Dengan air mata yang masih mengalir deras. Naya menyimpan surat itu kembali ke dalam kotak. Dia mengusap air matanya dengan kasar, lalu berdiri.Dengan menghadap cermin, Naya menggunakan kalung berliontin love di lehernya. Bibirnya mengulas senyum,” Cantik.” gunamnya pelan.Semenjak pertemuan mereka malam itu, Felix selalu terbayang-bayang wajah istrinya. Kali ini dia tidak bisa lagi untuk menahan rasa rindu yang meledak-ledak di dalam dada.Felix diam duduk melamun di gazebo kamarnya, kepulan asap menemaninya kali ini. Felix sedang memikirkan bagaimana caranya agar Edoardo sendiri yang menyerahkan Naya padanya. Tapi bagaimana?Felix sebenarnya ingin meminta pendapat kakeknya, tapi hubungan keduanya sedang tidak baik, semenjak kedatangan ulat keket itu. Hah! Sungguh menyebalkan!Felix mengambil ponsel, kemudian menghubungi Nick. Jika sudah begini Nick pasti punya solusinya.Dan benar saja tidak butuh waktu lama, Nick sudah sampai disana.“Ada apa tuan? Sepertinya ada hal penting yan
Duaarrr!!Suara ledakan yang berasal dari mobil Edoardo terdengar hingga beberapa meter dari tempat kejadian.Orang-orang yang tidak sempat menjauh, hanya merunduk agar tidak terkena efek dari ledakan tersebut.Kecelakan beruntun dan ledakan mobil di jalan yang sama menjadi perbincangan hangat yang menggemparkan seluruh warga kota.Naya menjatuhkan gelas yang dipegangnya saat melihat, berita kecelakaan tersebut. Dimana sebelum mobil meledak salah satu warga sekitar sempat memvideokan jenis mobil dan plat nomor mobil tersebut.“A-ayah! Bukankah itu plat mobil ayah!” ucap Naya dengan suara bergetar.Tubuhnya menjadi lemas, seperti tidak bertulang. Naya menjatuhkan tubuhnya dia atas lantai, namun matanya masih terfokus pada pemberitaan di tv.Dengan tangan gemetar, Naya meraih ponselnya, mencoba menghubungi nomor Edoardo. Tapi sayang hanya operator yang menjawab. Nomor Edoardo sudah tidak aktif membuat Naya semakin cemas.“Ayah! kenapa nomornya tidak aktif. Tidak biasanya dia seperti i
“Maksud anda nona? Maaf kami tidak mengerti.” salah satu perawat pria itu menjawab pertanyaan Naya dengan santun.“Saya dengar tadi kalian, membicarakan tentang korban kecelakaan, apa boleh saya tahu siapa dia? Saya keluarga dari salah satu pasien.” Naya menjelaskan maksudnya dari pertanyaannya, agar tidak menimbulkan prasangka buruk.Keduanya perawat itu mengangguk paham. “ Oh. Pasien yang baru saja menjalani operasi ya.”“Operasi?” tanya Naya dengan menunjukkan ekspresi terkejut.Raut wajahnya menjadi berubah khawatir.“Iya nona. Saat di bawa kemari kondisi pasien, mengalami luka bakar hampir tujuh puluh persen.”Teman perawat yang tadi hanya diam mendengarkan, kini ikut menjelaskan.“Bisa saya melihatnya? Barangkali itu keluarga kami.”Kedua perawat itu mengangguk bersamaan.“Bisa saja nona, tapi saat ini pasien masih dirawat intensif pasca operasi di ruangan ICU dan dalam pemantauan dokter.Entah kenapa perasaan Naya mengatakan jika korban tersebut adalah ayahnya.Sehingga membua
“Kenapa anda begitu terkejut tuan? Apakah kedatangan saya mengganggu?” tanya nya dengan penuh selidik. Menatap Nick tanpa berkedip.“Tidak. Hanya saja saya memang terkejut. Saya turut prihatin dengan musibah yang menimpa ayah anda.” “Terimakasih.” ucapnya sendu.“Apa ada yang bisa saya bantu nona?” Nick bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia tidak tahu untuk apa kedatangan Naya kemari. Ya. Tamu yang tak disangka itu adalah Naya.Naya tampak menarik nafas berat. “ Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda, apa bisa?” Naya menatap Nick dengan penuh harap.Nick mengangguk pasti.” Bisa! Mau bicara di sini atau..”“ Kita bicara di cafe yang tidak jauh dari sini saja.” potong Naya.Nick mengangguk setuju, setelah itu Nick dan Naya berjalan keluar dari apartemen Nick.“ Anda bawa mobil atau…”Naya menggeleng,” Tidak. Saya naik taxi tadi.”“Baiklah. Kalau begitu nona naik mobil bareng saya saja. Bagaimana?” tanya Nick.Saat berbicara dengan Naya rasanya canggung, membuatnya menjadi kak
Nick mengabaikan panggilan Felix, dia tidak ingin Naya mendengar percakapannya nanti, karena Nick yakin pasti Felix akan bertanya tentang kabar Edoardo.Sebenarnya Naya penasaran dengan si penelepon kenapa tidak diangkat‘Apa itu presdir Albert ya? Tapi kenapa dia tidak mengangkatnya?’ batin Naya.Siapalah dia jika sampai harus bertanya!Jika itu kekasihnya bagaimana? Yang ada bakalan malu sendiri, karena sudah mencampuri urusan orang lain.Diamnya Naya, masih hanyut dalam pemikirannya sendiri.Tidak terasa ternyata mobil Nick sudah sampai di halaman rumah sakit.“Silahkan nona, sudah sampai.” ucap Nick, setelah membukakan pintu.“Eh. I-iya.” jawabnya karena terkejut. Saking asiknya melamun, sampai tidak sadar jika sudah sampai di rumah sakit. Entah kapan pula Nick yang turun. Naya sampai tidak menyadari itu.“Terimakasih, tuan Nick sudah mau repot-repot mengantarkan saya.” ucap Naya dengan sopan. Setelah dirinya keluar dari mobil.Posisi saat ini mereka berdiri berhadapan, di sampi
Dan satu lagi kebodohan yang Naya lakukan, tanpa membaca surat perjanjian yang Nick berikan, Naya langsung menandatanganinya.Setelah selesai Naya menutup kembali map itu, kemudian menggesernya ke hadapan Nick. Nick sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa Naya tidak membaca surat perjanjian itu sama sekali? Tidak takutkah dia jika di tipu?Atau…Naya yang terlalu polos?“Sudah saya tandatangani. Sekarang katakan apa syarat yang harus saya berikan?”Naya bertanya dengan serius, matanya tidak lepas dari menatap Nick lekat.Nick tersenyum lebar, atas keberhasilan misinya.“Syaratnya sangat mudah nona. Anda hanya perlu setuju untuk menikah dengan presdir Albert.” jawab Nick dengan santai. Namun matanya tidak lepas dari Naya.Nick ingin tahu bagaimana reaksi Naya setelah mendengar ini.Naya membulatkan mata, mulutnya menganga saking terkejutnya.Raut wajahnya berubah menjadi merah padam, menandakan kalau dia benar-benar marah. “Tidak! Saya tidak mau!” tolak Naya.Naya berbicara dengan
Felix menunggu kedatangan Nick dengan gelisah. Dia sudah mondar mandir di dalam kamar seperti setrikaan.Bahkan sudah berapa kali Felix naik turun, saking gelisahnya.“Aduh! Kok Nick lama ya?” Felix melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.Lelah, mondar mandir akhirnya Felix merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Felix menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Dia membayangkan bagaimana reaksi istrinya.Saat pertemuan pertama di acara makan malam yang diadakan Edoardo saja, sepertinya sangat tidak menyukai Felix, yang sekarang menjadi Albert.Felix dapat melihat itu dari tatapan tidak suka yang Naya perlihatkan.“Maafkan aku Naya. Aku harus melakukan ini agar bisa kembali bersamamu. Setelah ini aku berjanji, akan membahagiakanmu sayang.” Felix berucap pelan, lalu menutup mata untuk menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya.Terdengar pintu kamar diketuk. Felix langsung membuka mata, dan bergegas turun, kemudian berjalan untuk membukakan pintu.“Nick kau lama seka….uca
Tidak sampai setengah jam Nick sudah tiba di lokasi, dia memarkirkan mobil tepat di samping mobil Felix.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick kemudian turun. Matanya menyisir area setempat mencari keberadan Felix.Dari keremangan cahaya, Nick dapat melihat Felix yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.Nick berjalan cepat menghampiri.“Tuan. Anda baik-baik saja?” tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran.“ Kau pikir aku kenapa? Hah!” seru Felix. Sambil menatap Nick tajam.Nick ikut duduk di samping Felix.“Saya takut tuan bunuh diri.” jawabnya jujur.“Brengsek! Kau pikir aku selemah itu!” Felix meninju bahu Nick.“Aw!” Nick terpekik, kemudian dia mengangkat kedua bahunya.“Ya. Siapa tahu kan tuan. Saya hanya khawatir jika terjadi sesuatu dengan anda tuan.” Nick bicara apa adanya, memang itu yang dia rasakan tadi.“Terimakasih. Sudah mengkhawatirkanku.” ujar Felix dengan lesu.Raut wajahnya berubah kusut kembali, membuat Nick mengerutkan keningnya heran.“ Kau kenapa
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T