Beranda / Romansa / Ternyata Suami Dadakanku CEO / Bab 1. Utang? Bukan. Lamaran

Share

Ternyata Suami Dadakanku CEO
Ternyata Suami Dadakanku CEO
Penulis: Atiek S

Bab 1. Utang? Bukan. Lamaran

Penulis: Atiek S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 17:24:20

“Jadi, kapan Rayana akan menikah? Masa udah 30 tahun mau numpang di rumah ini terus?”

Suara itu terdengar nyaring dari ruang makan, membuat Rayana yang hendak keluar dari dapur usai memasak sejumlah hidangan pun langsung menghentikan langkah.

Hari itu adalah hari keluarga besar kediaman berkumpul untuk makan siang bersama dan membahas pertunangan adik tiri Rayana, Celline. Di ruang makan, selain ayah tiri, nenek dari pihak sang ayah tiri, juga dua saudara tirinya, terlihat ibu kandung Rayana, Ratri, tengah menyajikan hidangan yang Rayana masak untuk keluarga dari pernikahan keduanya itu.

Awalnya, semua tampak baik-baik saja. Akan tetapi, entah apa yang terjadi di tengah percakapan, tapi mendadak dirinya menjadi topik utama pembicaraan sang nenek, Citra.

“Bukan niat Rayana mau terus menumpang, Bu. Hanya saja belum bertemu jodohnya. Tidak bisa dipaksakan.” Ratri, Ibu Rayana, terlihat berusaha membela anak gadisnya.

“Eh Ratri, jodoh kalau gak dicari, ya gak bakalan ketemu. Anakmu itu sudah mukanya pas-pasan, kerja juga serabutan, ya pastilah gak ada yang mau. Makanya harus usaha, lihat dong Gendis,” Citra menunjuk salah satu cucunya. “Dia kerja kantoran, dapat suami juga kerja kantoran. Punya jabatan lagi. Celine juga, dapat calon suami seorang Direktur. Lihat anakmu, tahunya cuma ngejahit sama desain baju saja di butik. Mending kalau ada hasilnya, tapi ini mana?” Wanita tua itu mendengus dan tanpa ampun melanjutkan, “Makanya kamu harus cariin dia suami, biar ada yang beliin dia rumah, biar gak numpang terus sama orang lain!”

“Lagian ya, Ratri. Tiga puluh tahun itu bukan usia muda lagi, terhitung perawan tua! Di mata pria, Rayana itu sudah sama saja dengan gak laku. Harusnya malu!?”

“Astaga, Ibu ….” Kalimat Citra membuat mata Ratri berkaca-kaca. Mendengar putrinya dimaki seperti itu, ibu mana yang rela!?

Di sisi lain, Rayana hanya bisa diam. Sudah sering dia mendapatkan perkataan pedas dari neneknya tersebut, tapi dia hanya bisa bersabar. Lagi pula, pun dirinya memang ingin keluar dari rumah untuk tinggal di luar, tapi sang ibu tidak mengizinkannya tinggal seorang diri.

Seorang perempuan perawan yang belum menikah tinggal sebatang kara, tak baik dan bahaya katanya.

BRAK!

Suara meja digebrak keras mengagetkan semua orang yang langsung menatap ke arah Citra. Wajah wanita tua itu tampak marah.

“Pokoknya, Ibu nggak mau tahu! Rayana harus segera menikah. Dia itu sudah jadi gunjingan orang, buat malu keluarga saja. Atau lebih baik dia keluar dari rumah ini agar tidak jadi benalu!” usai berkata seperti itu, Citra berlalu dengan muka garang, sedangkan Ratri meminta maaf kepada semua orang sebelum kemudian mengejar mertuanya itu.

Di tempatnya, Rayana menyandarkan kepala ke tembok. Dia menghela napas lelah selagi bersabar.

Kejadian seperti ini sudah sering terjadi, dan semua karena dirinya adalah anak yang dibawa dari pernikahan pertama sang ibu.

‘Benalu’ kata neneknya?

Padahal, walau harus menjalankan usaha butiknya, tiap pagi dan setelah pulang kerja, Rayana selalu membantu mengerjakan urusan rumah tangga keluarga ini.

Menyapu, mengepel, memasak–seperti sekarang, bahkan membayar sebagian keperluan bulanan pun ikut dia lakukan.

Akan tetapi, orang luar tetaplah orang luar, dan sampai kapan pun itu tidak akan berubah.

Bertahun-tahun bertahan demi sang ibu, hari ini Rayana sudah membulatkan keputusan.

Dia harus pergi dari rumah ini.

**

“Tapi bagaimana caranya …?” gumam Rayana selagi menghela napas berat selagi menopang sisi wajahnya.

Sekarang, Rayana sudah berada di butiknya.

Usai mendengar perdebatan sang nenek tiri dan ibunya, Rayana masuk ke ruang makan dan berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Kemudian, dia beralasan tidak lapar dan gegas pamit untuk pergi ke butik karena ada urusan mendadak.

Oleh karena itu, di sinilah dia sekarang, di butiknya, satu-satunya tempat di mana dia bisa bergerak leluasa dan santai.

“Kenapa kamu lesu begitu? Ada masalah lagi dengan keluargamu?”

Pertanyaan yang mendadak membuat Rayana menoleh, mendapati Kiran, sahabat sekaligus rekan kerja satu-satunya yang dia miliki di butik kecilnya itu, tengah menatapnya khawatir.

Senyuman tipis terlukis di bibir Rayana, berusaha terlihat kuat. “Biasalah …,” ucapnya sebelum kemudian menegapkan tubuh dan beralih kepada sketsa desain baju terbaru di atas mejanya. “Lagi-lagi Nenek Citra mengungkit soal usia, pernikahan, dan juga bagaimana aku harus berhenti menumpang di rumah,” tambahnya.

Mendengar hal itu, Kiran memasang wajah kesal, “Apa nenek tua itu tidak lelah mencampuri urusan orang lain?! Daripada mengurusi dirimu yang belum menikah, kenapa gak ngurusi saja pernikahan cucu pertamanya yang masih belum punya anak itu!” geramnya, merujuk pada Gendis, kakak tiri Rayana yang sudah empat tahun silam menikah dan belum dikaruniai anak.

“Kiran …” tegur Rayana dengan wajah serius. “Jangan bicara sembarangan.”

Sadar ucapannya keterlaluan, Kiran menundukkan kepala. “Maaf … aku terbawa emosi,” ucapnya. “Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Ibumu ‘kan tidak memberikan izin kamu tinggal sendiri di luar kalau belum menikah?”

Ketika mendengar Kiran mengajukan pertanyaan serius itu, Rayana pun kembali menghela napas dan menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya.

Sembari memijit kepalanya, dia menggerutu, “Bagaimana mau menikah kalau pacar saja tidak punya? Kenalan pria pun juga hanya ada Erlangga, dan kamu tahu jelas aku dan Erlangga sama sekali tidak cocok.”

Mendengar ucapan Rayana, Kiran menggigit bibir. Erlangga adalah sahabat Kiran, juga sahabatnya. Namun, Kiran tahu Erlangga memiliki perasaan kepada Rayana. Sayang, Rayana tidak bisa memandang Erlangga lebih dari itu.

“Kalau tidak dicoba … mana kamu tahu …” gumamnya, membuat Rayana melirik Kiran curiga.

“Apa maksud–”

Kerincing bel yang berbunyi saat pintu butik terbuka menghentikan ucapan Rayana seketika. Dirinya dan Kiran mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, lalu mendapati kehadiran seseorang.

Tampak seorang pria bertubuh tinggi tegap dalam balutan kaos putih dan jins biru dongker sederhana tengah mendorong pintu butik terbuka.

Saat sepasang manik hitam gelapnya bertemu dengan mata Rayana, pria beralis tajam dengan hidung tinggi dan rahang tegas itu melangkah masuk untuk menghampiri kedua wanita dalam ruangan.

“Pagi, benar ini butik Raya Boutique?” tanya pria tersebut dengan suara dalam yang menggelitik telinga.

Kiran, yang biasa menyambut tamu di butik tersebut, malah terbengong. Kentara jelas wanita muda itu tergiur saat melihat betapa tampannya pria di hadapan.

Alhasil, Rayana menyikut sahabatnya itu keras untuk menyadarkan sebelum akhirnya menggantikan Kiran untuk berkata, “Pagi. Ya, benar. Ini Raya Boutique. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?” Sebuah senyuman manis dan sopan terlukis di bibir Rayana, menutupi semua kegundahan yang sempat singgah sebelumnya.

“Saya mencari Rayana Adelia Mahendra.”

Seketika, wajah Rayana berubah sedikit kaku. Senyumannya agak pudar.

Rayana Adelia Mahendra, itu memang nama lengkapnya. Akan tetapi, nama “Mahendra” yang tersemat di sana tak banyak diketahui orang semenjak sang ibu menikah lagi dengan ayah tirinya.

Itu berarti, orang ini mengenal ayah kandungnya.

“Kiran, kuingat teras depan masih belum dirapikan. Bisa bantu aku merapikan dulu? Biar enak kalau ada tamu,” ucap Rayana kepada sang sahabat.

Pria asing ini tidak terlihat seperti tamu butiknya, lebih seperti orang yang ingin menagih hutang lama. Demikian, Rayana tak ingin Kiran terlibat dengan apa pun yang akan diperbincangkan.

Menyadari ruang privasi diperlukan, Kiran pun berkata, “O-oh, oke.”

Usai kepergian Kiran, Rayana mempersilakan pria asing itu duduk di seberangnya. “Saya Rayana,” jawab Rayana jujur seraya mengulurkan tangan dan menatap lurus pria di depannya itu. “Anda …?”

“Saya Zain Mahardika, kamu bisa memanggil saya Zain,” jawab pria itu singkat sambil menyambut uluran tangan Rayana. Lelaki bernama Zain itu kemudian meraih sesuatu dari kantong celananya. Dia meletakkan sebuah foto lama yang kusam di atas meja Rayana. “Aku kemari atas permintaan ayahku, sahabat mendiang ayahmu.”

Kening Rayana berkerut curiga.

Permintaan apa yang mungkin dititipkan sahabat seorang pria yang sudah meninggal puluhan tahun lalu? Uang? Harta?

Perasaan Rayana tidak enak. Mungkinkah ayahnya berhutang banyak kepada ayah Zain?

“Permintaan apa kalau aku boleh tahu?”

Zain dengan tenang menjawab, “Menikahimu.”

Bab terkait

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 2. Pekerjaanmu?

    “Apa? Menikahiku?” tanya Rayana dengan mulut sedikit ternganga, terkejut dengan perkataan pemuda di depannya.“Ayahmu dan ayahku dulu bersahabat. Ini buktinya.” Zain menunjuk pada foto yang tadi ia keluarkan. Rayana mengamati sebentar foto yang disodorkan Zain. Memang benar, itu adalah foto ayahnya. Berarti lelaki di hadapan ini sedang tidak berbohong.Pandangan Rayana beralih kepada Zain, saat ini banyak sekali pertanyaan berputar di kepalanya. Bagaimana bisa kebetulan begini? Saat Rayana membutuhkan sebuah pernikahan sebagai jalan keluar dari rumah ayah tirinya, ada seorang pria yang datang menawarkan pernikahan akibat janji lama?Apakah ini cara Tuhan memberi jalan untuk permasalahannya? Namun, walau begitu, Rayana masih bimbang. Bagaimana pun menikah bukanlah hal yang bisa dijadikan permainan. Bagaimana bisa menikah kalau tidak saling cinta? Jangankan cinta, bertemu pun baru kali ini.“Bagaimana, Rayana?” Zain bertanya saat dilihanya Rayana hanya diam memandangnya.Rayana agak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 3. Direndahkan Dan Dibela

    “Aku adalah–”“Alaaah, sudahlah! Tidak perlu dijawab! Kalau kamu jawab, nanti malah aku yang ditegur lagi!” potong Citra dengan kesal. “Lagi pula, kamu bisa kerja apa sih? Paling cuma pegawai rendahan, atau tukang bengkel. Lihat saja pakaiannya nggak etis untuk datang melamar,” tuding wanita tua itu dengan keji.Rayana bisa melihat Zain mengerjapkan matanya, agak terkejut. Pria itu menatap pakaiannya, tampak mempertanyakan apa yang bermasalah dari penampilannya?Rayana sendiri juga hanya bisa menggigit bibirnya. Walau Zain memang terlihat sedikit santai, tapi dia berpakaian rapi! Kenapa sang nenek harus menghina pria tersebut seperti itu?“Lihat anakmu itu Ratri, bahkan memilih suami pun nggak becus. Mau dikasih makan apa kalau hanya seorang pegawai biasa?!” tanya Citra. “Lihat dong Celine! Tunangannya punya jabatan Direktur di perusahaan. Direktur loh, Ratri! Gajinya besar, bisa beli rumah, mobil, dan perhiasan mahal. Kalau pegawai? Hahaha bisa beli apa?!”Rayana mulai tidak nyaman l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 4. Menarik

    “Pfft!” Rayana tak elak tertawa tertahan mendengar ucapan Zain.Hal itu membuat Celine mendelik. “Kamu–!” Wanita itu tampak kehabisan kata-kata.Sungguh, Rayana tidak menyangka Zain adalah pria yang pintar bersilat lidah, terutama melihat ekspresinya yang selalu datar dan tenang itu.Tujuan Zain sangat jelas adalah untuk menjebak Celine. Kalau adik tiri Rayana itu menyanggah ucapan Zain dan mengatakan dia tidak hamil, maka dia mengakui kalau dirinya cenderung buncit. Di sisi lain, kalau tidak menyanggah, berarti Celine membenarkan ucapan Zain bahwa dirinya hamil!Dua-duanya sama-sama memalukan!“Hmph!” Celine pun berdiri dari sofa. “Berbicara dengan kalian seperti berbicara dengan orang tidak berpendidikan! Lihat saja nanti kamu, Mbak. Kamu pasti akan menyesal menikah dengan pria seperti ini!” Lalu, dia pun meninggalkan ruang tamu.“Celine!” Citra yang menyadari Celine kesal, langsung ikut beranjak dari sofa. Dia mendelik ke arah Zain dan Rayana. ‘Awas saja kalian!’ batinnya, sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 5. Menikah

    Setelah pembicaraan dengan Zain, Rayana langsung kembali ke butik untuk bekerja. Dia hanya kembali ke rumah ketika malam tiba.Saat dirinya sudah selesai membereskan ruang makan dan masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, mendadak Ratri ikut masuk dan menutup pintunya.“Ibu?” panggil Rayana bingung dan sedikit kaget. “Ada apa, Bu?” tanyanya, merasa sang ibu tampak ingin berbicara berdua dengannya.“Rayana, katakan kepada Ibu dengan jujur. Kamu ingin menikah karena memang cinta kepada Zain … atau terpaksa karena sindiran Celine dan Nenek Citra?”Pertanyaan sang ibunda membuat Rayana sempat kaget. Memang insting seorang ibu begitu kuat, bahkan hal seperti ini saja bisa dia ketahui.Namun, dengan cepat wanita itu membalas tenang, “Ibu kenapa berpikiran begitu?”Ratri terdiam, menatap netra sang putri lurus sebelum menjawab, “Bertahun-tahun Ibu membesarkan kamu, Ibu tahu sifatmu. Pun semenjak menikah dengan Ayah Burhan, Ibu kurang memerhatikan pergaulanmu, tapi Ibu yakin kalau kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 6. Pegawai Biasa, Apartemen Mewah?

    Sekarang, Rayana tengah berdiri tepat di depan gedung apartemen yang begitu mewah. Dia tertegun melihat betapa megah dan menakjubkan area tempat ini, termasuk fasilitas-fasilitas yang disediakan.“Mari Nyonya, kita akan ke lantai 18,” kata Pak Yono sambil membawa koper-koper miliknya.Walau bertanya-tanya bagaimana seorang pegawai biasa bisa membeli apartemen di tempat mewah seperti ini, tapi Rayana hanya diam dan mengikuti Pak Yono di belakang. Agaknya bertanya tentang latar belakang Zain kepada orang lain bukanlah hal yang pantas.Tiba di lantai 18, Rayana kembali dibuat terkejut dengan interior ruangan yang menurutnya bukan sekadar mewah, tapi elegan dan eksklusif. Bukan bermaksud membandingkan, tapi … bahkan rumah ayah tirinya yang cukup berada sangat jauh dengan apartemen ini.“Nyonya, ada dua kamar di lantai ini, silahkan mau pakai yang mana. Sesuai pesan Tuan Zain, kamar atas tidak bisa diganggu,” ucap Pak Yono dengan sopan.Rayana mengangguk. Dia sudah dengar kalau Zain adala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 7. Melawan Nenek Citra

    Di Tiffancy Apparel, terlihat sosok Celine dan Citra yang sedang menatap tas pesanan Rayana.“Pokoknya kamu harus beli tas itu, Celine. Jangan mau kalah sama Rayana. Jangan sampai dia terlihat cantik dengan tas ini, huh tidak pantas sama sekali. Kamu yang lebih pantas!”Kalimat Citra membuat Celine tidak nyaman. “Tapi, Nek. Tas itu mahal. Mana mampu aku membelinya? Dua puluh juta loh!”“Alaaah kan bisa minta si Arya tunangan kamu itu.”“Nek, aku dan Arya baru bertunangan, belum menikah! Mana berani aku?!”Saat ini, Celine dan Citra sedang berbelanja di pusat perbelanjaan ternama kota. Citra yang tadi beralasan tidak enak badan tampak sehat, terbukti berbohong dan hanya malas melihat Rayana menikah.Di tengah berjalan-jalan, Celine tampak tertarik dengan salah satu tas yang ada di konter khusus toko dan langsung menanyakan apakah dia bisa membelinya. Siapa yang menyangka tas itu khusus dibuat atas pesanan seseorang, dan ketika dipastikan siapa pemesannya, itu ternyata adalah Rayana!Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 8. Aku Suamimu

    Citra yang sudah kembali berdiri, mendelik ke arah Zain. Dia ingat terakhir kali bertemu pria tersebut, Zain terlihat sangat biasa. Akan tetapi, hari ini bertemu lagi, kenapa pria itu mengeluarkan aura berkuasa yang begitu pekat?! Arya, tunangan Celine yang direktur saja, kalah jauh darinya!Karena tidak ada yang menjawabnya, Zain pun beralih pada Miss Eka, yang terlihat jelas adalah penanggung jawab di tempat tersebut. “Kamu, jelaskan.”Miss Eka yang terintimidasi pandangan Zain langsung bergidik ketakutan. “Itu … Tuan, tadi–”“Jangan berlagak seperti bos besar kamu, Zain!” potong Citra sebelum Miss Eka sempat menjawab, membuat semua orang terkejut menatap ke arah wanita tua tersebut. “Istrimu itu yang cari gara-gara! Sudah tahu suaminya hanya pegawai rendahan, pakai mau beli tas dengan harga mahal. Banyak gaya sekali!”Zain memicingkan mata. Dia melirik Rayana sekilas, tampak wanita itu menggelengkan kepala singkat. Pria itu pun mengalihkan pandangan pada Miss Eka. “Benar begitu?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 8. Aku Suamimu

    Citra yang sudah kembali berdiri, mendelik ke arah Zain. Dia ingat terakhir kali bertemu pria tersebut, Zain terlihat sangat biasa. Akan tetapi, hari ini bertemu lagi, kenapa pria itu mengeluarkan aura berkuasa yang begitu pekat?! Arya, tunangan Celine yang direktur saja, kalah jauh darinya!Karena tidak ada yang menjawabnya, Zain pun beralih pada Miss Eka, yang terlihat jelas adalah penanggung jawab di tempat tersebut. “Kamu, jelaskan.”Miss Eka yang terintimidasi pandangan Zain langsung bergidik ketakutan. “Itu … Tuan, tadi–”“Jangan berlagak seperti bos besar kamu, Zain!” potong Citra sebelum Miss Eka sempat menjawab, membuat semua orang terkejut menatap ke arah wanita tua tersebut. “Istrimu itu yang cari gara-gara! Sudah tahu suaminya hanya pegawai rendahan, pakai mau beli tas dengan harga mahal. Banyak gaya sekali!”Zain memicingkan mata. Dia melirik Rayana sekilas, tampak wanita itu menggelengkan kepala singkat. Pria itu pun mengalihkan pandangan pada Miss Eka. “Benar begitu?”

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 7. Melawan Nenek Citra

    Di Tiffancy Apparel, terlihat sosok Celine dan Citra yang sedang menatap tas pesanan Rayana.“Pokoknya kamu harus beli tas itu, Celine. Jangan mau kalah sama Rayana. Jangan sampai dia terlihat cantik dengan tas ini, huh tidak pantas sama sekali. Kamu yang lebih pantas!”Kalimat Citra membuat Celine tidak nyaman. “Tapi, Nek. Tas itu mahal. Mana mampu aku membelinya? Dua puluh juta loh!”“Alaaah kan bisa minta si Arya tunangan kamu itu.”“Nek, aku dan Arya baru bertunangan, belum menikah! Mana berani aku?!”Saat ini, Celine dan Citra sedang berbelanja di pusat perbelanjaan ternama kota. Citra yang tadi beralasan tidak enak badan tampak sehat, terbukti berbohong dan hanya malas melihat Rayana menikah.Di tengah berjalan-jalan, Celine tampak tertarik dengan salah satu tas yang ada di konter khusus toko dan langsung menanyakan apakah dia bisa membelinya. Siapa yang menyangka tas itu khusus dibuat atas pesanan seseorang, dan ketika dipastikan siapa pemesannya, itu ternyata adalah Rayana!Me

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 6. Pegawai Biasa, Apartemen Mewah?

    Sekarang, Rayana tengah berdiri tepat di depan gedung apartemen yang begitu mewah. Dia tertegun melihat betapa megah dan menakjubkan area tempat ini, termasuk fasilitas-fasilitas yang disediakan.“Mari Nyonya, kita akan ke lantai 18,” kata Pak Yono sambil membawa koper-koper miliknya.Walau bertanya-tanya bagaimana seorang pegawai biasa bisa membeli apartemen di tempat mewah seperti ini, tapi Rayana hanya diam dan mengikuti Pak Yono di belakang. Agaknya bertanya tentang latar belakang Zain kepada orang lain bukanlah hal yang pantas.Tiba di lantai 18, Rayana kembali dibuat terkejut dengan interior ruangan yang menurutnya bukan sekadar mewah, tapi elegan dan eksklusif. Bukan bermaksud membandingkan, tapi … bahkan rumah ayah tirinya yang cukup berada sangat jauh dengan apartemen ini.“Nyonya, ada dua kamar di lantai ini, silahkan mau pakai yang mana. Sesuai pesan Tuan Zain, kamar atas tidak bisa diganggu,” ucap Pak Yono dengan sopan.Rayana mengangguk. Dia sudah dengar kalau Zain adala

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 5. Menikah

    Setelah pembicaraan dengan Zain, Rayana langsung kembali ke butik untuk bekerja. Dia hanya kembali ke rumah ketika malam tiba.Saat dirinya sudah selesai membereskan ruang makan dan masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, mendadak Ratri ikut masuk dan menutup pintunya.“Ibu?” panggil Rayana bingung dan sedikit kaget. “Ada apa, Bu?” tanyanya, merasa sang ibu tampak ingin berbicara berdua dengannya.“Rayana, katakan kepada Ibu dengan jujur. Kamu ingin menikah karena memang cinta kepada Zain … atau terpaksa karena sindiran Celine dan Nenek Citra?”Pertanyaan sang ibunda membuat Rayana sempat kaget. Memang insting seorang ibu begitu kuat, bahkan hal seperti ini saja bisa dia ketahui.Namun, dengan cepat wanita itu membalas tenang, “Ibu kenapa berpikiran begitu?”Ratri terdiam, menatap netra sang putri lurus sebelum menjawab, “Bertahun-tahun Ibu membesarkan kamu, Ibu tahu sifatmu. Pun semenjak menikah dengan Ayah Burhan, Ibu kurang memerhatikan pergaulanmu, tapi Ibu yakin kalau kamu tidak

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 4. Menarik

    “Pfft!” Rayana tak elak tertawa tertahan mendengar ucapan Zain.Hal itu membuat Celine mendelik. “Kamu–!” Wanita itu tampak kehabisan kata-kata.Sungguh, Rayana tidak menyangka Zain adalah pria yang pintar bersilat lidah, terutama melihat ekspresinya yang selalu datar dan tenang itu.Tujuan Zain sangat jelas adalah untuk menjebak Celine. Kalau adik tiri Rayana itu menyanggah ucapan Zain dan mengatakan dia tidak hamil, maka dia mengakui kalau dirinya cenderung buncit. Di sisi lain, kalau tidak menyanggah, berarti Celine membenarkan ucapan Zain bahwa dirinya hamil!Dua-duanya sama-sama memalukan!“Hmph!” Celine pun berdiri dari sofa. “Berbicara dengan kalian seperti berbicara dengan orang tidak berpendidikan! Lihat saja nanti kamu, Mbak. Kamu pasti akan menyesal menikah dengan pria seperti ini!” Lalu, dia pun meninggalkan ruang tamu.“Celine!” Citra yang menyadari Celine kesal, langsung ikut beranjak dari sofa. Dia mendelik ke arah Zain dan Rayana. ‘Awas saja kalian!’ batinnya, sebelum

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 3. Direndahkan Dan Dibela

    “Aku adalah–”“Alaaah, sudahlah! Tidak perlu dijawab! Kalau kamu jawab, nanti malah aku yang ditegur lagi!” potong Citra dengan kesal. “Lagi pula, kamu bisa kerja apa sih? Paling cuma pegawai rendahan, atau tukang bengkel. Lihat saja pakaiannya nggak etis untuk datang melamar,” tuding wanita tua itu dengan keji.Rayana bisa melihat Zain mengerjapkan matanya, agak terkejut. Pria itu menatap pakaiannya, tampak mempertanyakan apa yang bermasalah dari penampilannya?Rayana sendiri juga hanya bisa menggigit bibirnya. Walau Zain memang terlihat sedikit santai, tapi dia berpakaian rapi! Kenapa sang nenek harus menghina pria tersebut seperti itu?“Lihat anakmu itu Ratri, bahkan memilih suami pun nggak becus. Mau dikasih makan apa kalau hanya seorang pegawai biasa?!” tanya Citra. “Lihat dong Celine! Tunangannya punya jabatan Direktur di perusahaan. Direktur loh, Ratri! Gajinya besar, bisa beli rumah, mobil, dan perhiasan mahal. Kalau pegawai? Hahaha bisa beli apa?!”Rayana mulai tidak nyaman l

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 2. Pekerjaanmu?

    “Apa? Menikahiku?” tanya Rayana dengan mulut sedikit ternganga, terkejut dengan perkataan pemuda di depannya.“Ayahmu dan ayahku dulu bersahabat. Ini buktinya.” Zain menunjuk pada foto yang tadi ia keluarkan. Rayana mengamati sebentar foto yang disodorkan Zain. Memang benar, itu adalah foto ayahnya. Berarti lelaki di hadapan ini sedang tidak berbohong.Pandangan Rayana beralih kepada Zain, saat ini banyak sekali pertanyaan berputar di kepalanya. Bagaimana bisa kebetulan begini? Saat Rayana membutuhkan sebuah pernikahan sebagai jalan keluar dari rumah ayah tirinya, ada seorang pria yang datang menawarkan pernikahan akibat janji lama?Apakah ini cara Tuhan memberi jalan untuk permasalahannya? Namun, walau begitu, Rayana masih bimbang. Bagaimana pun menikah bukanlah hal yang bisa dijadikan permainan. Bagaimana bisa menikah kalau tidak saling cinta? Jangankan cinta, bertemu pun baru kali ini.“Bagaimana, Rayana?” Zain bertanya saat dilihanya Rayana hanya diam memandangnya.Rayana agak

  • Ternyata Suami Dadakanku CEO   Bab 1. Utang? Bukan. Lamaran

    “Jadi, kapan Rayana akan menikah? Masa udah 30 tahun mau numpang di rumah ini terus?” Suara itu terdengar nyaring dari ruang makan, membuat Rayana yang hendak keluar dari dapur usai memasak sejumlah hidangan pun langsung menghentikan langkah. Hari itu adalah hari keluarga besar kediaman berkumpul untuk makan siang bersama dan membahas pertunangan adik tiri Rayana, Celline. Di ruang makan, selain ayah tiri, nenek dari pihak sang ayah tiri, juga dua saudara tirinya, terlihat ibu kandung Rayana, Ratri, tengah menyajikan hidangan yang Rayana masak untuk keluarga dari pernikahan keduanya itu. Awalnya, semua tampak baik-baik saja. Akan tetapi, entah apa yang terjadi di tengah percakapan, tapi mendadak dirinya menjadi topik utama pembicaraan sang nenek, Citra. “Bukan niat Rayana mau terus menumpang, Bu. Hanya saja belum bertemu jodohnya. Tidak bisa dipaksakan.” Ratri, Ibu Rayana, terlihat berusaha membela anak gadisnya. “Eh Ratri, jodoh kalau gak dicari, ya gak bakalan ketemu. Anakmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status