Bab 58 Namun Rio menggeleng. "Tidak. Semua itu murni berasal dari Om Danu. Aku hanya memanfaatkan situasi yang ada. Kebetulan saja suamimu menerima tawaran Om Danu. Seandainya suamimu tidak menerima tawaran Om Danu, mungkin aku akan memikirkan cara lain," ujar Rio. "Aku kecewa sama kamu, Rio. Aku sudah bercerita banyak hal sama kamu, tapi kamu sama sekali nggak bisa memahaminya. Kamu nggak ngerti perasaanku." Dia pun bangkit, lalu segera berjalan menuju pintu. "Tunggu, Na. Tunggu!" Lagi-lagi Rio menjalankan roda kursinya dengan kedua tangannya. Namun bagaimanapun cepatnya ia berusaha menjalankan kursi rodanya, tetap saja langkah Hanina lebih cepat. Saat ia sudah kembali berada di teras, perempuan itu sudah lenyap dari pandangannya. Rio mendesah kecewa. dia meraup wajahnya kasar, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri, menutupi ketidakberdayaannya. Sekarang hubungannya dengan Hanina semakin memburuk, padahal seharusnya momen kecelakaan ini bisa ia gunakan untuk kembali mendekati Han
Bab 59Namun setelah memikirkan berulang kali, Akmal memilih untuk diam. Lagi pula urusan video itu sama sekali tidak berpengaruh baginya, karena Hanina seakan juga tidak peduli. Komunikasi dengan Hanina masih berjalan lancar dan Akmal berusaha menutupi semua itu dari pengetahuan orang-orang. Setiap ia menelpon istri keduanya, selalu saja saat ia berada di rumah.Risty masih saja sering berkunjung ke rumahnya, tetapi Akmal selalu punya cara yang baik untuk mengusir perempuan itu tanpa membuat Risty merasa diusir.Seperti sore ini, di saat Risty memaksa untuk ikut pulang bersama dengan mobilnya. Akmal justru menuruti. Dia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, singgah sebentar di warung makan, lalu meluncur menuju kediaman perempuan itu."Kamu tidak suka aku berada di rumahmu?" tebak perempuan itu. Mereka kini sudah berada di depan bangunan besar tempat Risty tinggal."Aku sudah mengatakan itu berulang kali, dengan cara yang baik, juga dengan cara yang tidak baik. Akan tetapi kamu se
Bab 60"Menurutmu, jika sudah sampai sejauh ini, apa yang harus aku lakukan?" bisik Akmal. Suasana di ruang sidang ini cukup ramai. Sidang memang akan segera dimulai dengan agenda putusan hakim. Hari ini juga mereka akan resmi bercerai, sementara surat cerainya akan segera diberikan setelah penggugat dan tergugat melengkapi semua dokumen yang diperlukan."Aku tidak menyangka kamu seserius ini. Kenapa kamu bersikeras menceraikanku? Apa kurangku, Mas? Kenapa selalu saja Hanina yang menjadi prioritasmu? Padahal dia cuma istri kedua." Risty menyahut sembari berbisik pula."Dia istri keduaku, tapi tidak bertingkah macam-macam seperti kamu.""Dia sudah mendepakmu dari perusahaan, menarik akses keuangan rumah tangga kalian, dan....""Semua itu miliknya dan dia berhak mengambil kembali," tegas Akmal memotong. "Kita nggak perlu bahas itu. Sekarang fokus pada perceraian kita saja."Sidang segera dimulai dan akhirnya Risty bisa diam. Akmal menghela nafas. Dia mendengar dengan cermat kalimat yan
Bab 61"Kurang ajar! Kenapa aku tidak mengantisipasi hal itu?!" Akmal mengumpat. Dia melemparkan ponsel ke tempat tidur, kemudian segera menghampiri istrinya. Di bawanya sang istri masuk ke dalam pelukannya."Mas minta maaf, Sayang. Mas juga nggak nyangka kejadiannya kayak gini. Mas pikir mereka akan berhenti berbuat onar lantaran sudah gagal membuat Mas dan Risty kembali rujuk. Tapi ternyata...." Pria itu mengusap wajahnya kasar, lalu mengeratkan kembali pelukannya pada sang istri."Aku nggak tahu harus bilang apa, Mas. Sekarang aku nyerah. Aku nggak bisa lagi menutupi masalah rumah tangga kita. Papa dan Mama pasti akan tahu....""Iya, semua akan tahu. Itulah kenapa Mas minta maaf." Pria itu mendesah. Kepalanya berdenyut-denyut. Urusan ini bakalan panjang karena keluarga Darmawan pasti tidak akan tinggal diam.Dan benar saja. Ponsel Hanina kembali berdering."Kalian pulanglah kemari. Papa tunggu di rumah." Suara Darmawan sangat kentara menahan emosi.Sepasang suami istri itu kembali
Bab 62"Maaf, aku nggak bisa membela kamu di hadapan Papa. Aku sudah memberimu banyak kesempatan, Mas, tapi kamu nggak menggunakannya, dan akhirnya jadi seperti ini. Aku hargai semua usaha kamu untuk memperbaiki hubungan kita, tapi endingnya memang harus seperti ini....""Ini bukan ending," sergah Akmal. Jemari pria itu kembali membelai pipi istrinya yang basah. "Suatu saat aku akan kembali lagi sama kamu. Itu pun jika kamu masih setia menungguku.""Aku tidak tahu apa aku bisa. Sekarang Papa sudah tidak bisa lagi diajak kompromi." Isakannya masih terus terdengar, meski lamat-lamat.Keduanya kini duduk berdua di teras dengan tubuh saling berhimpitan, menyalurkan kasih sayang yang menyala di dalam dada. Akmal yang menyadari kesalahannya, dan Hanina pun yang sudah memaafkan. Namun kini hubungan keduanya harus kembali mengalami masa surut, lantaran kekecewaan seorang ayah yang tidak terima putrinya dibohongi."Tapi aku pergi untuk berjuang, Nin.""Aku tahu, tapi itu tidak akan bisa melulu
Bab 63Tiba-tiba saja rasa rindu itu kembali membuncah, bahkan serasa ingin meledak. Rasanya baru kemarin ia memeluk istrinya terakhir kali saat ia diusir oleh mertuanya. Meski Hanina menangis, tetapi ia menguatkan hati karena merasa tidak punya muka lagi untuk tinggal di sana. Dia cukup tahu diri. Dia yang salah lantaran sudah membohongi keluarga itu. Hanina mungkin masih bisa memaafkannya setelah ia memperlihatkan surat cerainya dengan Risty, tetapi tidak dengan Darmawan dan Liani. Cukup wajar memang, karena tidak ada orang tua yang akan rela anaknya dibohongi, lain cerita jika mereka menikah, dan Hanina secara sukarela bersedia dijadikan sebagai istri kedua."Iya, istrimu. Bagaimana kabarnya sekarang? Kamu nggak pernah bercerita apapun lagi tentang Hanina," sahut om Danu."Kami nggak pernah lagi saling berhubungan, Om. Aku tidak tahu kenapa Hanina tidak bisa dihubungi lagi sejak kejadian itu," keluh Akmal, mendesah pelan, lalu meraup wajahnya kasar dan akhirnya ia melepas toga di
Bab 64"Benar sekali, Mas," angguk Akmal. Lantaran lama tidak lagi berkomunikasi dengan Hanina, membuat Akmal ketinggalan berita dan perkembangan tentang keluarga istrinya itu. Dia sudah berusaha untuk menghubungi Hanina, tetapi akses sudah tertutup. Termasuk media sosial perempuan itu dan juga media sosial milik PT Hanina Indo Textile. Akmal pun pernah mencoba untuk menghubungi Darmawan dan Liani melalui akun media sosial mereka, tetapi tidak ada respon sama sekali. Malah akun media sosial Akmal mereka blokir.Akmal tidak habis pikir, mengapa keluarga Darmawan bisa sekejam itu. Apakah kesalahannya sama sekali tidak bisa dimaafkan? Kenapa mereka tidak memberikan kesempatan kedua untuknya?Dua tahun yang lalu Darmawan memberi syarat, bahwa Akmal akan bisa kembali berkumpul dengan Hanina asalkan ia sukses. Tapi kenapa sekarang mereka mengingkari janji?Entah apa penyebabnya. Apakah sebenci itu mertuanya kepadanya, sehingga tidak membiarkan Akmal mengikuti perkembangan keluarga mereka?
Bab 65Sari tidak bisa menjawab. Tentu saja ia tak berkutik. Sudah dua tahun mereka tak pernah lagi mendengar kabar soal keluarga Darmawan. Perempuan paruh baya itu hanyalah seorang perempuan biasa yang tidak memiliki daya untuk memperjuangkan hubungan anak dan menantunya.Dia memang menyadari jika Akmal sangat mencintai Hanina, tapi apalah dayanya. Ini memang salahnya, karena dulu turut serta dalam rencana jahat itu. Dan sekarang inilah akibat yang harus mereka tanggung.Karma itu ada.Dulu Hanina mencintai Akmal dengan begitu besar, tapi sekarang justru putranya yang harus patah hati lantaran kehilangan istri yang sangat dicintainya. Cinta yang baru Akmal sadari di saat sang istri tak bisa lagi dihubungi selama dua tahun terakhir.Dulu Hanina yang berjuang untuk mendapatkan restu dari papa dan mamanya. Tapi kini giliran Akmal yang harus berjuang untuk meraih cinta Hanina. "Mama hanya bisa mampu mendoakan, semoga kamu bisa bertemu kembali dengan anak dan istrimu. Mamamu ini bukan de
Bab 115" Nah tuh, bener kan? Sudah ada embrio rupanya. Selamat ya, Bu. Ibu positif mengandung. Usia kandungannya sudah 6 minggu," ujar dokter kandungan perempuan yang bernama Herlina itu.Percintaan panasnya dengan Akmal malam itu ternyata membuahkan hasil. Hanina kembali teringat dengan kejadian malam penculikannya. Seharusnya waktu itu Rio lah yang mengeksekusinya. Namun ternyata dia malah bercinta dengan Akmal. Sontak Hanina bergidik. Tak terbayangkan seandainya benih ini milik Rio. Pasti akan sangat rumit. Saat ini Rio sudah menikah dengan Risty.Perempuan itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mencerna kejutan yang diterimanya saat ini."Terima kasih, Dok." Hanina kembali bangkit dari tempat tidur setelah selesai pemeriksaan. Dia turun dari tempat tidur di dibantu oleh seorang perawat perempuan yang dengan sigap membawanya duduk di kursi berhadapan dengan sang dokter."Saya resepkan obat anti mual dan vitamin, dikonsumsi secara rutin ya, Bu. Semoga Ibu dan dedek bayinya sehat.
Bab 114"Baru beberapa bulan yang lalu, Bu," sahut Melati sumringah. "Saya nyaman bekerja di perusahaannya Pak Irwan. Sama seperti Ibu, beliau baik dan tidak pernah menekan saya untuk ini dan itu. Namun saya di tuntut harus mendampinginya kemanapun. Ya, mirip-mirip Daisy lah. Cuma beruntungnya, Daisy itu keponakannya Pak Irwan. Jadi aman deh.""Memangnya kenapa? Bukankah mendampingi bos kemanapun itu adalah tugas seorang sekretaris?""Iya, Bu. Tapi yang tidak enaknya itu rumor yang beredar di seputar kantor tentang kedekatan kami," curhat Melati."Memangnya ada apa?" Hanina lagi-lagi merasa tertarik dengan cerita Melati. Dia melambaikan tangan pada ibunya, dan Liani yang paham segera membawa Aqila dari pangkuan Hanina."Pak Irwan itu duda. Jadinya ya.... Bu Hanina bisa membayangkan lah." Wajah sumringahnya berakhir dengan senyum kecut. Melati tak bisa mengabaikan begitu saja tatapan para perempuan di kantornya yang terlihat begitu sinis bercampur iri. Walaupun duda, tetapi Irwan meru
Bab 113"Iya." Wajah Hanina kembali dengan mode serius. "Aku akui aku memang sudah memberitahu soal kalian yang akan menikah, lagi pula aku juga tidak mau menutup-nutupi masalah ini. Aku tidak mau dia terlalu berharap sama kamu.""Aku tidak mau tahu ya, tapi yang jelas aku tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali. Aku mau kita mentaati kesepakatan yang sudah dibuat. Bukankah itu juga yang kamu dan Akmal inginkan?!" tegas pria itu. "Kamu menekanku?!" Perempuan itu tersentak balas menatap Rio yang entah kenapa pagi ini tatapannya begitu dalam. "Aku tidak ingin membuatmu tertekan, tetapi apapun yang terjadi, kamu harus menangani dan bertanggung jawab. Kamu pastikan agar Dira tidak mengulangi hal yang merugikan dirinya sendiri." Rio bangkit, kemudian mundur selangkah. "Ya sudah, hanya itu yang ingin aku katakan. Sekarang aku harus pergi. Pekerjaanku hari ini sangat banyak."Hanina masih saja ternganga dengan sikap Rio yang dengan langkah cepatnya menghilang dari balik pintu kaca.
Bab 112"Adira, tapi Mas Rio menganggap kamu sebagai seorang adik, nggak lebih. Dia memang sangat baik sama kamu dan dia merasa kamu adalah saudaranya, di saat saudaranya yang lain tidak peduli. Kamu itu terlalu berharga. Ayolah Dira.... jangan seperti ini lagi ya. Kamu akan tetap memiliki cinta Mas Rio walaupun kami sudah menikah. Kamu nggak akan kehilangan Mas Rio," tutur lirih perempuan itu.Dia memang sengaja memancing dengan kata-kata adik, karena dia ingin tahu atau bagaimana tanggapan gadis itu. "Omong kosong! Kak Nina dan Mas Rio itu juga saudara angkat, tapi ternyata Mas Rio mencintai Kak Nina lebih daripada seorang adik. Kenapa itu tidak bisa berlaku kepadaku? Aku dan Kak Nina itu posisinya sama!" Gadis merengut. Bibirnya mengerucut. "Cinta itu tidak bisa memilih, Dira....""Nah bener, kan? Sebenarnya kalian memang saling mencintai, atau jangan-jangan kalian sudah ada hubungan lain di balik Kak Nina dan Mas Akmal?" tuduh gadis itu.Namun Risty menggeleng. "Enggak Dira. Aku
Bab 111Namun Rio malah menggeleng sembari memperdengarkan kekehannya. "Dia itu masih perawan, Ris. Bagaimana mungkin aku tega memerawani anak orang, terlebih adik angkatku sendiri. Dia akan menyesali seumur hidupnya.""Tapi aku pikir kamu bisa memanfaatkan...." Risty sengaja memancing atensi pria disampingnya ini."Aku bukan pria yang seperti itu. Jika aku mengetahui gadis itu masih perawan, aku tentu tidak akan mengajaknya untuk bersenang-senang. Kasihan. Lagi pula tak mungkin aku merusak adik angkatku sendiri. Dia itu gadis yang baik.""Baik katamu?! Tapi nyatanya dia ke klub malam....""Sepertinya dia ada masalah," bela Rio."Patah hati?" tebak Risty. Jemari lentiknya seketika membelai dada pria itu. "Jangan-jangan patah hati sama kamu?""Kemungkinan besar iya. Tapi aku juga tidak berani mengorek keterangan dari gadis itu. Aku hanya menyuruhnya istirahat dan jangan berpikir yang berat-berat. Setelah itu aku keluar dan pergi meninggalkan hotel. Semoga saja dia baik-baik saja di san
Bab 110"Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku nggak mungkin membatalkan rencanaku. Kamu itu berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik, Dira." Rio memejamkan mata sejenak, kemudian membuka keran dan membasuh wajahnya.Air dingin yang mengucur dan membasahi wajahnya sedikit mendinginkan suhu di tubuh Rio yang memanas akibat ulah Dira barusan. Setelah ia merasa lebih tenang, Rio pun keluar dari kamar mandi, lalu berjalan mendekati gadis yang tergolek di atas karpet itu. Dan dengan teramat hati-hati, Rio mengangkat tubuh Dira dan kembali merebahkan di pembaringan. Beruntung kali ini tampaknya Dira benar-benar tertidur, sehingga tidak bertingkah yang macam-macam."Kasihan kamu, Dira. Kenapa kamu harus jatuh cinta sama Mas?" keluh pria itu. Kondisi Dira membuat Rio benar-benar risau. Dia menjadi serba salah. Memang ini di luar kendalinya, tapi sebagai seorang kakak tetap saja Rio merasa bertanggung jawab dengan perasaan Dira."Ini bukan soal baik atau buruk, tetapi nyatanya Mas meman
Bab 109Waktu sudah mendekati tengah malam dan Rio masih tidak bisa tertidur lantaran juniornya yang tidak mau diajak kompromi. Berkali-kali ia menelan salivanya sembari mengerang lirih. Namun ia tak mau membangunkan Risty yang sudah lelap, walaupun jika ia meminta, perempuan itu pasti tidak akan keberatan untuk melayani kebutuhan biologisnya.Tidak.Dia sudah berjanji dalam hati untuk tidak melakukan itu, kecuali mereka sudah resmi menikah.Entah pikiran itu berasal dari mana, padahal baik Rio maupun Risty sama-sama menganut kehidupan bebas, yang berarti seks sebelum menikah bukan hal yang tabu.Akhirnya pria itu memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurny.a. Dia melepaskan lengannya dari kepala Risty dengan sangat hati-hati, lalu segera menyibak selimut dan akhirnya beringsut dari pembaringan.Setelah mengambil ponsel dari laci meja nakas, Rio keluar dari kamar, terus ke ruang tamu dan akhirnya sampai di pintu utama. Rumah ini memang tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu k
Bab 108Belum apa-apa, tapi Risty sudah berpikir ingin lari darinya. Apa sedemikian tidak berharga tawarannya, sehingga membuat Risty selalu mencari cara untuk menghindar dari berkomitmen dengannya? Pria itu seolah merasa hatinya dicubit-cubit. Akmal benar-benar beruntung dicintai dengan hebat oleh dua orang perempuan. Risty dan Hanina. Rio tak bisa membayangkan seandainya dua perempuan ini dulunya sampai akur dan memutuskan untuk tetap menjalani pernikahannya."Aku menyukaimu, Ris. Jadi tolong berhenti berpikiran suatu saat kamu akan pergi dariku. Sebuah pernikahan itu tidak mesti dengan diawali oleh cinta. Kita tidak perlu cinta untuk membuat sebuah rumah tangga. Kita hanya perlu sebuah kesepakatan.""Aku hanya mencoba untuk realistis, Mas, lagi pula kamu masih muda dan aku berpikir jika masih banyak wanita yang mau denganmu. Setelah hatimu lebih kuat dan lukamu sembuh, aku bisa pergi dari hidupmu dan kita akan kembali menjadi orang lain.""Bagaimana dengan perasaanmu? Kamu tidak
Bab 107"Ada apa sih? Kok main peluk-pelukan?" tegur Liani."Nggak ada apa-apa, Ma." Perempuan itu berdiri dan menarik sang mama untuk kembali bergabung dengan mereka. Liani memang terlambat sedikit masuk ke rumah ini lantaran ia memang harus benar-benar mengantar ketiga tamunya itu sampai mobil yang membawa mereka menghilang dari pandangan. Sementara Hanina dan papanya hanya mengantar ketiga tamu itu di depan pintu utama, bahkan setelahnya Hanina mengantar Aqila masuk ke dalam kamar dan membiarkan putrinya bermain sendirian di sana."Nggak apa-apa, Ma. Papa hanya menasehati Nina." Pria itu menggeleng penuh arti. "Papa nggak mau Hanina mencintai seseorang tanpa logika. Cinta itu perlu logika. Cinta itu bukan menyakiti, tetapi membahagiakan. Jika cinta tidak bisa lagi membahagiakan, berarti bukan cinta yang salah, tetapi cara kamu mencintai seseorang itu yang salah. Kamu berhak untuk bahagia dengan cara kamu sendiri.""Aku merasa Papa seperti kembali muda," komentar Liani setelah mende