Share

30. Penjelasan

Aвтор: UmmiNH
last update Последнее обновление: 2025-04-19 10:14:00

An terkejut saat tiba di parkiran, terlihat Nadira masih ada di sana berdiri tepat di samping mobilnya. An kembali melangkah.

"Kamu ... kenapa belum pulang?"

Dira menarik nafas, tangan yang semula terlipat di dada kini menunjukan layar ponsel pada An.

"Ini apa maksudnya, Pak?"

"Apanya yang apa?"

"Bapak bilang les-nya di rumah Bapak? Jam 7 pagi?"

"Apa yang salah dengan itu?"

"Yang bener aja dong, Pak! Jam 7, apa gak kepagian? Sebenarnya saya ini mau les atau mau jadi art?"

"Dua-duanya juga boleh."

"Haish!" Dira kehilangan kata-kata, ingin memaki tapi tak berani lagi.

"Pak, saya mohon jangan bercanda," ucap Dira dengan mengiba sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Nadira," ucap An dengan nada lembut. Sesaat gadis itu terpaku, sedikit terpengaruh saat namanya disebut sebegitu lembut oleh pria berwajah tampan itu.

"Begini, saya tinggal sendiri, saya tidak pernah punya waktu untuk membuat sarapan. Jadi saya minta besok kamu sekalian buatkan saya sarapan lagi seperti ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    31. Keanehan Orang tua

    "Tunggu, maksud kamu ... Barang itu? Barang apa?" "Pura-pura gak tahu!" Dira mencebik. "Saya benar-benar tidak tahu.""Selain baju, Bapak beliin saya apa lagi waktu itu? Jawab jujur, Pak!" "Rok?""Terus?" "Dalaman?" tanya An dengan nada pelan."Aaaa!" Dira refleks memukulkan tasnya ke arah pria di sampingnya itu. "Itu ngaku! Dasar me sum!" pekiknya sambil terus memukul An tanpa ampun, mengabaikan ucapan pria itu yang terus meminta Dira berhenti. Tiba-tiba tas tersebut tak bisa ditarik lagi, Dira membuka mata dan mendapati An memegang tasnya. Sesaat tatapan mereka bertemu. "Nadira, jangan marah, dengarkan saya dulu. Pertama, waktu itu saya takut semua pakaian kamu basah, saya hanya mengkhawatirkan kamu. Kedua, bukan saya yang memilih benda itu, saya hanya bilang sama pegawainya pesan baju gadis sekitar usia 21 tahun, tinggi badan segini, berat badan sekitar segini, satu set lengkap! Hanya itu." Nadira menatap An dengan ekspresi yang tak bisa diartikan. "J-jadi ... " "Seperti i

    Последнее обновление : 2025-04-19
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    32. Les Pertama

    [Saya sudah sampai.] Tak lama setelah centang biru, pintu depan rumah di depan Dira terbuka. An muncul dengan pakaian casual yang lebih santai. Bajunya yang berlengan pendek membuat tangan kekarnya terpampang nyata. Dira yang baru melihat pertama kalinya langsung terpana, dosennya itu terlihat lebih gagah dan segar dengan penampilan seperti ini. "Ayo masuk," ucapnya setelah membukakan pagar. Nadira tak langsung masuk, ia mengedarkan pandang di tempat semula. "Pak, apa gak ada tempat lain yang lebih ... nyaman?" An mengerutkan kening. "Nyaman? Menurut kamu rumah saya kurang nyaman?" "B-bukan gitu, Pak. Tapi ... Ya gak enak aja kalo kita cuma berdua di dalam sana." "Nggak di dalam, kok, di sana saja." An menunjuk sebuah meja bundar dengan empat kursi di halaman rumah sebelah samping. Meja itu berada di tengah-tengah tanaman hias serta kolam ikan yang juga dihias sedemikian rupa. Bagian atasnya yang ditutupi lapisan bening membuat cahaya sang surya tetap dapat menembus, t

    Последнее обновление : 2025-04-19
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    33. Mendebatkan Istri Pak An

    Beberapa jam telah berlalu, Dira sedang membereskan semua barang-barangnya. "Em, Nadira?" "Ya?" sahutnya tanpa menoleh. "Sekarang kamu tolong setrika baju saya, ya?" Nadira langsung mendongak, menatap An dengan kening berkerut. "Nyetrika?" "Kenapa?" "Saya ... Saya gak bisa, Pak." "Kenapa gak bisa? Ada keperluan lain?" "Em, maksud saya ... Saya gak bisa nyetrika, Pak," ucap Dira sambil cengengesan. "Gak bisa? Jadi kamu harus belajar mulai sekarang." "Tapi, Pak--" "Saya gak mau dengar keluhan lagi." Dira mengerucutkan bibir, kemudian menghentakkan kakinya yang di bawah meja. "Pak! Saya ini asisten dosen, tapi kenapa di luar kampus juga harus kerja ini itu?" tanyanya mulai protes. An menyatukan jari-jari kedua tangannya di atas meja sambil memajukan badan, kedua matanya menatap Dira dengan tegas. "Siapa yang bilang kamu asisten dosen?" Dira gelagapan. "Terus?" "Kamu ... Asisten pri ba di saya." "Apa?" An menyunggingkan bibir melihat respon

    Последнее обновление : 2025-04-19
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    34. Jealous

    Nadira memakan banyak es krim dengan berbagai rasa. Ia yang kesal merasa sudah dipermainkan oleh pria itu sengaja mengada-ngada, meminta ini itu untuk memoroti uangnya. An menatap Dira dengan senyuman terpaksa, telunjuknya menggaruk pelipis melihat bungkus es krim yang sudah berserakan di tanah. "Nadira?""Hm?""Kamu ... Gak takut gemuk?" Nadira langsung mendelik. "Kenapa?""Kamu terlalu banyak makan es krim sekarang.""Aku gak peduli, bukannya gemuk itu lebih menggemaskan?" tanya Dira sambil tersenyum dan menarik turunkan alisnya. An tertegun, walaupun mungkin Dira melakukannya tanpa alasan tertentu, namun tetap saja mampu membuat An salah tingkah. "Bapak gak suka cewek gemuk?" "Em ... tergantung. Suka atau nggak itu gak bisa diputuskan.""Tinggal jawab, belibet banget." "Mungkin bisa dibilang ... kurang suka." "Oke!" Nadira malah semakin cepat menghabiskan es krim di tangannya, kemudian membuka es krim selanjutnya. An melotot. "Nadira, kamu ... " "Denger Bapak gak suka cew

    Последнее обновление : 2025-04-21
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    35. Ngelantur

    Sepanjang jalan Nadira uring-uringan, apa-apa yang ia temui langsung ditendang. "Kenapa ya, cowok itu bebas banget hidupnya? Udah nikah, tapi masih bisa ketemuan sama banyak cewek, pake dandan habis-habisan lagi. Sedangkan istrinya gak tahu ada di mana. Genit! Ganjen! Sok cakep!" "Sedangkan gue, cewek, ketahuan ngomongin cowok lain sambil ketawa-ketawa bahagia langsung ditegur sama nyokap gara-gara sudah punya suami. Haish! Kenapa hidup gini bener? Apa sebesar ini perbedaan antara cewek sama cowok? Dasar cowok gak tahu diri! Pantes banyak cewek yang menderita di muka bumi ini. Mungkin mentang-mentang punya wujud kaya Arjuna kalian, ya? Hah, apa untuk sekarang gue harus bersyukur punya suami limited edition yang pastinya gak bakal banyak tingkah dan gaya?""Arghh! Nyebelin!" Setelah puas mengeluarkan unek-uneknya, Nadira melambaikan tangan pada tukang ojek yang ia temui.***"Baru pulang, Nak?" "Gimana lesnya? Lancar?"Nadira lagi-lagi melihat gelagat aneh dari kedua orang tuanya.

    Последнее обновление : 2025-04-21
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    36. Ditolong Suami

    "Anand? Dira? Dira kenapa, Nak?" tanya Melati panik. "Nanti saja nanya nya. Ayo bawa Dira ke kamar," ucap Abram. Anand membawa Nadira ke lantai atas, di mana kamar perempuan itu berada. Pria itu langsung menutupi tubuh istrinya dengan selimut. "Dira kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Melati lagi. "Nadira mabuk, Ma." "Mabuk lagi? Kenapa bisa? Tadi dia pamit keluar sama temen-temennya. Mama kira ... " Anand memejam beberapa saat. "Maaf, Ma, Pa, saya tidak bisa menjaga Nadira." Melati dan Abram kompak menggeleng. "Jangan salahkan diri kamu, Nak. Nadira memang seperti ini dari dulu, hanya saja setelah menikah memang ini pertama kalinya dia mabuk lagi."Anand menatap Nadira yang masih terlelap dengan tatapan bersalah. Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang masih terengah-engah. "Ini salah Anand, Pa. Apa anand harus mengakhiri semuanya?" Abram dan Melati saling tatap. "Kelulusan tinggal dua bulan lagi, Nak, menurut papa lebih baik jangan sekarang. Bantu Nadira untuk mengal

    Последнее обновление : 2025-04-21
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    37. Nakal

    "P-pak, Bapak yakin mau makan di sini?" "Kenapa tidak? Kamu juga, kenapa makanannya malah diobrak-abrik begitu?" Nadira menatap siomay di depannya. Ia cengengesan seketika. Triana dan Yasmin yang baru muncul di pintu masuk kantin langsung mematung di tempat melihat pemandangan itu. "Yas, ini gimana?" "Kita nyari meja lain dong. Masa iya mau satu meja sama pak An." "Oke-oke." Triana dan Yasmin bejalan dengan tegak. "Na! Yas! Sini!" teriak Nadira saat melihat kedua temannya. Namun, kedua temannya itu malah cengengesan. "Lo duduk di sana aja, Ra, kita di sini. Kali-kali kita makan tanpa Lo," celetuk Yasmin.Nadira langsung membelalak mendengar ucapan asal tersebut. Gadis itu sudah bangkit dari kursi hendak menghampiri teman-temannya, namun Anand menahan tangannya dan memaksa Dira kembali duduk."Siapa yang melewatkan sarapan saya?" Nadira mengerucutkan bibir. "Saya." "Jadi sekarang temani saya makan. Diam!" Nadira memejam sambil menarik nafas. Tiba-tiba pikiran jahil muncul d

    Последнее обновление : 2025-04-21
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    38. Berdebat

    Tok tok tok!"Masuk!" Nadira melongokan kepalanya terlebih dulu sebelum benar-benar masuk. Terlihat An sedang begitu fokus dengan pekerjaannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" "Duduk dulu." Nadira duduk di kursi dengan santai, tak menyadari kalau kini ada bom waktu yang siap meledak untuknya. "Tolong belikan saya obat diare." "Bapak diare?" An melirik dengan sengit."Oh, iya, ya. Gara-gara tadi, ya?" Dira cengengesan. "Ini uangnya. Kamu harus kembali dalam waktu 10 menit." "Sepuluh menit? Pak, warung kan--""Dimulai dari sekarang." Nadira berdecak, semua omelannya terpaksa harus ia pendam terlebih dulu dan segera berlari keluar dari ruangan. Bagaikan sedang dikejar anjing, Nadira berlari terbirit-birit hingga berkali-kali hampir menabrak orang. Brak! Nadira menyimpan obat di atas meja An. Nafas gadis itu tersengal-sengal, tangannya memegangi dada yang terasa sesak. "Terlambat dua menit." "Cuma dua menit, yang penting sekarang obatnya sudah ada, kan? Bapak bisa minum se

    Последнее обновление : 2025-04-22

Latest chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    55. Sensi

    "Kamu punya teman kecil secantik itu, Anand. Kenapa nggak jatuh cinta sama dia?" Anand masih membisu, tatapannya lurus ke depan jalan."Menurutku cantikan dia daripada aku." "Tidak menurutku." Nadira mengulum senyum. "Kamu ngucapin itu dengan sadar, kan, Anand?"Anand tak menyahut."Badannya juga bagusan dia daripada aku. Dia--"Anand ngerem mendadak, membuat Nadira terdorong ke depan. "Anand! Kebiasaan!" pekiknya sambil merapikan rambut. Dengan cepat Anand menarik Nadira dan memainkan bbir istrinya dengan dalam. Beberapa saat berlalu, Anand menatap Nadira dengan lekat. "Berhenti membicarkaaln dia. Bagiku kamu yang paling indah." Nadira mengedip pelan, lalu lama-kelamaan mengulum senyum. "Bisa aja!" "Aku serius. Di mataku perempuan lain semuanya sama, cuma istriku yang berbeda."Nadira semakin tersipu malu. "Udah-udah, lanjutin lagi jalannya. Aku udah kenyang dengan pujian seperti itu.""Kenyang?""Iya. Dulu aku ini bintang besar di kampus. Semua orang pasti pernah mendengar na

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    54. Membongkar

    "Kenapa kamu masih di sini?" tanya An tajam."A-aku ... " Tatapan Nadine terarah pada tangan yang sedang saling bertaut. "Anand ... A-aku tidak percaya kamu seperti ini," ucapnya dengan mata berkaca. Anand membuang muka. "Dan sekarang kamu harus percaya. Ayo!" Pria itu menarik Nadira."Anand tunggu! Kamu harus jelasin dulu semuanya sama aku. Anand!" Kejadian itu menarik perhatian banyak orang. Nadine menghadang Anand, membuat orang-orang mulai berkumpul memperhatikan mereka. "Aku gak percaya kamu ... kamu main-main sama dia?"Anand menarik nafas, kemudian menoleh ke arah Nadira. "Sepertinya kita harus mengumumkannya sekarang, Yank." "T-tapi, Pak, apa gak nanggung?"Anand berdecak kesal. "Kamu ini, situasinya sudah seperti ini masih mikir nanggung apa nggak?" Melihat Anand San Nadira ayang saling berbisik membuat hati Nadine semakin terbakar. Perempuan itu pun mendekat dan menarik Nadira hingga terlepas dari pegangan tangan Anand. "Wanita murahan! Gatal! Penggoda! Berani-berani

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    53. Tingkah Absurt Nadira

    "Apa maksud kamu?" "Gue ngingetin Lo!" "Apa hak kamu?" "Gue istrinya." Nadine tertegun sesaat. "Istri?" "Ya!" Gadis itu menyibakkan rambut layaknya bintang ikan shampo di tv."Bohong! Mana mungkin Anand menyukai gadis bar-bar seperti kamu.""Terserah deh.""Kenapa kamu sok dekat sekali sama Anand?" tanya Nadine lagi. Nadira Memutar bola matanya dengan muak. "Denger, ya, hubungan gue sama pak An itu gak bakal bisa dijangkau sama otak seperempat Lo. Udah deh, berenti ganggu gue.""Kamu cuma sekretarisnya, kan?" "Itu tahu!" Nadira melotot. Ia kesal luar biasa, merasa Nadine sengaja muter-muter untuk menguji kesabarannya. "Dan saya juga tahu kamu sudah menikah. Jadi saya peringatkan, jangan merusak citra Anand dengan sifat gatal mu itu." Nadira menghela nafas. "Terima kasih untuk pujiannya. Saya permisi." Nadira membungkuk sambil melebarkan roknya. Sepanjang jalan, Nadira terus bersungut-sungut "Kurang ajar! Dia nyembunyiin temen secantik itu dari gue. Awas aja kamu Anand! Gue r

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    52. Kedatangan Nadine

    "Anand, sekalian ambilin tasku!" teriak Nadira yang masih duduk di kursi meja makan. "Siap, Sayang." Nadira tersenyum, kemudian menghabiskan susu di gelasnya. Melati dan Abram pun tak bisa berhenti mengukir senyuman melihat kemajuan yang terjadi dalam hubungan anak dan menantunya. Tak lama kemudian Anand sudah kembali dengan membawa dua tas. "Sini!""Biar Mas aja yang bawa," sahut Anand. Nadira pun mengulum senyum dan segera berpamitan pada kedua orang tuanya. Melati dan Abram sampai-sampai bertahan di teras hingga mobil yang Anand kendarai tak terlihat lagi. "Mama sangat bahagia, Pa." "Tentu saja, orang tua mana yang tidak bahagia melihat anaknya bahagia?"***"Kamu pokoknya harus bantuin aku bikin skripsi, dan jangan bantuin orang lain." Anand yang sedang menyetir pun tersenyum dan menoleh. "Jangan khawatir, Mas cuma bakal bantuin kamu." Nadira mendelik sambil mengulum senyum. "Hilih, yang pengen dipanggil 'mas'." "Iya dong. Ayo, mulai sekarang panggil aku Mas. Mas pengen

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    51. Cieee ... Unboxing

    Sesaat keduanya saling tatap, dan tanpa diduga Anand langsung mendorong Nadira hingga telentang dan segera menarik selimut."Aaaa lepas! Apa yang kamu lakukan Anand? Berhenti! Dasar cabu--""Ssttt!" Anand membekap mulut istrinya. "Kamu ini! Apa gak bisa tenang sedikit? Malu kalau didengar mama atau papa." Beberapa saat keduanya saling tatap dalam cahaya remang-remang tersebut. Gadis itu mengedip degan cepat. "Tenang saja. Oke?" ucap Anand setengah berbisik. Nadira mengangguk patuh. Perlahan-lahan Anand melepaskan bekapan tangannya. Suasana hening seketika, keduanya seolah menggunakan mata untuk mewakili lisan, mencoba saling mengerti isi pikiran dan hati satu sama lain lewat tatapan."Aku mencintaimu, Nadira. Cuma kamu perempuan yang ada di duniaku." Nadira tak sanggup berkata-kata. Lidahnya terasa kelu, dadanya berdegup kencang. Apalagi saat melihat tatapan Anand yang ia rasa semakin berbeda. Penuh damba dan pengharapan akan sesuatu yang selama ini tak pernah ia berikan sebagai

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    50. Balas Dendam

    "Shena?" tanya Anand dengan kening mengernyit."Masih pura-pura gak ngerti." Nadira mendengkus.Anand menerawang jauh, mencoba mengingat-ingat kejadian mana yang melibatkan nama itu hingga membuat Nadira semarah ini. Hingga kemudian pria itu berdecak sambil menyandarkan kepala. "Ya ampun, Dira. Sejauh itu pikiran kamu? Aku bahkan sudah lupa kejadian itu. Tapi kamu? Apa kejadian seperti itu sangat penting bagi kamu sampai terus teringat sampai sekarang?" Nadira mencebik. "Lupa ... Lupa! Sama kejadiannya lupa, tapi sama orangnya nggak, kan?""Nadira, Shena itu cuma kenalan aku. Dia ngajak kerja sama buka usaha, tapi aku menolaknya.""Terus?" "Apanya yang terus?" "Ya terus sekarang kalian terlibat apa lagi?" "Ya sekarang gak ada apa-apa. Aku udah gak pernah hubungan lagi sama dia. Dia juga tahu aku sudah menikah.""Bohong!" "Loh, kok?" "Jelas-jelas kemarin juga kamu teleponan sama dia, kan?" "Kemarin? Kapan, Dira?" "Yang kemarin pas di kamar!" "Astaga Diraaa ... Dira!" Anand te

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    49. Masih Ngambek

    Semua mahasiswa di semester akhir mulai sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki sesi pembuatan skripsi. Termasuk Nadira dan teman-temannya. Setiap hari selalu menghabiskan waktu di perpustakaan dengan bermacam-macam buku di atas meja. Jika pun harus nongkrong di tempat lain, buku kini menjadi benda yang wajib ada di tangan mereka."Nadira, pak An nyariin kamu." Nadira menoleh pada Marvel, lalu mengangguk menanggapi informasi yang temannya itu berikan. Namun, dalam benaknya tak ada niatan sama sekali untuk menemui dekannya itu. "Diraaa ... Lo rajin banget akhir-akhir ini. Mendadak tekena virus kutu buku kaya gini," celetuk Yasmin begitu kembali dari warung. Nadira tak menggubris dan tetap fokus pada buku di tangannya. "Ra, ini minum dulu." Nadira menatap minuman dingin yang dibawa Triana. "Makasih, Na. Cuma Lo yang perhatian sungguhan sama gue.""Apa? Dan gue ...? Lo ... Lo menyepelekan kasih sayang gue, Dira. Kejamnya!" ucap Yasmin dengan terisak palsu."Banyak drama Lo!""Tapi ka

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    48. Benci Tapi ... Ahem-ahem!

    Nadira yang baru masuk ke kamar langsung mematung di depan pintu saat mendapati Anand sedang menelepon sambil membelakanginya. Hatinya mendadak bergejolak. Pria itu langsung mematikan panggilan dan berbalik, menoleh ke arah Nadira. "Kenapa langsung dimatiin? Takut gue denger, ya?" tanya Nadira penuh selidik."Sudah selesai." "Masa? Bukannya takut gue ganggu?" Anand mengerutkan kening. "Kamu itu kenapa? Curiga? Tadi tuh cuma--""Udah-udah! Gak usah repot-repot ngejelasin. Gue gak peduli!" jerit Nadira sambil menutup kedua telinga. Anand menghela nafas. "Mereka sudah pulang?" tanyanya mengalihkan topik.Nadira mendelik acuh. "Apa urusannya sama kamu?" "Kamu mengurung suamimu seharian di sini dan sibuk dengan mereka. Bahkan kamu tidak datang melihat keadaanku sekalipun, apa aku ingin sesuatu, atau butuh sesuatu. Benar-benar gak peduli." Anand merajuk.Nadira mengangkat kedua alisnya dengan acuh dan dengan santai berjalan menuju lemari. "Kamu dengar aku, kan?" "Hah ... Siapa juga y

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    47. Suami Yang Nadira Sembunyikan

    "Tatap mata gue, Ra. Jawab, apa yang Lo sembunyiin di kamar Lo dari kita?"Nadira yang mulai mengerti langsung melepaskan kedua tangan Yasmin dari pundaknya, kemudian memalingkan wajah ke arah lain. Namun lagi-lagi Yasmin memegang kedua pundak Nadira dan memaksa Dira menghadap ke arahnya. "Jawab, Ra!"Nadira berdecak sambil memejam. "Gak ada apa-apa, suer!" "Boong, Lu!" "Serius, Yas!" "Ya udah kalo gitu, gue mau ke kamar Lo." "Eeeetttt!" Nadira menarik Yasmin yang sudah berjalan menuju pintu. "Nah, kan? Lo takut, kan, kita ke kamar Lo?" "Y-yaa ... Tapi ... Gue gak maksud nyembunyiin apa-apa dari kalian. Gue cuma belum siap aja, oke? Nanti juga kalian pasti tahu." "Apakah itu?" selidik Yasmin masih tak menyerah. Triana yang sedari tadi tak ikut ribut mulai mempunyai dugaan. Ada kemungkinan memang benar yang tadi sempat ia lihat di balkon kamar Nadira itu memang kakak sepupunya, yang tak lain adalah suaminya Nadira. Semula Triana mengira itu hanyalah bayangan karena hanya melih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status