“Apa hakmu bertanya seperti itu padaku!” seru Edoardo tidak suka dengan pertanyaan Felix yang ditujukan untuknya.“Aku berhak tahu, karena anda adalah mertua dan tuan Glendale adalah kakek ku. Permasalahan yang terjadi di antara kalian berdua sedikit banyaknya aku mengerti.”“Dan aku pun berhak tahu tentang kebenaran mengenai kematian orang tuaku. Jika ayah bukanlah pelakunya, lantas kenapa harus takut menghadapi kakek?”“Bukankah kalian dulunya cukup dekat?” Felix bertanya dengan menatap wajah sang mertua. Namun Felix tidak menangkap ekspresi apapun selain wajah datar Edoardo. Dulu setiap kali dia bicara dengan pria itu, tidak sedikit pun Felix berani menatap wajahnya. Tapi sekarang….Edoardo mendecih, lalu menatap Felix yang juga sedang menatapnya. Kedua netra mereka bertemu Edoardo menatap menantunya itu dengan tatapan tidak suka.“Sudah berani kau ikut campur urusanku! Haha…iya…iya..aku lupa sekarang kau adalah presdir Albert palsu. Aduh, kenapa aku bisa melupakan itu.” Edoardo me
Mobil Nick berhenti di depan sebuah rumah makan yang tidak jauh dari tempat tadi.“Ayo turun.” titah Nick.Embun mengangguk, lalu melangkah turun setelah pintu terbuka. Gadis itu membawa serta karung dan tongkat besinya.Nick mendelik melihat itu.” Taruh!” titahnya.“Yang benar saja, masa kau mau membawa itu masuk. Yang ada malah di usir satpam.” cerocos Nick.Embun menggeleng.” Kalau hilang bagaimana?” Tanpa menjawab Nick mengambil karung serta tongkat besi secara paksa dari tangan Embun, lalu menyimpannya di dalam bagasi.“Selesai, aman bukan?” ucap Nick, melihat pada Embun yang sedang nyengir memamerkan deretan gigi-gigi putihnya.Sebagai orang yang hidup di jalanan Embun terbilang gadis yang cantik berkulit putih dengan rambut hitam legam. Walau saat ini dia hanya memakai baju yang cumpang camping dengan rambut diikat asal namun aura kecantikannya masih terlihat.“Ayo jalan, apa kau mau terus berdiri disini.” tegur Nick, sambil melangkahkan kaki.“Eh, tunggu tuan.” sahut Embun ya
“Kau sudah pulang Nick?” Felix menghampiri Nick yang baru saja masuk kedalam rumah.Kebetulan saat itu Felix juga baru saja tiba dari mengunjungi Edoardo.Nick mengangguk,“Iya tuan. Anda baru pulang?” Nick balik bertanya ketika melihat Felix yang berpakaian rapi.“Iya. Duduklah.” titah Felix, setelah dirinya menjatuhkan tubuh disofa.Kemudian Nick duduk di sofa yang berhadapan dengan Felix.Felix memicingkan mata kala melihat Nick berkali-kali menyugar rambutnya dengan kasar.“Apa ada masalah di kantor?” tanya Felix penasaran, tidak biasanya Nick terlihat resah seperti ini.Nick menggeleng,”Tidak tuan.”“Lalu apa yang sedang kau pikirkan.” tanya Felix lagi.“Aku hampir jadi korban tabrak lari, beruntung ada gadis yang menolongku.” jelas Nick, menceritakan apa yang baru saja di alaminya.“Ya ampun. Apa kau terluka?” tanya Naya yang baru saja datang lalu ikut duduk di samping Felix.“Tidak nona. Hanya lecet sedikit saja.” jawab Nick.“Syukurlah. Gadis yang menolongmu bagaimana? Apa di
Mobil yang dikendarai Nick tiba-tiba saja mengalami remblong, ketika melewati tikungangan tajam.“Tuan! Remnya blong!” pekik Nick dengan panik. Laju mobil sudah tidak dapat dikendalikan.“Astaga! Bagaimana bisa?” Felix tidak kalah paniknya!Bagaimana mungkin banyak kejadian yang membahayakan nyawa mereka dalam sekali waktu. Baru saja mereka melawan orang yang menghadangnya dan harus kehilangan ponsel yang tidak sengaja mereka tinggalkan di dalam mobil. Dan sekarang?Nick mencoba mengendalikan laju kendaraan agar tidak melaju dengan kencang, namun karena jalanan yang menurun membuat Nick kesulitan.“Tuan! Pakai seatbelt dan berpegangan yang kencang. Aku akan mencoba memberhentikan mobil ini.” Felix menganggukan kepala, mengikuti arahan dari Nick. ‘Tuhan seandainya takdirku sampai hari ini, tapi tolong selamatkan tuan Felix.’ batin Nick, dia sudah pasrah dengan keadaan. Yang Nick bisa lakukan saat ini adalah melakukan yang terbaik.Dari arah yang berlawanan Nick melihat sebuah truk
Pertolongan telah datang, satu mobil dan satu ambulans.Ya, anak buah Nick yang lain yang di hubungi Jo ternyata mereka tidak datang sendiri, melainkan membawa mobil ambulan atas inisiatif salah satu mereka.Setelah mobil berhenti mereka semua turun, dan segera menghampiri Jo dan kedua tuannya.“Tuan presdir, tuan Nick, Jo. Kalian ada yang terluka?” tanya salah satu dari mereka.“Maaf kami. kami datang membawa ambulan.”“Tidak masalah, cepat kalian bawa tuan presdir dan tuan Nick. Bawa segera mereka ke rumah sakit terdekat.” ucap Jo memberikan perintah.Sedangkan Nick pria itu sudah tahan kepalanya semakin pusing sampai untuk membuka mata saja rasanya berat. Felix, pria itu pun sama dengan Nick. Teman-tan Jo yang lain, membantu membawa Nick dan Felix masuk kedalam mobil ambulan dibantu oleh petugas medis.Setelah itu, mobil ambulan langsung Jo perintahkan untuk jalan dikawal oleh beberapa temannya di dalam.Sedangkan Jo, dan satu temannya. Tetap berada di tkp. Pria ingin mencari ta
Drett! Ponsel Alex kembali berbunyi dengan nama pemanggil yang sama yaitu Glendale. Alex tersenyum penuh kemenangan, benar dugaannya! Pria tua itu pasti akan kembali menelpon.“Alex Albert kecelakaan.” seru Glendale, ketika panggilan tersambung, Alex menjauhkan ponselnya dari telinga. Setelah tidak terdengar lagi suara dari seberang sana, barulah Alex kembali mendekatkan ponselnya ke telinga. “Kecelakaan? Dimana?” tanya Alex dengan suara di buat seolah-olah dirinya panik. “Di jalan X..”“Astaga! Aku turut berduka cita, tidak menyangka jika nasib Albert akan sama dengan Adrian. “ ucap Alex dengan sendu. “Sekarang kau dimana tuan. Aku akan kesana sekarang.”“Apa maksudmu? Aku tidak mengatakan jika Albert meninggal.” sahut Glendale heran. Alex diam pria itu seperti sedang mencari alasan atas ucapan yang telah keluar dari mulut pria itu sendiri. “Bukan seperti itu maksudku tuan, aku hanya turut bersedih atas musibah yang menimpa Albert.”“Em.. Bagaimana keadaannya saat in
“Sudah aku katakan kau pulanglah dulu! Besok baru kembali!” bentak Glendale.“Apa kau tuli!” hardiknya lagi.“Tidak! Aku tidak akan kemana-mana! Aku akan tetap disini!” kekeh Naya, menolak keras permintaan Glendale.“Heh kau!” Glendale menunjuk pengawal Felix yang sedari tadi berdiri menjaga sekaligus menemani Naya disana..“Iya tuan.” jawab nya dengan tegas.“Bawa wanita ini pulang! Sekarang!” titah Glendale.Naya menggeleng keras, memberi kode pada pengawal untuk tidak setuju dengan permintaan Glendale.Tapi sepertinya pengawal itu lebih takut pada Glendale yang merupakan tuan besarnya.“Baik tuan.” sahutnya, kemudian melangkah menghampiri Naya.“Mari nona, biar saya antar pulang.” ucap nya, sambil membantu Naya berdiri.“Aku tidak ingin pulang!” seru Naya, memberontak kala pengawal itu mengajaknya keluar.“Maafkan saya nona, saya tidak dapat menolak perintah dari tuan besar.” terlihat pengawal itu seperti merasa bersalah, namun disisi lain dia tidak bisa berbuat apapun selain mengik
Naya terduduk lemas di balik pintu dengan air mata yang tidak henti, teriakannya seolah tidak didengar tidak ada yang membukakan untuknya. Naya tidak habis pikir kenapa bisa sampai seperti ini?Bagaimana jika Felix mencarinya? Oh. Tuhan, Naya benar-benar frustasi saat ini. Entah sudah berapa lama Naya menangis, hingga Naya sampai tertidur. Di rumah sakit, Pagi ini Jo serta beberapa orang lainnya datang ke rumah sakit untuk berjaga bergantian dengan temannya yang lain. Tidak lupa Jo juga membawa kotak makan yang tadi Naya ingin bawa, walau bagaimanapun Jo merasa kasihan pada wanita yang menjadi nona mudanya itu, tapi apalah dayanya. Tidak ada yang bisa dilakukan.“Kalian berjagalah di sini. Aku akan masuk untuk memberikan ini.” ucap Jo mengangkat kotak makan yang ada di tangannya.Dua orang temannya mengangguk setuju, setelah itu baru lah Jo masuk kedalam ruang rawat VIP tempat dimana Felix dan Nick di rawat.Ceklek!Pintu terbuka, terlihat kedua pria yang sedang terbaring di ata
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T