Nick mengerti arti panggilan tuannya, dia maju satu langkah mendekat pada Felix. ‘’Iya tuan.’’ sahut Nick, Felix menoleh ke samping dimana Nick berada.‘’ Tunjukan video yang kita dapat tadi.’’ titah Felix, membuat Vanya dan Alex memucat seketika.‘Vidio? Video apa maksudnya? Apa mungkin rekaman cctv? Tapi sepertinya tidak mungkin, karena rekaman malam itu sudah aku musnahkan.’ batin Vanya dengan penuh keyakinan.‘’Baik tuan.’’ Nick merogoh ponselnya dari saku celana, mengutak atik sebentar lalu menyerahkannya pada Felix.Felix tersenyum penuh kemenangan, untung saja pertemuan dengan anak buah Nick dipercepat. Mereka bertemu tadi ketika Felix pulang dari hotel, dan ternyata ini ada gunanya juga.Felix menekan tombol play, seketika rekaman cctv diputar dengan ponsel diarahkan pada ketiga orang di hadapannya.Mata Vanya membulat tidak percaya dengan apa yang sedang dia lihat.Bagaimana mungkin bukti itu sampai pada tangan Felix? Bukankah semalam pelayan itu sudah memusnahkannya?Ah
Setelah mendengar cerita dan penjelasan Felix kenapa dia diam tidak menceritakan masalah tersebut padanya, membuat Naya sedikit melunak. Kini hanya isak tangis darinya yang terdengar.Felix bangun lalu duduk di samping Naya, merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. “Kau harus percaya pada ku Naya. Dulu maupun sekarang ataupun nanti, aku selalu mencintaimu.” ucap Felix.Tidak ada sahutan apapun dari Naya, namun Felix yakin jika istrinya itu percaya dengannya. Hingga beberapa saat lamanya keduanya dalam posisi itu, sampai Naya benar-benar tenang.Setelah dirasa cukup tenang Naya mengurai pelukannya. Lalu bergerak bangun, hal itu membuat Felix siaga dan langsung memegang tangan Naya.“Mau kemana Nay?” tanyanya penuh kewaspadaan.“Ke kamar mandi.” sahut Naya datar. Masih ada rasa kecewa dalam diri Naya, walau sebenarnya dia percaya percaya dengan ucapan suaminya itu.Felix mengangguk, lalu melepaskan tangannya. Membiarkan wanitanya itu berlalu masuk kedalam kamar mandi.Setelah memas
Semakin hari permasalahan yang ada semakin pelik, Glendale semakin menunjukan rasa tidak sukanya pada Naya. Bahkan saking bencinya Glendale pada wanita itu, dia melakukan berbagai cara untuk menjauhkan Naya dari Felix. Pernah suatu hari Glendale hampir mencelakai cucu menantunya itu.“Permisi non, ini ada paket.” panggil bibi di depan pintu kamar majikannya itu. Sebelumnya bibi sudah mengetuk pintu terlebih dulu.Ceklek!Tidak lama pintu terbuka, munculah Naya dari dalam dengan hanya menggunakan jubah mandi.“Paket dari siapa bi?” Naya bertanya dengan heran, karena dia tidak merasa memesan makanan secara online.“Kata nya paket dari tuan nona.” sahut bibi, sesuai apa yang dikatakan kurir tadi.Naya mengernyit heran tidak biasanya Felix pesan makanan tanpa konfirmasi dulu dengannya. Tapi ya sudahlah, biar Naya tanya saja nanti.“Oh, baiklah bi. Terimakasih.” timpal Naya, meraih paperbag yang di sodorkan bibi.“Kalau begitu saya pamit ke bawah non.” pamitnya, yang langsung di angguki
“Bagaimana keadaan Naya sekarang?” tanya Felix yang baru saja tiba. “Nona sedang ditangani dokter tuan.” sahut bibi.“Bagaimana bisa ini terjadi?!” bentaknya marah.Felix lalu menoleh menatap tajam penjaga.“Bodoh! Apa saja yang kau lakukan. Hah! Bagaimana bisa kau ceroboh!” teriaknya marah.“Sabar tuan, ini di rumah sakit. Jangan sampai kita ditegur karena membuat keributan.” tegur Nick.“Bagaimana aku bisa sabar. Hah!” “Nyawa istriku sedang dalam bahaya!”“Menjaga satu orang saja tidak becus!” Bibi dan penjaga hanya menundukan wajah takut.“Maafkan atas kecerobohan saya tuan.” icap si penjaga dengan terus menunduk takut, tidak berani menatap Felix sama sekali.“Apa katamu! Maaf!” Felix menarik kerah penjaga.“Apa kau bisa menjamin nyawa istriku dengan maafmu!” seru Felix.“Keluarga pasien atas nama Naya.” suara suster yang baru saja muncul dari dalam.Bruk! Felix melepaskan cengkraman tangan dengan kuat, sehingga membuat penjaga terhuyung ke belakang menabrak kursi.“Saya suam
Felix yang terkejut membuat tubuhnya limbung seketika, hampir saja dia ambruk jika tidak ditahan oleh Nick.Felix tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Naya, jika telat mendapatkan penangan dokter.Nick membawa Felix untuk duduk di sofa, kemudian mengambil botol air mineral yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.“Minum dulu tuan.” titah Nick menyodorkan botol yang telah dia buka tutupnya terlebih dahulu.Dengan tangan yang masih bergetar, Felix menerima botol air tersebut kemudian menenggaknya hingga tandas.“Apa hasil lab ini tidak tertukar dok?” tanya Nick memastikan.Dokter menggeleng yakin.”Tidak tuan, itu benar hasil lab dari sampel makanan yang anda bawa.” “Untung saja nona dibawa tepat waktu, telat sedikit saja. Kami tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkannya.” jelasnya.“Apa ada efek samping yang akan terjadi dengan nona Naya?”“Saat ini kondisi nona Naya masih dalam pemantauan kami tim dokter. Namun saya tidak bisa memastikan sekarang. Kita bisa tahu ji
“Tempat apa ini?”Naya berdiri di sebuah lapang yang entah dimana, Naya berlari kesana kemari namun tak kunjung menemukan ujung dari tempat ini.Naya mulai ketakutan, dia menangis memanggil semua orang.“Felix!!”“Ayah!”“Ibu!”“Kalian dimana?” jerit Naya.Namun semua percuma, di tempat ini…Naya tidak melihat siapapun selain dirinya disana.Naya terus berlari, berharap dia bertemu seseorang yang bisa menolongnya keluar dari tempat ini.Lama Naya berlari tapi tak kunjung menemukan akhir, Naya menajamkan pendengarnya. Sayup-sayup Naya mendengar suara tangis ibu dan suami yang memanggil namanya.Semakin lama suara itu semakin jelas.“Felix!”“Ibu!” “Kalian dimana?”“Tolong aku!” Naya berteriak, berharap salah satu dari mereka mendengar suaranya.“Aaaaaaa…..!” Naya berteriak ketakutan, ketika melihat sebuah cahaya berbentuk bola yang menggelinding ke arahnya. Naya mencoba berlari namun kakinya terasa berat, tidak dapat bergerak sedikit pun.Bum!!Tubuh Naya terpental! “Dokter! Detak ja
Beberapa hari di rumah sakit kondisi Naya semakain membaik, hari ini dokter sudah mengizinkannya untuk pulang. Felix membereskan barang-barang di bantu oleh Melani.Sedangkan Naya perempuan itu hanya disuruh duduk menunggu suami dan ibunya selesai berkemas.‘’Bu, apa ayah tidak ingin bertemu denganku?’’‘’Apa ayah membenciku?’’Naya bertanya dengan pelan menatap Melani dengan sendu.Melani menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengemas pakaian, lalu mendongak menatap putrinya yang nampak bersedih. Bagaimana tidak!Dari Naya masuk ke rumah sakit sampai detik ini tidak sekalipun Edoardo datang menjenguk, padahal Melani sudah membujuknya namun tetap Edoardo tidak ingin datang ke rumah sakit. Edoardo beralasan kecewa dengan putrinya itu yang memilih presdir daripada kembali tinggal di rumahnya dan meninggalkan presdir Albert alias Felix.Entah Edoardo belum bisa menerima fakta yang ada atau justru ada hal lain?Hanya Edoardo yang tahu.‘’ Tidak seperti itu, ayah sedang berad
“Kau pulang cucu ku. Kemarilah!’’ Glendale menyambut baik dengan kedatangan Felix dengan baik. Dengan penuh hormat Felix mencium tangan pria yang sudah beranjak sepuh itu.‘’Duduklah.’’ titah Glendale.Felix pun menurut, lalu duduk di kursi sebelah Glendale.‘’Bagaimana kabar kakek?’’‘’ Seperti yang kau lihat.’’ sahut Glendale menunjuk dirinya sendiri.Sebenarnya Glendale tidak pernah membenci cucu satu-satunya itu, namun sifat keras kepala Felix yang menurun dari papa nya, membuat mereka berselisih pahan seperti saat ini. Sifat Glendale yang tegas dan tidak suka dibantah, di satukan dengan sifat keras Felix yang tidak suka diatur. Menjadikan mereka bagaikan air dan minyak yang sulit disatukan.‘’syukurlah. ‘’ Felix menarik nafas dalam, mempersiapkan kata-kata agar kakeknya mengerti dan tidak terjadi keributan seperti beberapa waktu lalu pertemuan mereka.‘’ Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?’’‘’Katakan saja, jangan takut.’’ ucap Glendale memecah keheningan diantara mereka.
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T