"Jadi beneran kalian sudah nikah?" tanya Riri kembali memastikan pendengarannya akan cerita Alin. Riri mengajak Alin duduk di sebuah cafe yang menjorok ke arah laut di kawasan vivo city. Suasana cafe yang terbuka tersebut sangat asyik untuk mengobrol panjang kali lebar sambil di temani minuman dan camilan. Riri tahu Alin sangat menyukai laut jadi sengaja mencari cafe yang pemandangan laut. Sky Yuan duduk agak jauh dari Alin dan Riri. Sky memberikan privasi untuk Alin agar bisa mengobrol santai dengan Riri, tanpa merasa terintimidasi oleh kehadirannya. Sky Yuan memeriksa HP-nya, ada banyak laporan dari orang-orangnya juga ada info dari Mr. Philippe yang tidak sabar menunggu di rumah. Mr. Philippe mengatakan Alin menjadi target saingan bisnis Sky Yuan, masih orang yang sebelumnya memperhatikan Sky dan Alin bercinta di balkon resort Sentosa Island.Sky Yuan memperhatikan sekelilingnya, semuanya adalah orang-orangnya yang merupakan anak buah Nicholas, mereka menyamar tersebar di beberapa
Matsuyama Seiji yang Sky tahu tidak melakukan pekerjaan menculik atau hal menjual wanita. Dia hanya menerima tugas menghancurkan perusahaan atau memporak porandakan suatu negara dengan kemampuan hackernya yang dia di bayar sangat mahal. Akan tetapi tidak mudah untuk mengajak seorang Matsuyama Seiji bekerjasama. Jika dia tidak tertarik, tidak ada yang akan bisa memaksanya. "Apa hubungan Matsuyama Seiji dengan Alin? Apakah ... Arghh!!!" Sky Yuan semakin frustasi dengan pikirannya sendiri. "Bos, Nyonya Alin tidak ada terlihat turun dari cruise. Orang kita sudah mencarinya. Tidak ada jejak sama sekali" lapor anak buah Sky Yuan dari pemberhentian cruise melalui telpon selularnya ke Sky."Tetap lanjutkan pencarian! Sekecil apapun petunjuk, laporkan padaku" perintah Sky Yuan geram. Sky paling tidak suka jika kondisinya tidak berdaya seperti saat ini. Dia hanya bisa tunduk dan mengalah pada Alin, tidak kepada siapapun. Tapi kali ini dia di paksa untuk mengakui bahwa ada seseorang yang bisa
Seiji membawa Alin menikmati es cream yang terkenal di Singapura, es cream seharga 2 SGD. Ada banyak penjual yang berjualan es cream terkenal itu di pinggir sungai Clarke Quay. Clarke Quay adalah tempat nongkrong, ada banyak cafe dari yang biasa sampai mewah dengan pemandangan ke arah sungai atau gedung dan mall mewah di sekitarnya. Sangat indah di waktu malam, biasanya sangat ramai pengunjung turis atau penduduk lokal di sini. Baru saja Alin menerima es cream di tangannya, beberapa orang berpakaian hitam langsung mengelilinginya dan Seiji."Haha .... Kalian cepat juga. Aku baru akan mengantarkannya setelah makan es cream" sarkas Seiji menyapa kerumunan orang yang membuat pagar diri mengelilinginya dan Alin. Seseorang berjalan masuk ke dalam kerumunan dan memberikan salam tinju pada Seiji yang di sambut Seiji dengan mengacungkan tinjunya juga dan tertawa."Bagaimana kabarmu, Nic?" sapa Seiji pada pria yang menghampirinya, menyunggingkan senyum. Sang pria itu, Nicholas yang selalu ir
"Mari masuk Tuan, Anda sudah di tunggu Tuan Muda kami di ruangannya" ujar Mr. Philippe mempersilakan Seiji masuk dan langsung mengantarkannya ke ruang kerja Sky Yuan. Mr. Philippe mengetuk daun pintu ruangan kerja Sky Yuan sebelum membukanya. Terlihat Sky Yuan sedang berdiri di depan jendela besar membelakangi pintu masuk. Mr. Philippe segera menutup pintu kembali dan pergi meninggalkan Seiji yang berjalan santai duduk di sofa meskipun Sky Yuan belum mempersilakannya. "Jadi kamu menyelamatkan istriku dengan cara menculiknya? Katakan berapa yang kamu inginkan?" tanya Sky Yuan sambil membalikkan badannya dan menatap tajam ke arah pria yang duduk santai di sofa. Nicholas sudah memberitahukan Sky bahwa Alin menjadi target dari kepingan puzzle yang ingin menghancurkan Sky Yuan. Bertepatan dengan Seiji memang sedang berada di sana. "Kamu pikir aku membutuhkan uangmu?" sarkas Seiji dengan nada enteng. "Bekerjalah untukku" Sky Yuan berharap agar Seiji mau bekerja untuknya. "Jika kamu me
Alin terlelap cukup lama. Sky Yuan sudah memindahkannya tidur di tempat tidur. Ketika dia terbangun, tidak ada Sky di sampingnya.Alin mengintip ke kamar mandi, tidak ada Sky di sana. Alin berjalan keluar kamar pergi ke dapur dan melihat pria itu sedang memotong sayuran dan buah, kompor menyala. sepertinya dia sedang memasak. "Aku tidak tau kalau kamu bisa memasak" celetuk Alin memasuki area dapur. Sky tersenyum manis tidak menjawab pertanyaan Alin, sibuk mengiris tomat segar di talenan. Senyuman Sky yang sangat manis. Seketika Alin merasa, dia juga tidak memperhatikan jika Sky mempunyai senyuman yang sangat manis. Pikiran Alin travelling, pandangannya turun ke lengan kekar pria yang sibuk memotong sayuran timun di talenan. Dadanya yang bidang, pinggul berisi dan kaki yang panjang. Oh jangan lupakan warna matanya yang biru seperti langit biru. Tanpa sadar Alin menelan ludahnya."Sudah bangun? Duduklah, sebentar lagi ini matang" ucap Sky. Alin sedikit tergagap dengan pikirannya. Dia m
“Wifey, Kunci pintunya. Aku pergi keluar” chat dari Sky Yuan masuk ke HP Alin. Alin masih belum tertidur, dia kembali mengingat kenangannya dengan Seiji yang setiap hari berkata cinta, rindu dan sayang padanya. Tapi juga setiap saat mendorong Alin untuk mencari pria lain. Saking gilanya, Seiji pernah memperkenalkan temannya orang Brazil pada Alin agar Alin tertarik kepada temannya itu. Perasaan Alin yang di dorong oleh Seiji itu kembali menguak dan berdarah di hatinya, karena itu dia sangat kesal dan marah pada Sky. Alin tidak membuka pesan Sky tapi dia mendengar suara pintu berbunyi terbuka dan tertutup. Alin beringsut bangun dari tempat tidur, membuka kunci pintu kamarnya dan berjalan keluar. Alin tidak melihat Sky di ruang tamu juga dia gengsi untuk mengintip ke kamar tidurnya. Tiba-tiba sebuah lengan kekar langsung memeluk pinggang Alin dari belakang. Tanpa sempat menoleh, bibir Alin sudah di paksa terbuka untuk menerima ciuman yang ganas dari Sky Yuan. Sky Yuan baru melepaskan
Layaknya pengantin baru, Sky Yuan mengajak Alin pergi berbulan madu. Sky merahasiakan tempat bulan madunya dari Alin. Salah satu tujuannya adalah agar Matsuyama Seiji tidak mendahuluinya pergi ke lokasi yang menjadi tujuan Sky mengajak Alin. “Sky, Kita pergi sekarang? Kamu tetap gak mau kasih tau aku, kita mau pergi kemana?” “Sebentar lagi. Nanti sore dan kita masih ada waktu untuk …. ” Mata Sky berkedip genit memberi kode pada Alin sambil tersenyum. Sky sedang membaca laporan melalui tabletnya dan menulis beberapa poin di kertas kerjanya di meja kerja di ruangan tamu apartemen minimalis mereka. “Dasar bule mesum! Tiap hari, tiap malam kamu masuk mulu. Emang ga bosan ya? Pinggang ku pegel loh. Baru aja selesai di urut dah kamu goyang-goyang lagi. Ga kasian ya ama pinggangku?” Sungut Alin sambil tertawa. Dia kecup pipi suaminya itu gemas dan mencubit puncak hidung mancungnya. Tadi pagi bangun tidur, Alin memanggil jasa pijat online untuk memijat tubuhnya yang pegel dan lelah. “Kamu
“Och sky! Ini indah sekali!” teriak Alin tanpa malu-malu pada Sky Yuan saat mereka sampai di lantai 60 Five Jumeirah Village. Sky mengecup puncak kepala istrinya lembut. Energi bahagia dan ceria Alin sangat mempengaruhi moodnya. Energi yang selama ini belum pernah Sky Yuan dapatkan. Mr. Keith yang mengantarkan pasangan suami istri bucin itu ikut tersenyum bahagia melihat keantusiasan Alin dan betapa sang suami terlihat sangat mencintai istrinya. Mr. Keith segera keluar setelah menjelaskan beberapa info yang mungkin di butuhkan dan di perlukan pasangan itu, lalu ijin pamit undur diri. Mata Alin bersinar cerah melihat ke sekeliling Five Jumeirah yang terdiri dari 60 lantai dengan taman yang indah di setiap unit kamarnya. Pemandangannya benar-benar sangat indah dan unit kamar yang di tempati Sky dan Alin terlihat semakin berkilau dengan sinar matahari sore di Dubai. “Sky, kalau nginap di sini mahal ya?” bisik Alin perlahan. “Kamu mau menginap di sini wifey? Ga mahal kok, palingannya
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang