Alin sedang tidur siang di kamarnya, ketika mendengar suara ribut di lantai bawah kediaman Yuan. Sejak Alin pergi ke asrama Sean dan pulang kembali ke kediaman Yuan, memaksakan diri menghabiskan makanannya, Alin sudah tidak di infus lagi. Zia sudah mulai aktif pergi ke sekolah, karena beberapa hari tidak pergi ke sekolah, menemani dan merawat Alin di kediaman. Saat Alin mau berjalan ke arah lift, Brook segera menghentikan Alin. "Nyonya Yuan, silakan kembali. Nyonya masih harus istirahat" ujar Brook sopan mempersilakan Alin agar kembali ke kamarnya. Akan tetapi Alin tidak kembali ke kamarnya, malah pergi ke perpustakaan dimana Alin bisa melihat siapa yang sudah datang ke kediaman Yuan dan menciptakan sedikit kehebohan. Terdengar suara Mr. Philippe yang menolak tegas dan meminta orang yang datang agar segera kembali meninggalkan kediaman Yuan. Akan tetapi petugas polisi yang datang ingin bertemu dengan Alin dan mengajukan beberapa pertanyaan pada Alin. "Kami akan segera pergi se
Alin memanggil Mr. Philippe ke ruang kerja Sky. Mr. Philippe akhirnya menceritakan seperti apa hubungan Mister Thomas Yuan, Papanya Sky, Mertua Alin yang awalnya bersahabat dengan Henry, Robert dan Wesley. Akan tetapi setelah kematian Mister Thomas Yuan, kedua sahabatnya yaitu Robert dan Wesley seakan berlomba-lomba ingin mendapatkan warisan Thomas Yuan yang memang jauh sangat kaya raya ketimbang mereka bertiga. "Jadi Henry, Robert dan Wesley bersahabat dengan Papa mertuaku dan untuk mempererat hubungan persahabatan mereka, mereka saling menanam saham sebesar 10 persen di perusahaan masing-masing? Begitu Mr. Philippe?" tanya Alin to the poin dengan sikap dan suara yang sangat tegas, jauh berbeda dengan sikap Alin yang biasanya yang cuek, santai dan terkadang manja serta sangat iseng pada Sky Yuan. Mr. Philippe sesaat terpana dan matanya berbinar menatap mata Alin yang juga ada senyum di tatapan matanya menatap Mr. Philippe. "Benar begitu Nona. Selama ini Tuan Muda selalu mengeluar
"Mom. kenalkan ini Irine. Temanku dulu sewaktu di Jakarta. Irine melanjutkan study nya bidang hukum ke Amerika dan sejak itu kami jarang komunikasi karena dia sangat sibuk. Irine, ini Ibu mertuaku, Janette" Alin memperkenalkan Janette ke Irine dan Irine ke Janette. Janette mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Irine yang di panggil 'Love' oleh Alin tersebut dengan hangat dan tersenyum ramah. "Halo Nyonya Janette" sapa Irine sopan. "Senang berkenalan denganmu, Irine. Mari kita bicara di meja makan" sambut Janette. Janette mengerling ke arah Alin dan menggedikkan sebelah alisnya naik yang di sambut Alin dengan kuluman senyumnya. Alin, Janette dan Irine menikmati makan malam sambil berbincang dan Alin bersama Irine masih melanjutkan mengobrol di ruang tamu. Nyonya Janette ijin ke kamarnya karena ada pekerjaan pribadinya yang harus dia selesaikan. "Rin, aku butuh bantuanmu" ucap Alin setelah berbincang lama dan berbasa basi ini itu, mengungkapkan tujuannya menghubungi sahab
"Keita, bawa aku ke tempat penjara Riri di tahan. Ada yang mau aku konfirm secara pribadi padanya" tutur Irine setelah berada di dalam mobil yang di kemudikan oleh Keita. "Hm" Keita menjawab singkat dengan deheman. Mobil yang dikemudikan Keita berhenti di depan kantor polisi, Irene langsung turun menuju polisi jaga di Ikuti Keita yang memakai topi untuk menutupi wajahnya karena sejak Keita di jadikan tersangka, dia tidak di ijinkan keluar dari kediaman Yuan seperti jaminan Janette kepada pihak kepolisian. Irine memperlihatkan kartu pengenalnya kepada polisi jaga, lalu salah satu polisi membawa Irine suatu ruangan di ikuti Keita yang tetap diam di belakang Irine. Keita bersandar di tiang jendela di bagian pojok yang minim penerangan. Sedangkan Irine duduk di kursi membelakangi arah pintu masuk. Tidak lama Riri masuk ke dalam ruangan di antarkan petugas polisi yang kemudian petugas tersebut berjaga di pintu. "Irine!?" pekik Riri senang saat mengetahui siapa yang menemuinya malam-m
Alin berada di dalam helikoper pergi mencari Sky dan Nicholas ke laut. Matanya nanar melihat ke arah laut di bawahnya, helikopter terbang sangat rendah dan dekat dengan permukaan laut. "Sky! Och itu Sky dan Nicholas! Tolong ... cepat angkat mereka!" Alin berteriak kencang akan tetapi suaranya seperti ada yang meredam, tidak bisa keluar. Alin melihat kesal ke sekeliling, tim SAR banyak yang menyebar menggunakan sekoci dan kapal mengelilingi permukaan laut namun tidak satupun yang mendengar teriakan Alin begitu juga pilot helikopter. "Tidak, tidak!! Sky ... Nic! Please ..." rintih Alin histeris saat melihat tubuh Sky ada di atas sepotong papan kayu sampan rusak dimana Nicholas terus memegang papan sampan kayu tersebut dan tubuhnya seluruhnya berada di dalam air, keduanya terombang ambing oleh ombak. Alin berniat terjun menggunakan tali untuk membantu menyelamatkan suaminya yang memejamkan mata dan Nicholas yang juga terlihat tidak sadarkan diri, dia sama sekali tidak peduli jika
Alin sedang membaca dokumen yang berkaitan dengan Riri di ruang kerja Sky ketika Seiji datang menyusulnya yang juga membawa dokumen di tangannya dan di letakkan di depan Alin. "Kata Mr. Philippe, kamu mau bertemu Riri? Kamu pasti membutuhkan ini" ucap Seiji lalu melangkah ke samping Alin yang duduk di kursi, ikut melihat membaca dan memperhatikan dokumen yang di lihat oleh wanita itu. Brook terus memperhatikan gerak-gerik Seiji di sekitar Alin, meskipun Nicholas belum di temukan dan tidak tahu kabar beritanya tapi Brook akan tetap memenuhi kewajibannya dalam menjaga dan melindungi Alin seperti perintah Nicholas padanya. "Kamu memata-mataiku!" sungut Alin menoleh ke arah Seiji saat dia melihat dokumen yang di berikan oleh Seiji padanya. "Ya, dulu aku memata-mataimu" Seiji duduk di kursi di depan meja Alin dan menumpukkan paha kanan di atas paha kirinya sebelum dia berbicara lebih lanjut. "Brook, katakan pada Alex untuk menyiapkan hidangan untuk malam ini. Aku berniat mengundang
Nicholas sampai di hadapan Sky Yuan yang sedang duduk di atas dipan kayu. Mata biru Sky menatap Nicholas namun mulutnya diam tidak berbicara. Sky memperhatikan keadaan di dalam ruangan berdindingkan bambu yang di rakit seperti sulaman. Ada meja, dua dipan dimana yang satunya sedang dia duduki. Sky kembali menatap ke arah Nicholas yang terpaku tidak berkedip memperhatikannya. "Kamu siapa? Apakah kamu yang membawaku ke sini? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Sky kepada Nicholas. Nicholas berjalan perlahan ke arah Sky, di pintu masuk Bapak Tua yang bernama Benz membawa teh hangat di tangannya dan meletakkannya di atas meja. Benz juga memperhatikan Sky lalu berpandangan dengan Nicholas. "Benz yang menyelamatkan kamu dan juga aku. Aku adalah saudara kembarmu, Nicholas. Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi?" ucap Nicholas sambil menarik kursi di dekat meja ke depan Sky Yuan. "Kembar? Siapa namaku? Apa yang sudah terjadi?" tanya Sky dengan kening berkerut menatap Nicholas. "Ya. k
Alin tiba di gedung perkantoran Yuan Corp setelah tadi menemui Riri di penjara selama tidak lebih dari 10 menit. Alin langsung memasuki ruang kerja suaminya, Sky di iringi oleh Irene di belakangnya. Seiji memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dan tidak ingin Alin tahu kemana dia pergi akan tetapi menjanjikan akan kembali ke kediaman Yuan di sore harinya. "Sampai kapan kamu akan diam Irine?" tanya Alin sambil duduk di kursi kebesaran Sky, menatap ke arah Irine yang duduk di seberang mejanya. Irine tentu saja tidak mengerti apa yang di maksud oleh Alin. Dia merasa baik-baik saja, tidak ada rahasia yang dia sembunyikan kecuali yang satu itu. "Aku pikir kamu tulus mencintaiku sebagai sahabatmu .... " lanjut Alin, menatap mata Irine lekat-lekat sambil menghela nafas. "Aku tidak mengerti apa maksudmu, Baby?" jawab Irine dengan gayanya yang cengengesan melirik Alin dan mengedipkan kedua bola matanya menggoda wanita di depannya itu. "Kamu dan aku adalah saudari se-Ayah, b
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang