macam apa ini, Risna? sungguh-sungguh tidak masuk akal!" keluh Ramdan lagi.Surat Tagihan Merawat Ibu MertuaLalu dibawahnya tertera rincian biaya dengan nominal yang cukup membuat shock Ramdan, 500 juta, nominal yang begitu kecil bila dibandingkan dengan pengorbanan Risna selama 10 tahun ini.Bukan hanya tagihan merawat ibu mertuanya, tapi juga biaya ganti rugi sudah menjadi istrinya.*Untuk harta dan semua aset, rumah, mobil dan aset lainnya yang telah dimiliki selama berumah tangga akan jatuh pada pihak yang tersakiti / dikhianati*Surat ini bersifat tetap dan tak bisa diganggu gugat. Bila salah satu pihak terbukti melanggar, maka siap dituntut hukuman penjara.Sudah disiapkan pula materai 10.000 di atas kertas itu."Apa maksudnya ini, Risna?! Kamu sudah gila ya!" pekik Ramdan. Kali ini wajahnya menegan
Part 28Seketika Pak Hadiwilaga terbungkam, wajahnya menegang. Ia terkejut dengan ucapan anaknya. "Ris-na?" lirihnya."Kenapa? Apa Papa sudah melupakan Risna?" sindir putranya lagi. "Tunggu, Reyhan! Apa kau tahu sesuatu tentang adikmu? Dimana dia? Papa juga ingin melihatnya."Reyhan hanya tersenyum masam. "Papa gak usah khawatir, urus saja keluarga baru Papa. Risna dan Mama biar aku yang bertanggung jawab. Sesuai janjiku, aku akan berjuang untuk mereka.""Kenapa kau yakin sekali? Papa takut kamu akan kecewa lagi seperti yang sudah-sudah, hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tapi nyatanya nol besar. Risna sudah puluhan tahun hilang, mungkin anak itu sudah ti--""Pa!! Aku tak ingin berdebat dengan papa. Kali ini aku yakin, bahkan sangat yakin, bahwa aku akan menemukannya kembali. Dan membuat Mama sembuh dari sakitnya. Aku hanya minta sama Papa, untuk mendukungku saja, tidak lebih dari itu!"Pak Hadiwilaga kembali mengembuskan nafasnya dalam-dalam. Menatap putra sulungnya yang penuh den
Part 29"Lho, Pak Reyhan? Kenapa bisa ada di sini?" Risna bertanya-tanya karena kehadiran pria itu. Keningnya mengernyit tanda tak mengerti. 'Bagaimana bisa dia tahu alamatku dan datang ke rumah ini? Ada perlu apa? Aku tidak ada sangkut paut apapun dengannya. Apa aku pernah melakukan kesalahan?' Risna membatin"Risna ..." katanya terdengar sayu. Lelaki itu bahkan mendekat dan ingin memeluk Risna. Hatinya diliputi rasa haru. Karena ia yakin perempuan yang saat ini ada di hadapannya adalah sang adik."Maaf Bung, ada apa ya?" tanya Dewangga menghalanginya. "Dek, kamu kenal sama dia?" tanyanya. Tergambar jelas kalau ia merasa kebingungan."Aku kenal, Mas. Tapi aku gak tau ada apa dia kesini.""Ya sudah, ayo masuk dulu, kita bicara di dalam!" tukas Dewangga mempersilakan tamunya untuk masuk ke dalam rumah.Reyhan terpaku, perasaannya campur aduk jadi satu. Haru, senang, sedih. Ah, ia bahkan tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata. Ia hanya membeku menatap Risna, gadis kecil mungil itu
Part 30Braakk ...! Ramdan menutup pintu rumah dengan sangat kencang. Lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia meraup wajah dengan kasar. Kesal, tentu saja.Mendapat perlakuan dari sang istri yang begitu buruk, terlebih kakaknya sendiri juga ikut memojokkannya. Rasa penat makin menjadi-jadi. Ia butuh uang. Tapi tak ada yang mau membantunya. Bahkan keluarga Alya semua angkat tangan.Kepalanya terasa begitu berat. Berat karena ia kurang istirahat. Bolak-balik melakukan perjalanan jauh tapi hasilnya nihil. Ia menghirup udara kuat-kuat, untuk mengurangi rasa sesak yang terjadi. Pusing. Pening dan semakin terasa berdenyut. Karena kelelahan, Ramdan tertidur di sofa.Saat terbangun, matahari sudah mulai tinggi. Ia terlonjak kaget dan bergegas ke kamar mandi usai melihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan pagi. "Astaga, aku malah telat ke kantor lagi!" gumamnya. Secepat kilat ia mandi setelah memejamkan mata dua jam lamanya. Ia pikir takkan kebablasan, memilih rehat sej