Alin dan Sky tiba di hotel tempat acara amal. Para pengunjung yang rata-rata dari kalangan atas itu sudah banyak berkumpul di ruangan yang di setting menjadi tempat acara berlangsung. Mereka menatap kedatangan Sky yang menggandeng Alin. Ada yang menatap takjub, kagum, sinis bahkan iri pada Alin yang entah bagaimana pilihan gaun yang di pilih Sky untuk Alin pakai malah semakin memperlihatkan perutnya yang membuncit. Siapapun yang melihat akan berpikir wanita yang bersama Sky tersebut sedang hamil. Meskipun belum ada pengumuman atau berita tentang pernikahan Sky Yuan yang mereka dengar selama ini. Tetapi melihat sikap dan tatapan mata Sky pada wanitanya pasti semuanya bisa berpikir itu adalah istrinya. Beberapa wanita muda berkumpul, mata mereka menatap iri dan benci pada Alin. Alin berusaha cuek dan bersikap santai. Membiarkan Sky yang terus menggandeng pinggangnya, membawanya duduk dan sesekali suaminya itu juga iseng meremas bokongnya. Untung cahaya lampu tempat mereka duduk sedikit
Setelah kepergian Alin ke kamar kecil, beberapa wanita muda terlihat mencoba mendekati Sky Yuan. Namun aura Sky terlalu dingin dan tatapan matanya sangat kejam sehingga mereka mundur dengan kesal tanpa sempat mendekati pria tampan yang seksi tersebut.Mereka sering mengundang Sky Yuan di pesta yang sengaja mereka adakan, akan tetapi tidak sekalipun Sky Yuan terlihat pernah menghadirinya. Mereka juga mengikuti Sky pergi ke bar atau cafe manapun yang pria itu datangi, tetap saja tidak berhasil menarik perhatian Sky pada mereka yang selain sangat cantik juga berasal dari keluarga kaya. Di antara para wanita itu ada yang sampai rela operasi selaput dara agar bisa dekat dengan Sky yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan para penggemarnya bahwa Sky Yuan hanya tidur dengan gadis perawan, kecuali Velisha yang berkedok sahabat dan Merlin yang berkedok sekretaris pribadi Sky. Jangankan Sky berbicara dengan mereka, membuat Sky menatap mereka aja, mereka tidak bisa.Tetapi berbeda dengan Veli
"Wifey, kamu ga papa?" bisik Sky langsung merengkuh tubuh Alin ke dalam pelukannya. Alin tidak tahu apa yang terjadi karena dia menutup matanya dan menolak membaca dalam pikirannya. Alin hanya melihat Riri yang meringis kesakitan karena punggungnya membentur keras dinding samping lift dan Mr. Rain yang sebelumnya mencekik leher Alin terpental ke belakang dengan bunyi gedebuk terdengar sedangkan Velisha masih di posisi duduk di atas karpet lantai seperti sebelumnya, bersandar di dinding sambil mencari sesuatu di dalam tasnya yang dia keluarkan seperti alat foreplay berwarna hitam. Gerakan Sky begitu cepat dan halus. "Wah, saya terlambat. Apa lagi yang bisa di bantu?" Keita muncul dari arah tangga darurat, berjalan ke arah Alin dan Sky. "Nene, tidak apa-apa?" tanya Keita pada Alin yang sepertinya masih terlihat bingung dan kaget akan kejadian yang barusan terjadi. Keita memberikan kartu akses pada Sky. Lalu Sky membopong tubuh Alin pergi, membawanya ke kamar yang kartu aksesnya bar
Alin gelisah dalam tidurnya. Setiap kali Sky bangkit melepaskan pelukannya, Alin akan segera terbangun. "Sky?" panggil Alin membuka matanya. Sky sedang menelpon berdiri di dekat jendela, langsung menghampiri Alin. Mematikan telponnya dan kembali memeluk istrinya itu di atas ranjang. "Maafkan aku, tidurlah. Aku hanya menghubungi Daffa." bisik Sky melabuhkan ciuman di puncak kepala Alin. Alin masuk ke dalam pelukan Sky, mendengar detak jantung suaminya itu yang seperti melodi nina bobo baginya. Tidak lama kemudian Alin pun tertidur pulas kembali. Sky tetap memeluknya beberapa saat sampai Alin benar-benar merasa pulas. Kemudian dia bangkit perlahan keluar dari kamar. "Dimana mereka?" tanya Sky pada Keita saat melihat pemuda itu berada di depan pintu kamarnya. "Di ruangan itu" tunjuk Keita pada salah satu ruangan yang pintunya tidak tertutup rapat. Terdengar suara erotis dan erangan bergema dari dalam ruangan memenuhi lorong hotel lantai tersebut. "Jo sudah melihatnya?" tanya Sky
Sky sudah di naikkan ke brangkar untuk di bawa masuk ke dalam helikopter dengan cepat. Mereka melarang Alin ikut masuk karena kapasitas kursi kurang. Benar, helikopter tersebut terdapat tulisan SOS bukan untuk membawa penumpang banyak. "Aku akan ikut dengan Sky, kamu jangan kuatir." ucap Nicholas menatap tajam para crew yang melarang Alin naik. Alin masih menggenggam erat tangan Sky meski Sky sudah berada di atas Heli. "Daf, titip adik iparku. Kei, singkirkan perempuan itu! Jo sudah tidak menginginkan sampah seperti dia lagi" Nicholas berpesan pada Daffa lalu berteriak pada Keita yang tetap berdiri jauh di pintu keluar-masuk rooftop mengawasi Riri dan para securiry hotel. Alis Alin bertaut, ingin mengatakan keraguan dalam hatinya pada Nicholas, tapi saudara kembar suaminya itu kembali meyakinkan Alin, semuanya akan baik-baik saja. Para crew juga sudah selesai memasang infus pada Sky. "Tenanglah, suamimu pasti kuat. Dia akan kembali padamu. Mandi dan sarapanlah dulu, aku tunggu ka
"Nona ... Ku mohon, makanlah sedikit" pinta Zia sambil meletakkan baki berisi makanan di meja samping sofa tempat Alin sedang duduk. Baki berisi sarapan dan makanan sebelumnya tidak ada Alin yang sentuh kecuali susu dan jus."Aku tidak punya tenaga untuk mengunyah makanan, Zia. Juga tidak bernafsu sama sekali. Katakan pada Alex, aku mungkin bisa minum jus buatannya. Maafkan aku, Zia. Bawa kembali makanannya" ucap Alin lirih.Alin menatap jauh ke luar jendela kamarnya. Infus masih menancap di atas tangannya. Rambutnya masih basah, Zia tadi sudah membantunya mandi. Alin seperti manusia tidak bernyawa, tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain penyesalan dan kesedihan yang mendalam.Janette rutin memeriksa keadaan Alin, meminta Dokter memberikan cairan infus nutrisi untuk Alin dan janinnya. Janette sebenarnya sangat kuatir namun di depan Alin dia berusaha bersikap tegar untuk menguatkan menantunya itu. "Aku akan membantunya" bisik Seiji pada Janette sambil melangkah masuk ke kamar Alin
Alin sedang tidur siang di kamarnya, ketika mendengar suara ribut di lantai bawah kediaman Yuan. Sejak Alin pergi ke asrama Sean dan pulang kembali ke kediaman Yuan, memaksakan diri menghabiskan makanannya, Alin sudah tidak di infus lagi. Zia sudah mulai aktif pergi ke sekolah, karena beberapa hari tidak pergi ke sekolah, menemani dan merawat Alin di kediaman. Saat Alin mau berjalan ke arah lift, Brook segera menghentikan Alin. "Nyonya Yuan, silakan kembali. Nyonya masih harus istirahat" ujar Brook sopan mempersilakan Alin agar kembali ke kamarnya. Akan tetapi Alin tidak kembali ke kamarnya, malah pergi ke perpustakaan dimana Alin bisa melihat siapa yang sudah datang ke kediaman Yuan dan menciptakan sedikit kehebohan. Terdengar suara Mr. Philippe yang menolak tegas dan meminta orang yang datang agar segera kembali meninggalkan kediaman Yuan. Akan tetapi petugas polisi yang datang ingin bertemu dengan Alin dan mengajukan beberapa pertanyaan pada Alin. "Kami akan segera pergi se
Alin memanggil Mr. Philippe ke ruang kerja Sky. Mr. Philippe akhirnya menceritakan seperti apa hubungan Mister Thomas Yuan, Papanya Sky, Mertua Alin yang awalnya bersahabat dengan Henry, Robert dan Wesley. Akan tetapi setelah kematian Mister Thomas Yuan, kedua sahabatnya yaitu Robert dan Wesley seakan berlomba-lomba ingin mendapatkan warisan Thomas Yuan yang memang jauh sangat kaya raya ketimbang mereka bertiga. "Jadi Henry, Robert dan Wesley bersahabat dengan Papa mertuaku dan untuk mempererat hubungan persahabatan mereka, mereka saling menanam saham sebesar 10 persen di perusahaan masing-masing? Begitu Mr. Philippe?" tanya Alin to the poin dengan sikap dan suara yang sangat tegas, jauh berbeda dengan sikap Alin yang biasanya yang cuek, santai dan terkadang manja serta sangat iseng pada Sky Yuan. Mr. Philippe sesaat terpana dan matanya berbinar menatap mata Alin yang juga ada senyum di tatapan matanya menatap Mr. Philippe. "Benar begitu Nona. Selama ini Tuan Muda selalu mengeluar
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang