Nick mengabaikan panggilan Felix, dia tidak ingin Naya mendengar percakapannya nanti, karena Nick yakin pasti Felix akan bertanya tentang kabar Edoardo.Sebenarnya Naya penasaran dengan si penelepon kenapa tidak diangkat‘Apa itu presdir Albert ya? Tapi kenapa dia tidak mengangkatnya?’ batin Naya.Siapalah dia jika sampai harus bertanya!Jika itu kekasihnya bagaimana? Yang ada bakalan malu sendiri, karena sudah mencampuri urusan orang lain.Diamnya Naya, masih hanyut dalam pemikirannya sendiri.Tidak terasa ternyata mobil Nick sudah sampai di halaman rumah sakit.“Silahkan nona, sudah sampai.” ucap Nick, setelah membukakan pintu.“Eh. I-iya.” jawabnya karena terkejut. Saking asiknya melamun, sampai tidak sadar jika sudah sampai di rumah sakit. Entah kapan pula Nick yang turun. Naya sampai tidak menyadari itu.“Terimakasih, tuan Nick sudah mau repot-repot mengantarkan saya.” ucap Naya dengan sopan. Setelah dirinya keluar dari mobil.Posisi saat ini mereka berdiri berhadapan, di sampi
Dan satu lagi kebodohan yang Naya lakukan, tanpa membaca surat perjanjian yang Nick berikan, Naya langsung menandatanganinya.Setelah selesai Naya menutup kembali map itu, kemudian menggesernya ke hadapan Nick. Nick sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa Naya tidak membaca surat perjanjian itu sama sekali? Tidak takutkah dia jika di tipu?Atau…Naya yang terlalu polos?“Sudah saya tandatangani. Sekarang katakan apa syarat yang harus saya berikan?”Naya bertanya dengan serius, matanya tidak lepas dari menatap Nick lekat.Nick tersenyum lebar, atas keberhasilan misinya.“Syaratnya sangat mudah nona. Anda hanya perlu setuju untuk menikah dengan presdir Albert.” jawab Nick dengan santai. Namun matanya tidak lepas dari Naya.Nick ingin tahu bagaimana reaksi Naya setelah mendengar ini.Naya membulatkan mata, mulutnya menganga saking terkejutnya.Raut wajahnya berubah menjadi merah padam, menandakan kalau dia benar-benar marah. “Tidak! Saya tidak mau!” tolak Naya.Naya berbicara dengan
Felix menunggu kedatangan Nick dengan gelisah. Dia sudah mondar mandir di dalam kamar seperti setrikaan.Bahkan sudah berapa kali Felix naik turun, saking gelisahnya.“Aduh! Kok Nick lama ya?” Felix melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.Lelah, mondar mandir akhirnya Felix merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Felix menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Dia membayangkan bagaimana reaksi istrinya.Saat pertemuan pertama di acara makan malam yang diadakan Edoardo saja, sepertinya sangat tidak menyukai Felix, yang sekarang menjadi Albert.Felix dapat melihat itu dari tatapan tidak suka yang Naya perlihatkan.“Maafkan aku Naya. Aku harus melakukan ini agar bisa kembali bersamamu. Setelah ini aku berjanji, akan membahagiakanmu sayang.” Felix berucap pelan, lalu menutup mata untuk menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya.Terdengar pintu kamar diketuk. Felix langsung membuka mata, dan bergegas turun, kemudian berjalan untuk membukakan pintu.“Nick kau lama seka….uca
Tidak sampai setengah jam Nick sudah tiba di lokasi, dia memarkirkan mobil tepat di samping mobil Felix.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick kemudian turun. Matanya menyisir area setempat mencari keberadan Felix.Dari keremangan cahaya, Nick dapat melihat Felix yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.Nick berjalan cepat menghampiri.“Tuan. Anda baik-baik saja?” tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran.“ Kau pikir aku kenapa? Hah!” seru Felix. Sambil menatap Nick tajam.Nick ikut duduk di samping Felix.“Saya takut tuan bunuh diri.” jawabnya jujur.“Brengsek! Kau pikir aku selemah itu!” Felix meninju bahu Nick.“Aw!” Nick terpekik, kemudian dia mengangkat kedua bahunya.“Ya. Siapa tahu kan tuan. Saya hanya khawatir jika terjadi sesuatu dengan anda tuan.” Nick bicara apa adanya, memang itu yang dia rasakan tadi.“Terimakasih. Sudah mengkhawatirkanku.” ujar Felix dengan lesu.Raut wajahnya berubah kusut kembali, membuat Nick mengerutkan keningnya heran.“ Kau kenapa
Vanya meletakan kotak makan siang ,di atas meja kerja Felix. Kemudian Vanya duduk di kursi yang berhadapan dengan Felix yang hanya dibatasi oleh meja. Vanya duduk dengan menyilangkan kaki, membuat rok mininya terangkat, sehingga menampilkan paha yang putih bersih.Vanya sengaja melakukan itu, untuk menggoda Felix. Namun kali ini Vanya melakukannya dengan mode slow, tidak seagresif waktu pertama mereka bertemu.Felix memalingkan wajah, ketika melihat pemandangan indah di depan matanya.“Kau tidak perlu repot-repot. Lagipula aku sudah makan, jadi daripada mubazir mending kamu bawa pulang atau memberikannya pada orang lain mungkin.” ucap Felix.Mendengar itu Vanya, sungguh sangat geram. Ingin sekali dia mengumpat, namun dia tahan. Saat ini dia dalam mode kalem, jadi harus terlihat tenang.“Ya. Sayang sekali ya, padahal aku sengaja masak ini buat kamu.” jawab Vanya sendu. Padahal dalam hatinya dia mengumpat.‘Dasar sombong! Masih saja jual mahal. Ck! Oke,kita lihat sampai kapan kamu be
“Em. Itu..” Edoardo tergagap. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nick padanya.“Apakah, nona Naya belum memberitahu anda?” tanya Nick kembali. Matanya terus saja menatap tajam Edoardo. Menperhatikan setiap gestur dan raut wajah yang Edoardo tampilkan.Melani sedikit menyenggol bagian tubuh Edoardo sebagai kode. ‘Astaga! Kenapa tidak bilang, iya saja!’ batin Melani geram.‘Jangan bodoh Edoardo! Jangan bodoh!’“Sudah tuan. Apa tidak ada syarat lain selain itu?” tanya Edoardo dengan bodohnya.Melani terdengar menghela nafas kasar.Nick terlihat geram, namun masih dengan pembawaan nya yang kalem.“Baiklah! Jika itu menjadi pilihan anda tuan Edoardo. Sesuai dengan perjanjian yang sudah ditandatangani putri anda. Kapan anda bisa membayar ganti ruginya?” tanya Nick dengan tatapan yang entah apa artinya.Tangannya meletakan surat perjanjian di atas meja.Edoardo dan Melani, membelalakan mata, saking terkejutnya dengan ucapan Nick.Dengan tangan gemetar, Edoardo meraih sura
“Tuan, kita lanjut ke kantor atau…”“Antara aku pulang saja!” jawab Felix, memotong ucapan Nick.Nick mengangguk patuh, lalu membelokan mobil menuju jalan yang mengarah ke rumah besar Edoardo.“Nick. Menurutmu, bagaimana kalau nanti Naya kembali, aku tinggal di rumah peninggalan papa.” tanya Felix, pandangan lurus ke depan, menatap jalanan.Nick menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada jalan.“ Menurutku, itu ide bagus tuan. Apalagi saat ini tuan besar menentang rencana anda bukan?” tanya Nick.Felix mengangguk, membenarkan ucapan Nick. “Kau benar.”“ Perintahkan orang, untuk membersihkan rumah itu. Aku mau, saat nanti Naya kembali, langsung membawanya kesana. Bukan apa! Aku hanya tidak ingin ada kesalahpahaman dengan kakek.” jelas Felix..“Baik tuan. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk membersihkannya. Anda tenang saja, semua pasti beres.” ucap Nick.“Aku percaya padamu!” ____Satu minngu telah berlalu.Kondisi Edoardo juga semakin membaik, bahkan saat ini Edoado tidak lagi me
“Em..empt..” ‘Tolong! Tolong!’Naya hanya mampu berteriak dalam hati, ketika mulutnya dibekap seseorang ketika Naya sedang berjalan kaki.“Maaf nona kami harus lakukan ini, kalau anda teriak bisa habis kami nanti!” ucap pria yang membekas Naya.Naya terus memberontak namun tenaganya kalah dengan dua pria yang membawanya paksa ini.Kedua pria yang berpakaian serba hitam itu mendorong paksa tubuh Naya agar masuk kedalam mobil.Setelah berhasil, mereka pun ikut masuk.“Cepat jalan!” titahnya pada rekan mereka yang duduk di depan kemudi.Dan sejurus kemudian, mobil sudah melaju kencang.Lalu bagaimana dengan Naya?Naya sudah pingsan, karena sapu tangan yang digunakan untuk membekap Naya, menggunakan obat bius.“Cepat hubungi tuan Nick! Kita sudah mendapatkan target.” ucap salah satu dari mereka.Pria yang berbadan sedikit kurus, mengangguk patuh.” Baik.” sahutnya. Kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana.Ternyata ketiga orang yang menculik Naya adalah orang suruhan Nick.Nick terpa