Tidak sampai setengah jam Nick sudah tiba di lokasi, dia memarkirkan mobil tepat di samping mobil Felix.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick kemudian turun. Matanya menyisir area setempat mencari keberadan Felix.Dari keremangan cahaya, Nick dapat melihat Felix yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.Nick berjalan cepat menghampiri.“Tuan. Anda baik-baik saja?” tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran.“ Kau pikir aku kenapa? Hah!” seru Felix. Sambil menatap Nick tajam.Nick ikut duduk di samping Felix.“Saya takut tuan bunuh diri.” jawabnya jujur.“Brengsek! Kau pikir aku selemah itu!” Felix meninju bahu Nick.“Aw!” Nick terpekik, kemudian dia mengangkat kedua bahunya.“Ya. Siapa tahu kan tuan. Saya hanya khawatir jika terjadi sesuatu dengan anda tuan.” Nick bicara apa adanya, memang itu yang dia rasakan tadi.“Terimakasih. Sudah mengkhawatirkanku.” ujar Felix dengan lesu.Raut wajahnya berubah kusut kembali, membuat Nick mengerutkan keningnya heran.“ Kau kenapa
Vanya meletakan kotak makan siang ,di atas meja kerja Felix. Kemudian Vanya duduk di kursi yang berhadapan dengan Felix yang hanya dibatasi oleh meja. Vanya duduk dengan menyilangkan kaki, membuat rok mininya terangkat, sehingga menampilkan paha yang putih bersih.Vanya sengaja melakukan itu, untuk menggoda Felix. Namun kali ini Vanya melakukannya dengan mode slow, tidak seagresif waktu pertama mereka bertemu.Felix memalingkan wajah, ketika melihat pemandangan indah di depan matanya.“Kau tidak perlu repot-repot. Lagipula aku sudah makan, jadi daripada mubazir mending kamu bawa pulang atau memberikannya pada orang lain mungkin.” ucap Felix.Mendengar itu Vanya, sungguh sangat geram. Ingin sekali dia mengumpat, namun dia tahan. Saat ini dia dalam mode kalem, jadi harus terlihat tenang.“Ya. Sayang sekali ya, padahal aku sengaja masak ini buat kamu.” jawab Vanya sendu. Padahal dalam hatinya dia mengumpat.‘Dasar sombong! Masih saja jual mahal. Ck! Oke,kita lihat sampai kapan kamu be
“Em. Itu..” Edoardo tergagap. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nick padanya.“Apakah, nona Naya belum memberitahu anda?” tanya Nick kembali. Matanya terus saja menatap tajam Edoardo. Menperhatikan setiap gestur dan raut wajah yang Edoardo tampilkan.Melani sedikit menyenggol bagian tubuh Edoardo sebagai kode. ‘Astaga! Kenapa tidak bilang, iya saja!’ batin Melani geram.‘Jangan bodoh Edoardo! Jangan bodoh!’“Sudah tuan. Apa tidak ada syarat lain selain itu?” tanya Edoardo dengan bodohnya.Melani terdengar menghela nafas kasar.Nick terlihat geram, namun masih dengan pembawaan nya yang kalem.“Baiklah! Jika itu menjadi pilihan anda tuan Edoardo. Sesuai dengan perjanjian yang sudah ditandatangani putri anda. Kapan anda bisa membayar ganti ruginya?” tanya Nick dengan tatapan yang entah apa artinya.Tangannya meletakan surat perjanjian di atas meja.Edoardo dan Melani, membelalakan mata, saking terkejutnya dengan ucapan Nick.Dengan tangan gemetar, Edoardo meraih sura
“Tuan, kita lanjut ke kantor atau…”“Antara aku pulang saja!” jawab Felix, memotong ucapan Nick.Nick mengangguk patuh, lalu membelokan mobil menuju jalan yang mengarah ke rumah besar Edoardo.“Nick. Menurutmu, bagaimana kalau nanti Naya kembali, aku tinggal di rumah peninggalan papa.” tanya Felix, pandangan lurus ke depan, menatap jalanan.Nick menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada jalan.“ Menurutku, itu ide bagus tuan. Apalagi saat ini tuan besar menentang rencana anda bukan?” tanya Nick.Felix mengangguk, membenarkan ucapan Nick. “Kau benar.”“ Perintahkan orang, untuk membersihkan rumah itu. Aku mau, saat nanti Naya kembali, langsung membawanya kesana. Bukan apa! Aku hanya tidak ingin ada kesalahpahaman dengan kakek.” jelas Felix..“Baik tuan. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk membersihkannya. Anda tenang saja, semua pasti beres.” ucap Nick.“Aku percaya padamu!” ____Satu minngu telah berlalu.Kondisi Edoardo juga semakin membaik, bahkan saat ini Edoado tidak lagi me
“Em..empt..” ‘Tolong! Tolong!’Naya hanya mampu berteriak dalam hati, ketika mulutnya dibekap seseorang ketika Naya sedang berjalan kaki.“Maaf nona kami harus lakukan ini, kalau anda teriak bisa habis kami nanti!” ucap pria yang membekas Naya.Naya terus memberontak namun tenaganya kalah dengan dua pria yang membawanya paksa ini.Kedua pria yang berpakaian serba hitam itu mendorong paksa tubuh Naya agar masuk kedalam mobil.Setelah berhasil, mereka pun ikut masuk.“Cepat jalan!” titahnya pada rekan mereka yang duduk di depan kemudi.Dan sejurus kemudian, mobil sudah melaju kencang.Lalu bagaimana dengan Naya?Naya sudah pingsan, karena sapu tangan yang digunakan untuk membekap Naya, menggunakan obat bius.“Cepat hubungi tuan Nick! Kita sudah mendapatkan target.” ucap salah satu dari mereka.Pria yang berbadan sedikit kurus, mengangguk patuh.” Baik.” sahutnya. Kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana.Ternyata ketiga orang yang menculik Naya adalah orang suruhan Nick.Nick terpa
Naya melihat kejujuran di mata pelayan itu, akhirnya Naya bergerak pelan melangkah menuju sofa.Naya yang sudah lapar langsung mengambil makanan yang ada di meja, lalu memakannya dengan lahap.Perut yang sudah keroncongan sedari siang, membuatnya kalap. Dalam hitungan menit semua makanan di atas nampan sudah ludes dilalap Naya.Naya yang baru menyadari keberadaan pelayan di sampingnya, merasa malu. Naya menoleh menghadap pelayan itu.” Terima Kasih atas makananya. Maaf tadi jika tadi terlalu lapar.” ucap Naya sambil menunduka kepala.Pelayan itu tersenyum,lalu berjongkok di hadapan Naya.“Panggil saya Asih, Non.” ucapnya, memperkenalkan diri.“Nona bisa katakan pada saja, jika nona menginginkan sesuatu.” ucapnya lagi, namun tangannya aktif membereskan piring, menatanya kembali ke atas nampan.Naya menggeleng raut wajahnya kembali murung. “Bisakan bibi mengeluarkan saya dari sini. Saya ingin pulang.” ucap Naya dengan nada memeles. Berhadap wanita yang di hadapannya ini tersentuh.Wanit
Hari telah berganti pagi.Naya baru saja membuka mata, dia mengeliatkan badan. Lalu menoleh pada jam yang melingkar di dinding.Mata Naya membulat sempurna.”Astaga! Aku kesiangan.” ucap Naya.Naya bergegas bangun. Lalu turun dari ranjang dan langsung berlari ke kamar mandi. Dua puluh menit berselang, Naya sudah keluar dari kamar mandi, Naya melangkahkan kaki menuju lemari.“Loh. Kok!” Naya, diam mematung ketika di dalam lemari isinya bukan pakaian miliknya.“Astaga! Aku lupa. Ini kan bukan di rumah.” Naya menepuk keningnya sendiri.“Terus aku gimana? Masa pakai baju kemarin. Atau aku pinjam saja baju ini ya, tapi ini sepertinya baru.” Naya terus bermonolog sendiri dengan bingung.Terdengar pintu yang terbuka.Naya segera mengambil apapun yang ada di dekatnya, untuk menutupi tubuhnya yang hanya menggunakan berbalut handuk.Naya bernafas lega, ketika yang masuk adalah bi Asih pelayan wanita yang kemarin.“Selamat pagi nona.” sapanya.Naya hanya menganggukan kepala dan terus berdiri mema
BHari ini Felix menghabiskan waktunya dengan merenungi semua yang telah terjadi dalam hidupnya.Mulai dari kisah cintanya yang yang tidak mendapatkan restu, pertemuan dengan keluarga kandungnya dan sekarang ada lagi masalah yang muncul ketika dia merasa kebahagian yang selama ini di impiannya akan tercapai. Yaitu mempunyai keluarga yang lengkap.Felix ingin mengakhiri ini semua!Malam hari.Seperti biasa setiap jam makan bi Asih pasti masuk ke kamar Naya. Namun kali berbeda bi Asih masuk tidak dengan membawa makanan melainkan dengan menenteng sebuah paper bag dan dua orang wanita yang mengikutinya di belakang.Entah siapa lagi mereka?“Selamat malam non.” sapa Asih, ketika mereka baru saja masuk.Naya yang sedang duduk di atas ranjang segera beranjak turun.“Malam. Ini siapa?” tanya Naya. Dengan menunjuk dua wanita yang hanya berdiri sambil menundukan kepala penuh hormat.“Mereka orang salon yang akan merias nona.” jelas Asih.Naya menggeleng lalu, mundur lagi beberapa langkah.“Unt
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T