“Agnia,” Kenny menghampiri Agnia yang sedang duduk di sudut ruangan bersama Reizi dan Berlian. Mereka bertiga sedang membicarakan salah satu adegan sebelum kegiatan reading dimulai.
Berbeda dengan Agnia yang masih terlihat rileks walau sempat terkejut ketika namanya dipanggil, Berlian tiba-tiba kaku. Hal yang selalu terjadi setiap kali gadis itu berada di sekitar Kenny. Separah itu trauma yang dialami olehnya.
“Iya, Bang?” Agnia bertanya sambil menutup script-nya.
“Bisa kita bicara sebentar?”
“Oh, boleh,” Agnia bangkit dari duduknya.
Setelah berpamitan dengan kedua lawan mainnya, gadis itu langsung mengikuti Kennya keluar ruangan. Sepanjang perjalanan dia merasa kalau seseorang memperhatikannya. Dugaannya benar, ketika dia berbalik, dia melihat Berlihat memperhatikannya dengan pandangan yang…aneh. Ada apa?!
“Aku udah ngobrol sama Berlian dan Reizi berapa
“Rendraaa…” begitu sampai di kontrakan petak Narendra, Agnia langsung berlari menuju kekasihnya yang sedang duduk di sofa sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.Detik ketika Agnia memeluknya, pria itu menghembuskan napas lega karena dia berhasil mematikan layar ponselnya sebelum Agnia memeluknya. Dia tidak ingin membayangkan akan sebanyak apa pertanyaan yang diajukin gadis itu seandainya menemukan Narendra sedang memantau pergerakan saham.“Kamu kenapa?” Narendra mengusap lembut rambut Agnia sebelum menunduk dan menciup kepala kekasihnya, “Capek?”“Bukaan! Aku pengin cerita,” gadis itu langsung melepas pelukan kemudian mencari posisi duduk yang nyaman sambil terus menatap Narendra.“Ada apa? Jangan bilang kejadian seperti dulu terjadi lagi?!”“Bukan, bukan,” dengan heboh Agnia mengibaskan tangan, “Bukan itu. Aku mau cerita kalau tadi aku ditawarin jadi pemeran ut
Malam itu, Agnia mentraktir para tetangganya makan malam di warung nasi bebek langganan mereka. Gadis itu berkata kalau ini dalam rangka berbagi kebahagiaan dan rasa syukur karena untuk pertama kalinya dia mendapatkan tawaran sebagai pemeran utama.Kedua pria tetangganya tentu saja menerima traktiran itu dengan senang hati. Terutama Narendra yang sejak pertama kali mencoba nasi bebek Madura itu langsung ketagihan. Badi senang karena alasan yang berbeda, dia senang karena Agnia memintanya untuk mengajak Antari ikut bergabung bersama mereka.“Bang Ucok masih belum pulang?” Antari mencuci tangan pada mangkuk yang disediakan kemudian mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya.“Belum. Kemarin sempat ngirim pesan, katanya mumpung udah di sana dia sekalian ambil cuti beberapa hari.”“Aku nggak nyangka banget, lho, Bang Ucok sampai senekad itu,” Agnia menyeruput pesanan es jeruknya, “Aku tahu, di antara kita semua itu p
"Mimpi apa gue lo udah ada si kantor sepagi ini?" Abimana terkejut ketika menemukan sepupunya sudah duduk di meja kerja dan menghadap layar laptop dengan muka serius.Narendra hanya sejenak mengalihkan wajah dari layar laptop sebelum kembali menutup menatap laptop."Kamu telat," hanya itu yang diucapkan sebelum pria itu kembali serius."Seriusan, lo kesambet apa gimana, sih?" Dengan santai pria duduk pada salah satu kursi di hadapan meja kerja Narendra."Berisik. Lebih baik kamu buatkan aku kopi atau melakukan sesuatu yang lebih berguna.""Gue penasaran. Kenapa lo Senin pagi udah stand by di kantor? Perasaan kemarin gue nggak teriak-teriakin lo buat datang, deh."Dengan kesal Narendra menutup laptop kemudian menatap sepupunya tajam, "Coffee, please.""Beneran kesambet lo!""Coffee before talk. Urgent.""Takuuut!" Tentu pria itu hanya pura-pura takut. Sambil terkekeh dia berjalan menuju pintu kemudian te
“Ayo,” Bimasakti langsung bangun dari duduknya ketika Narendra memasuki ruangan kerjannya.“Ke mana?” Tentu saja Narendra langsung bertanya karena dalam pikirannya mereka hanya akan makan siang di kantor. Antara di kafetaria atau Bimasakti sudah memesankan makanan untuk mereka.“Lagi pengin makan di Puncak.”“Puncak? Kak Bima serius?!”Keluarga Widjaja memiliki beberapa property di Puncak. Ada satu vila yang letaknya begitu terpencil dan jauh dari keramaian karena Widjaja membeli lahan sangat luas dan hanya membangun sebagian kecil. Sejak dulu Narendra dan Bimasakti sering menghabiskan waktu di sana ketika suntuk dengan kuliah atau tanggung jawab yang mereka emban sejak usia muda.“Lo nggak kangen sama villa kita? Udah lama lo nggak main ke sana.”“Ya, memang sudah lama. Tetapi kalau memang mau berkunjung ke sana bisa lain waktu, Kak.”“Heli udah nunggu di a
“Ma,” Narendra menunduk lalu mencium kedua pipi Reinya, “Maaf agak telat.”Selesai makan siang dan mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkannya dari Bimasakti, Narendra segera kembali ke ibukota. Dalam perjalanan dia bertanya jadwal ibunya dan meminta wanita itu untuk makan malam bersama.Ada hal penting yang ingin dibicarakannya dengan Reinya. Dia ingin memastikan informasi terakhir yang dapat melengkapi puzzle mengenai orang tua Agnia.“It’s okay,” Reinya tersenyum dan menepuk pipi anak kesayangannya, “Mama tahu dari Bimasakti kalau kamu langsung dari vila, kan, ini?”Narendra mengangguk, “Kak Bimasakti masih sama kayak dulu. Impulsifnya nggak ada yang bisa ngalahin.”“Iya,” Renya tertawa, “Mama masih inget gimana paniknya kita waktu kamu sama Calya tiba-tiba hilang. Papa udah mikir macam-macam dan udah siap ngehubungi kenalannya yang petinggi polisi.
“Abaaang..!” Gayatri langsung terlonjak dari duduk dan menyapa manja kekasihnya yang baru saja memasukin rumahnya.Gayatri sudah menunggu kedatangan pria itu sejak beberapa saat lalu. Kekasihnya memang berjanji selesai membereskan berbagai urusan di lokasi syuting, dia akan segera ke rumah Gayatri dan membawakan makan malam mereka.“Pacar siapa ini manja banget, hm?” Kenny langsung merentangkan tangan menandakan dia siap menerima sang gadis kapan saja.“Pacar kamu!” Gayatri berlari ke pelukan pria itu sebelum memanyunkan bibir, “Kamu tahu, aku nggak bisa kayak gini terus. Nggak enak banget harus biasa aja kalau lagi di lokasi syuting!” Dia berujar manja, “Mana kamu sok galak lagi kalau lagi kerja.”Kenny refleks tertawa mendengar keluhan kekasihnya. Bagaimana tidak? Sejak awal mereka berpacaran tahun lalu, Gayatri yang meminta untuk merahasiakan hubungan. Kenny langsung menyetujui permintaan gadi
“Lo udah dengar kabar tentang Kenny?”Gayatri yang sedang berada di bilik toilet seketika menajamkan telinga ketika mendengar nama kekasihnya diucapkan. Tidak hanya itu, tanpa sadar dia menahan napas karena tidak ingin keberadaannya disadari oleh siapa pun. Dia harus mendengar apa yang ingin dibicarakan oleh dua orang kenalannya itu.Dari suara, gadis itu dapat menebak siapa yang berada di luar. Keduanya aktris yang cukup terkenal. Beberapa kali mereka pernah terlibat dalam proyek yang sama. Sesekali mereka akan menghabiskan waktu bersama hanya untuk memastikan hubungan mereka masih terjalin baik. Mereka bukan teman. Hanya kenalan yang saling memanfaatkan dan mencari keuntungan pribadi. Tidak lebih.“Kabar dulu, nih?” Pertanyaan itu bercampur dengan suara gemericik air, “Kalau tentang filmnya nggak usah ditanya, ya. Jamin banget ini film bakalan meledak! Lo nggak lihat gimana reaksi orang-orang tadi?!”“Kalau itu
"Jadi Gayatri memang berpacaran dengan Kenny?""Tante Gayatri, Narendra," ketika Reinya mengucap nama Gayatri ekspresi wanita itu terlihat begitu sendu."Iya, Tante Gayatri dan Om Kenny.""Kalau Kenny tidak perlu pakai Om. Kalau benar dia meninggalkan Gayatri berarti dia bajingan. Kok tega ninggalin perempuan yang lagi mengandung anaknya?!""Dari informasi yang aku kumpulkan, Tante Gayatri yang tiba-tiba menghilang. Sampai sekarang Kenny sama dengan Mama, masih mencari tahu tentang keberadaan kekasihnya itu."Reinya menghembuskan napas panjang, "Mama juga sebenarnya berharap itu yang terjadi. Tapi...kalau itu pilihan Gayatri kenapa lalu dia bunuh diri?""Tidak ada yang tahu alasan seseorang bunuh diri, Ma. Kemungkinan besar itu merupakan akumulasi dari beban dan masalah yang ditanggung selama bertahun-tahun.""Bisa jadi. Membesarkan anak seorang diri itu...sesuatu yang mengerikan. Mama tidak sanggup membayangkannya."Selama beb
"Nia, kamu sudah selesai berganti pakaian?"Suara Narendra membuat Agnia yang sedang berada di kamar mandi segera melepas kimono sutra yang dikenakan ketika dia membersihkan riasan wajah dengan bantuan seorang asisten MUA yang diminta oleh Reinya untuk tinggal sampai setelah acara selesai. Gadis itu mengambil piyama yang diberikan oleh Calya khusus untuk Agnia dan Narendra. Piyama berbahan sutra itu merupakan salah satu brand mewah dan salah satu yang tertua di Inggris. Kualitasnya sudah tidak perlu dipertanyakan karena sekelas Ratu Elizabeth II saja mempercayakan pakaian tidurnya kepada mereka.Agnia tidak pernah menduga kalau hal tersulit yang harus dilakukannya setelah memutuskan menikah dengan Narendra adalah beradaptasi dengan begitu banyak priviledge yang tiba-tiba dimilikinya. Semua serba dapat dimiliki. Tidak hanya sekadar memiliki tetapi selalu yang terbaik. Apapun itu."Nia?" Terdengar ketukan pelan di pintu kamar mandi."Sebentar," tergesa gadis itu menggelung rambut kemudi
"Macam inilah! Sah udah kalian sekarang," Bang Ucok langsung menyapa ketika seluru prosesi akad nikah selesai. Penampilan pria berbadan besar itu terlihat berbeda hari ini. Seperti seluruh undangan pria, Bang Ucok juga mengenakan three piece suit. Amelia turut hadir juga terlihat menawan dengan whimsical garden-inspired maxi dress. Penampilan disempurnakan dengan rambut tergelung model french twist yang memamerkan leher jenjangnya."Akhirnya, Bang," Agnia tertawa kecil, "Sekarang Bang Ucok udah nggak perlu khawatir lagi sama aku, kan? Aku udah nggak sendiri lagi.""He! Macam manaa... tak mungkin aku tak khawatir sama kau. Adik akunya kau ini," Bang Ucok berpura-pura bersungut kesal, "Jangan sementang kau sudah nikah terus kau anggap tak peduli lagi aku sama kau, ya!"Narendra terkekeh memperhatikan interaksi antara Agnia dan Bang Ucok. Walau mereka sudah tidak lagi di kontrakan petak tetapi tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu."Maaf, Bang," Narendra menyela percak
"Kamu yakin?""Ayah," Agnia hanya berpaling karena hiasan kepalanya cukup berat, "Ayah sudah berulang kali nanyain itu, lho. Mau Ayah tanya sampai seratus bahkan ribuan kali, jawaban Agnia tetap sama. Agnia yakin.""Tapi gimana kalau sampai tersebar? Memang pernikahan kamu private tapi tetap aja, di depan venue itu wartawan udah ngumpul kayak mau demo.""Memangnya kenapa kalau sampai nyebar?" Agnia menatap Kenny melalui cermin, "Ayah malu kalau sampai publik tahu aku ini anak ayah?""Bukan gitu," Kenny membalas tatapan Agnia, "Ayah bertanya karena Ayah nggak mau kamu menyesali kepuutusanmu.""Aku nggak akan nyesal, Yah," Agnia menjawab dengan yakin, "Percaya sama aku. Ini bukan keputusan impulsif. Aku udah mikirin ini dari lama. Dan itu keinginan aku. Pertanyaannya sekarang, apa Ayah mau ngelakuinnya atau nggak?""Tentu saja Ayah mau, Nia," Kenny menghampiri anak semata wayangnya dan meletakkan kedua tangan di bahu Agnia yang terbuka karena kebaya pernikahannya memiliki leher yang cuk
Narendra menatap pantulan diri pada cermin sambil menghembuskan napas dengan pelan. Dirinya terlihat sempurna dengann three pieces suit warna kelabu yang dipilihkan Agnia untuk hari istimewa ini. Kekasih yang akan segera menjadi istrinya itu mengatakan kalau kelabu merupakan warna yang hangat, dan itu sesuai dengan apa yang dirasakannya setiap kali berada di dekat Narendra. Sebagai seorang pria, Narendra menyerahkan sepenuhnya kepada Agnia.Ketika gadis itu meminta agar pernikahan mereka dilakukan secara private dan hanya mengundang keluarga dekat serta sahabat, Narendra juga dengan segera menyetujuinya. Beruntung keluarga besar mereka mau berkompromi. Walau pernikahan akan dirayakan secara sederhana tetapi resepsi akan diselenggarakan besar-besaran dan mengundang seluruh kenalan mereka. Agnia yang menyadari posisi mereka, Narendra merupakan pewaris keluarga Widjaja dan dirinya yang merupakan selebritas, setuju dengan itu."Narendra," Asija bersama dengan Reinya memasuki ruangan yang
"Lo gila," Abimana masuk ke ruang kerja Narendra sambil menggulirkan jari di tablet."Ada apa?" Narendra masih sibuk memperhatikan layar ponselnya. Dia sedang memeriksa portofolio saham miliknya sambil beristirahat dari memeriksa berbagai dokumen pekerjaan.Ketika Narendra kembali dari Seoul kemarin, dia disambut dengan tumpukan dokumen di meja kerja. Hanya dua hari tetapi tumpukan dokumen itu seakan Narendra sudah tidak mengantor selama berbulan-bulan. Seandainya bisa, dia ingin mengabaikan dokumen-dokumen itu. Tetapi tentu saja dia tidak dapat melakukannya karena ada tanggung jawab yang dipikul di bahunya.Asija menanggapi keputusan Narendra yang akhirnya setuju untuk menjadi pewaris Widjaja Group dengan serius. Walau pria itu mengatakan akan menggantikan Asija beberapa tahun lagi, pria paruh baya itu dengan cerdik mulai mengalihkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada Narendra. Tentu saja Narendra tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya tetapi dia tidak merasa keberatan dengan itu.
"Woaa!" Lee Jieun, aktris yang menjadi salah seorang lawan main Agnia di serial yang bekerja sama dengan Netflix itu memasuk lobi sambil berseru tidak percaya, "Mereka penasaran sekali sama kalian, ya!"Setelah Agnia, aktris berikutnya yang tidak di red carpet adalah Lee Jieun. Sayangnya, beberapa pewarta masih penasaran mengapa Agnia ditemani oleh Narendra sehingga mereka masih melontarkan pertanyaan itu berulang kali. Berkat pengalaman panjang menjadi aktris dan penyanyi, dengan cepat Lee Jieun dapat mengendalikan suasana dan menarik perhatian para pewarta. Setelah meladeni permintaan untuk berfoto dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan serta berbincang dengan MC, gadis itu memasuki lobi gedung tempat acara digelar dan segera menyapa Agnia yang kebetulan masih belum memasuki ruangan tempat acara akan berlangsung."Eonnie," Agnia tertawa penuh rasa bersalah. Seharusnya spotlight hari ini milik Lee Jieun yang merupakan aktris utama di serial yang mereka bintangi. Tetapi karena kehad
"Surprise!" Narendra tertawa kecil sambil menjawil hidung kekasihnya, "May I be you plus one?""Ren... dra?" Agnia masih tidak percaya kalau pria yang sudah menunggu di mobil adalah kekasihnya, "Kamu ngapain di sini?""Jadi plus one kamu. Boleh?" Narendra masih menatap kekasihnya sambil tersenyum, "Shit! I really want to kiss you but it will ruins your lipstick."Sisa kebingungan Agnia menghilang dan berganti dengan tawa, "Kamu udah nggak ketemu aku lama terus itu kalimat pertama kamu?"Narendra masih tersenyum tanpa rasa bersalah sama sekali, "Seaneh itu? Bagian mana yang aneh dari seorang pria yang ingin mencium kekasihnya?""Bukan aneh," Agnia masih tertawa, "Tapi aku nggak nyangka kalau itu yang bakalan kamu ucapin setelah kita nggak ketemu selama beberapa minggu.""Beberapa minggu?" Senyuman masih tersisa walau sekarang pria itu mengernyit bingung, "Bukannya beberapa hari lalu kita baru bertemu, ya?""Beberapa hari?" Agnia berpiki selama beberapa saat, "Aaah! Aku ingat! Astagaa,
Suara ketukan disusul dengan seseorang gadis membuka pintu kamar hotel yang digunakan Agnia sejak beberapa malam lalu. Gadis berheadset dan memeluk clipboard berdiri di ambang pintu."Selamat siang Nona Agnia," senyumnya merekah sempurna, "Kita sesuai dengan jadwal. Lima menit lagi Anda sudah harus turun. Mobil yang akan mengantarkan Anda ke lokasi sudah siap."Agnia yang berdiri di tengah ruangan dan dikelilingi oleh begitu banyak orang dengan kesibukan masing-masing hanya dapat menoleh sambil tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Dia tidak dapat melakukan lebih dari itu. Penata busana sedang memastikan seluruh lekuk tubuh artisnya menonjol dengan tepat tanpa ada kerutan atau lipatan yang merusaknya. Asisten penata busana sudah menyodorkan entah pasangan sepatu ke berapa untuk dicobanya. Hairdresser sejak tadi memastikan kalau rambut Agnia sempurna sesuai dengan keinginannya sementara make up artist yang dipercaya oleh artis muda itu sedang melakukan retouch pada beberapa bagian w
"Paman Leo," Narendra tersenyum ketika melihat pria paruh baya yang sudah berpuluh tahun bekerja di tailor yang sudah menjadi langganan keluarga besar Widjaja. "Saya tidak pernah menyangka kalau saya masih diberi kesempatan untuk mengukur dan menyiapkan suits untuk pernikahan Anda," Leo menyapa dengan ramah. "Paman pasti masih menganggapku anak kecil," Narendra terkekeh. "Kebiasaan orang tua," dengan hati-hati Leo mengarahkan Narendra yang ditemani Abimana dan Badi untuk berjalan ke bagian belakang yang lebih tertutup, "Rasanya baru kemarin Anda ke sini untuk pengukuran suits pertama. Bahan wol, warna kelabu. Three pieces dengan celana pendek." "Untuk ulang tahun pernikahan Papa dan Mama," Narendra menyambung, "Saya juga masih mengingatnya dengan baik, Paman." Selama beberapa saat Leo berdiri sambil menatap Narendra. Tatapannya penuh dengan kenangan bercampur kebanggaan. Dia sempat larut sebelum menyadari kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan cepat dia mengeluarkan