Edoardo berjalan mendekati Naya, tatapan tajamnya tidak lepas dari Naya. Dia tidak peduli dengan tangisan Naya yang terdengar menyayat hati, dia tidak peduli dengan teriakan kemarahan Naya.“Baiklah. Jika kau memang ingin tahu, kenapa aku membenci laki-laki miskin itu! Yang pertama karena kau memilih menikah dengannya tanpa walau tanpa restu dariku! Yang kedua, Dia miskin. Tidak selevel dengan keluarga Edoardo namun kau masih saja membutakan mata untuk itu! Laki-laki miskin tidak tahu diri, seperti itu sangat tidak pantas untuk berada disini! Kau bodoh Naya. Laki-laki seperti itu hanya akan menggerogoti hartaku saja!”Edoardo berbicara dengan menggebu meluapkan amarahnya.“Dan kau!” Edoardo menunjuk tepat di wajah Naya.“ Kau tidak pernah peduli dengan nama besar di di belakang namamu! Kau sudah dibutakan cinta! Cinta simiskin! Haha…. Untung saja si miskin itu sudah mati. MA…”“Cukup ayah!” Naya berteriak, memotong ucapan Edoardo. Naya tidak ingin lagi mendengar suaminya dihina ole
Tanpa menjelaskan apapun pada Felix, Nick menghubungi seseorang.Tidak lama pintu ruangan di ketuk.“Masuk!”Teriak Nick dari dalam.Saat pintu terbuka masuklah seorang office girl.“Apa ada yang perlu dibantu tuan?” tanyanya sopan.“ Tentu. Jika tidak untuk apa saya memanggilmu kemari!” jawab Nick dengan ketus.“Ambil bunga-bunga ini, dan kirimkan ke alamat ini.”Nick menyodorkan secarik kertas, og tersebut mengangguk patuh, kemudian mengambil kertas dari tangan Nick.Felix hanya diam memperhatikan apa saja yang Nick lakukan, setelah kepergian og tadi, barulah Felix bertanya.“Mau kai, kirim kemana bunga-bunga itu?“Mau tahu, apa mau tahu banget.” goda Nick, sambil tertawa.Saat Felix akan melemparnya dengan bolpoin, Nick mengangkat tangan, layaknya seorang penjahat yang hendak ditangkap polisi.“Eist! Tunggu-tunggu. Janganlah emosi tuan.” Nick bicara di sela-sela tawanya.“Aku mengirimnya ke rumah Edoardo tuan, untuk nona Naya. Sayangkan jika di buang.”Tangan Felix kembali turun,
Dengan air mata yang masih mengalir deras. Naya menyimpan surat itu kembali ke dalam kotak. Dia mengusap air matanya dengan kasar, lalu berdiri.Dengan menghadap cermin, Naya menggunakan kalung berliontin love di lehernya. Bibirnya mengulas senyum,” Cantik.” gunamnya pelan.Semenjak pertemuan mereka malam itu, Felix selalu terbayang-bayang wajah istrinya. Kali ini dia tidak bisa lagi untuk menahan rasa rindu yang meledak-ledak di dalam dada.Felix diam duduk melamun di gazebo kamarnya, kepulan asap menemaninya kali ini. Felix sedang memikirkan bagaimana caranya agar Edoardo sendiri yang menyerahkan Naya padanya. Tapi bagaimana?Felix sebenarnya ingin meminta pendapat kakeknya, tapi hubungan keduanya sedang tidak baik, semenjak kedatangan ulat keket itu. Hah! Sungguh menyebalkan!Felix mengambil ponsel, kemudian menghubungi Nick. Jika sudah begini Nick pasti punya solusinya.Dan benar saja tidak butuh waktu lama, Nick sudah sampai disana.“Ada apa tuan? Sepertinya ada hal penting yan
Duaarrr!!Suara ledakan yang berasal dari mobil Edoardo terdengar hingga beberapa meter dari tempat kejadian.Orang-orang yang tidak sempat menjauh, hanya merunduk agar tidak terkena efek dari ledakan tersebut.Kecelakan beruntun dan ledakan mobil di jalan yang sama menjadi perbincangan hangat yang menggemparkan seluruh warga kota.Naya menjatuhkan gelas yang dipegangnya saat melihat, berita kecelakaan tersebut. Dimana sebelum mobil meledak salah satu warga sekitar sempat memvideokan jenis mobil dan plat nomor mobil tersebut.“A-ayah! Bukankah itu plat mobil ayah!” ucap Naya dengan suara bergetar.Tubuhnya menjadi lemas, seperti tidak bertulang. Naya menjatuhkan tubuhnya dia atas lantai, namun matanya masih terfokus pada pemberitaan di tv.Dengan tangan gemetar, Naya meraih ponselnya, mencoba menghubungi nomor Edoardo. Tapi sayang hanya operator yang menjawab. Nomor Edoardo sudah tidak aktif membuat Naya semakin cemas.“Ayah! kenapa nomornya tidak aktif. Tidak biasanya dia seperti i
“Maksud anda nona? Maaf kami tidak mengerti.” salah satu perawat pria itu menjawab pertanyaan Naya dengan santun.“Saya dengar tadi kalian, membicarakan tentang korban kecelakaan, apa boleh saya tahu siapa dia? Saya keluarga dari salah satu pasien.” Naya menjelaskan maksudnya dari pertanyaannya, agar tidak menimbulkan prasangka buruk.Keduanya perawat itu mengangguk paham. “ Oh. Pasien yang baru saja menjalani operasi ya.”“Operasi?” tanya Naya dengan menunjukkan ekspresi terkejut.Raut wajahnya menjadi berubah khawatir.“Iya nona. Saat di bawa kemari kondisi pasien, mengalami luka bakar hampir tujuh puluh persen.”Teman perawat yang tadi hanya diam mendengarkan, kini ikut menjelaskan.“Bisa saya melihatnya? Barangkali itu keluarga kami.”Kedua perawat itu mengangguk bersamaan.“Bisa saja nona, tapi saat ini pasien masih dirawat intensif pasca operasi di ruangan ICU dan dalam pemantauan dokter.Entah kenapa perasaan Naya mengatakan jika korban tersebut adalah ayahnya.Sehingga membua
“Kenapa anda begitu terkejut tuan? Apakah kedatangan saya mengganggu?” tanya nya dengan penuh selidik. Menatap Nick tanpa berkedip.“Tidak. Hanya saja saya memang terkejut. Saya turut prihatin dengan musibah yang menimpa ayah anda.” “Terimakasih.” ucapnya sendu.“Apa ada yang bisa saya bantu nona?” Nick bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia tidak tahu untuk apa kedatangan Naya kemari. Ya. Tamu yang tak disangka itu adalah Naya.Naya tampak menarik nafas berat. “ Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda, apa bisa?” Naya menatap Nick dengan penuh harap.Nick mengangguk pasti.” Bisa! Mau bicara di sini atau..”“ Kita bicara di cafe yang tidak jauh dari sini saja.” potong Naya.Nick mengangguk setuju, setelah itu Nick dan Naya berjalan keluar dari apartemen Nick.“ Anda bawa mobil atau…”Naya menggeleng,” Tidak. Saya naik taxi tadi.”“Baiklah. Kalau begitu nona naik mobil bareng saya saja. Bagaimana?” tanya Nick.Saat berbicara dengan Naya rasanya canggung, membuatnya menjadi kak
Nick mengabaikan panggilan Felix, dia tidak ingin Naya mendengar percakapannya nanti, karena Nick yakin pasti Felix akan bertanya tentang kabar Edoardo.Sebenarnya Naya penasaran dengan si penelepon kenapa tidak diangkat‘Apa itu presdir Albert ya? Tapi kenapa dia tidak mengangkatnya?’ batin Naya.Siapalah dia jika sampai harus bertanya!Jika itu kekasihnya bagaimana? Yang ada bakalan malu sendiri, karena sudah mencampuri urusan orang lain.Diamnya Naya, masih hanyut dalam pemikirannya sendiri.Tidak terasa ternyata mobil Nick sudah sampai di halaman rumah sakit.“Silahkan nona, sudah sampai.” ucap Nick, setelah membukakan pintu.“Eh. I-iya.” jawabnya karena terkejut. Saking asiknya melamun, sampai tidak sadar jika sudah sampai di rumah sakit. Entah kapan pula Nick yang turun. Naya sampai tidak menyadari itu.“Terimakasih, tuan Nick sudah mau repot-repot mengantarkan saya.” ucap Naya dengan sopan. Setelah dirinya keluar dari mobil.Posisi saat ini mereka berdiri berhadapan, di sampi
Dan satu lagi kebodohan yang Naya lakukan, tanpa membaca surat perjanjian yang Nick berikan, Naya langsung menandatanganinya.Setelah selesai Naya menutup kembali map itu, kemudian menggesernya ke hadapan Nick. Nick sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa Naya tidak membaca surat perjanjian itu sama sekali? Tidak takutkah dia jika di tipu?Atau…Naya yang terlalu polos?“Sudah saya tandatangani. Sekarang katakan apa syarat yang harus saya berikan?”Naya bertanya dengan serius, matanya tidak lepas dari menatap Nick lekat.Nick tersenyum lebar, atas keberhasilan misinya.“Syaratnya sangat mudah nona. Anda hanya perlu setuju untuk menikah dengan presdir Albert.” jawab Nick dengan santai. Namun matanya tidak lepas dari Naya.Nick ingin tahu bagaimana reaksi Naya setelah mendengar ini.Naya membulatkan mata, mulutnya menganga saking terkejutnya.Raut wajahnya berubah menjadi merah padam, menandakan kalau dia benar-benar marah. “Tidak! Saya tidak mau!” tolak Naya.Naya berbicara dengan