Felik menempelkan telunjuk di bibir, memberi tanda agar Nick jangan bersuara.Segera Felix menggeser tombol hijau.“Hallo kakek. Apa ada masalah?” tanya Felix begitu panggilan tersambung.Karena tidak biasanya memang, kakek menghubungi Felix.“Ah. Tidak-tidak. Kakek hanya ingin memastikan, apa kamu sudah sampai di kantor?”Felix mengerutkan kening mendengarkan pertanyaan kakek yang menurutnya aneh.“Sudah. Memangnya ada apa?” “Tidak. Maksudnya, pulang cepatlah nanti aku ingin bicara.”“Baiklah. Nanti aku usahakan.”Aneh sekali rasanya kakek menyuruh Felix pulang cepat. Ada apa? Apakah kakek sakit?Tadi sebelum Felix pergi ke kantor, kakek masih terlihat baik-baik saja.“Apa ada masalah tuan?” Felix menengok Nick sebentar,” Tidak tahu, tapi kakek menyuruhku pulang cepat.” ucap Felix sambil menaikan bahunya. Setelah itu Felix langsung pergi ke ruangannya, banyak kerjaan hari ini yang harus dia kerjakan.Felix melupakan masalah tamu tidak diundang dan keanehan kakek sejenak. Lagi pul
Hari sudah berganti sore, sesuai janjinya dengan kakek Felix pulang lebih awal.“Ada apa ini kek, tumben sekali para pelayan sibuk di jam seperti ini?”Felix bertanya begitu dia baru saja tiba. Suasana di dalam rumah yang ramai membuatnya cukup heran, karena memang tidak biasanya seperti ini.Sepertinya akan ada acara, tapi apa? Felix tidak mengetahuinya sama sekali.Di rumah besar ini hanya ada tuan besar Glendale dan juga Felix saja, jadi walaupun pelayan memasak untuk hidangan makan malam tidak sesibuk saat ini.“Kau sudah pulang rupanya. Sini.” Glendale menyambut dengan hangat kedatangan Felix. Tangannya menepuk sofa kosong di sebelahnya.Sesuai perintah, Felix pun duduk di samping Glendale.Matanya masih celingukan memperhatikan para pelayan yang sedang sibuk.“ Ada acara kah?”Felix kembali bertanya, saat pertanyaan pertamanya tidak kunjung mendapat jawaban.“Tidak. Hanya makan malam biasa saja. Kakek ingin mengenalkanmu pada teman lama kakek, dia juga teman dekat kedua orang t
Felix terhenyak ketika mendengar obrolan yangbtidak sengaja terdengar olehnya.Apa yang dia dengar tadi?Glendale ingin menjodohkan Felix? Bagaimana itu bisa terjadi?Sedangkan Glendale tahu cerita kehidupan Felix sebelumnya. Lantas! Apa ini?Felix menatap tajam Glendale,” Apa maksud kakek?!”Felix kembali bicara dengan nada terdengar dingin, raut wajahnya pun berubah merah padam.Felix benar-benar marah pada Glendale.“Tidak! Bukan begitu maksudku…”Felix menggeleng, lalu memotong perkataan Glendale.“Aku tidak percaya ini! Bukankah. Kakek sudah tahu cerita di kehidupanku sebelumnya?”Glendale refleks menganggukan kepala.“Lantas! Untuk apa acara makan malam ini! Sekalipun kakek meminta aku untuk menikahi anak dari teman papa ini….” Felix menunjuk orang di hadapannya.“Sampai kapan pun. Itu tidak akan pernah aku lakukan!”Felix berbalik menghadap pada Zack dan istrinya, kemudian menangkupkan kedua tangan di dada.Mendengar penuturan Felix, membuat wajah Glendale, memerah. Entah kare
Naya benar-benar cukup di buat terkejut, saat mendengar suara pria di hadapannya ini.Suaranya sangat mirip dengan Felix suaminya, namun Naya cepat membuang pikiran yang hinggap di kepalanya.Tidak!Mana mungkin, dia Fekix. Felix ku tidak akan sesombong dia. Sedangkan pria di hadapannya ini. Terlihat sangat menyebalkan, Naya sungguh tidak suka melihatnya.Naya mencebikan bibir, kala tidak sengaja melihat pria di hadapannya ini, seperti sedang menatapnya dari tadi. Naya yang masih memiliki trauma, mulai tidak nyaman dengan situasi ini.Makan malam ini cukup berkesan bagi Edoardo, bagaimna tidak! Dia bisa mengundang seorang presdir Albert loh! Presdir Albert!Nick yang mengerti akan situasi terus saja mengajak Edoardo mengobrol kesana kemari, sengaja mengulur waktu, agar tuan mudanya puas melepas rindu.“Wah! Tuan Edoardo ini ternyata orangnya sangat asik ya. Bagaimana tidak coba, anda bukan sekedar pengusaha yang cukup sukses tapi juga seorang kepala keluarga yang sangat baik ya.”Ni
Edoardo berjalan mendekati Naya, tatapan tajamnya tidak lepas dari Naya. Dia tidak peduli dengan tangisan Naya yang terdengar menyayat hati, dia tidak peduli dengan teriakan kemarahan Naya.“Baiklah. Jika kau memang ingin tahu, kenapa aku membenci laki-laki miskin itu! Yang pertama karena kau memilih menikah dengannya tanpa walau tanpa restu dariku! Yang kedua, Dia miskin. Tidak selevel dengan keluarga Edoardo namun kau masih saja membutakan mata untuk itu! Laki-laki miskin tidak tahu diri, seperti itu sangat tidak pantas untuk berada disini! Kau bodoh Naya. Laki-laki seperti itu hanya akan menggerogoti hartaku saja!”Edoardo berbicara dengan menggebu meluapkan amarahnya.“Dan kau!” Edoardo menunjuk tepat di wajah Naya.“ Kau tidak pernah peduli dengan nama besar di di belakang namamu! Kau sudah dibutakan cinta! Cinta simiskin! Haha…. Untung saja si miskin itu sudah mati. MA…”“Cukup ayah!” Naya berteriak, memotong ucapan Edoardo. Naya tidak ingin lagi mendengar suaminya dihina ole
Tanpa menjelaskan apapun pada Felix, Nick menghubungi seseorang.Tidak lama pintu ruangan di ketuk.“Masuk!”Teriak Nick dari dalam.Saat pintu terbuka masuklah seorang office girl.“Apa ada yang perlu dibantu tuan?” tanyanya sopan.“ Tentu. Jika tidak untuk apa saya memanggilmu kemari!” jawab Nick dengan ketus.“Ambil bunga-bunga ini, dan kirimkan ke alamat ini.”Nick menyodorkan secarik kertas, og tersebut mengangguk patuh, kemudian mengambil kertas dari tangan Nick.Felix hanya diam memperhatikan apa saja yang Nick lakukan, setelah kepergian og tadi, barulah Felix bertanya.“Mau kai, kirim kemana bunga-bunga itu?“Mau tahu, apa mau tahu banget.” goda Nick, sambil tertawa.Saat Felix akan melemparnya dengan bolpoin, Nick mengangkat tangan, layaknya seorang penjahat yang hendak ditangkap polisi.“Eist! Tunggu-tunggu. Janganlah emosi tuan.” Nick bicara di sela-sela tawanya.“Aku mengirimnya ke rumah Edoardo tuan, untuk nona Naya. Sayangkan jika di buang.”Tangan Felix kembali turun,
Dengan air mata yang masih mengalir deras. Naya menyimpan surat itu kembali ke dalam kotak. Dia mengusap air matanya dengan kasar, lalu berdiri.Dengan menghadap cermin, Naya menggunakan kalung berliontin love di lehernya. Bibirnya mengulas senyum,” Cantik.” gunamnya pelan.Semenjak pertemuan mereka malam itu, Felix selalu terbayang-bayang wajah istrinya. Kali ini dia tidak bisa lagi untuk menahan rasa rindu yang meledak-ledak di dalam dada.Felix diam duduk melamun di gazebo kamarnya, kepulan asap menemaninya kali ini. Felix sedang memikirkan bagaimana caranya agar Edoardo sendiri yang menyerahkan Naya padanya. Tapi bagaimana?Felix sebenarnya ingin meminta pendapat kakeknya, tapi hubungan keduanya sedang tidak baik, semenjak kedatangan ulat keket itu. Hah! Sungguh menyebalkan!Felix mengambil ponsel, kemudian menghubungi Nick. Jika sudah begini Nick pasti punya solusinya.Dan benar saja tidak butuh waktu lama, Nick sudah sampai disana.“Ada apa tuan? Sepertinya ada hal penting yan
Duaarrr!!Suara ledakan yang berasal dari mobil Edoardo terdengar hingga beberapa meter dari tempat kejadian.Orang-orang yang tidak sempat menjauh, hanya merunduk agar tidak terkena efek dari ledakan tersebut.Kecelakan beruntun dan ledakan mobil di jalan yang sama menjadi perbincangan hangat yang menggemparkan seluruh warga kota.Naya menjatuhkan gelas yang dipegangnya saat melihat, berita kecelakaan tersebut. Dimana sebelum mobil meledak salah satu warga sekitar sempat memvideokan jenis mobil dan plat nomor mobil tersebut.“A-ayah! Bukankah itu plat mobil ayah!” ucap Naya dengan suara bergetar.Tubuhnya menjadi lemas, seperti tidak bertulang. Naya menjatuhkan tubuhnya dia atas lantai, namun matanya masih terfokus pada pemberitaan di tv.Dengan tangan gemetar, Naya meraih ponselnya, mencoba menghubungi nomor Edoardo. Tapi sayang hanya operator yang menjawab. Nomor Edoardo sudah tidak aktif membuat Naya semakin cemas.“Ayah! kenapa nomornya tidak aktif. Tidak biasanya dia seperti i