Well Siapa yang kangen sama Sky dan Nicholas? Dah ketemu nih Sky dan Nic nya :D
Nicholas sampai di hadapan Sky Yuan yang sedang duduk di atas dipan kayu. Mata biru Sky menatap Nicholas namun mulutnya diam tidak berbicara. Sky memperhatikan keadaan di dalam ruangan berdindingkan bambu yang di rakit seperti sulaman. Ada meja, dua dipan dimana yang satunya sedang dia duduki. Sky kembali menatap ke arah Nicholas yang terpaku tidak berkedip memperhatikannya. "Kamu siapa? Apakah kamu yang membawaku ke sini? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Sky kepada Nicholas. Nicholas berjalan perlahan ke arah Sky, di pintu masuk Bapak Tua yang bernama Benz membawa teh hangat di tangannya dan meletakkannya di atas meja. Benz juga memperhatikan Sky lalu berpandangan dengan Nicholas. "Benz yang menyelamatkan kamu dan juga aku. Aku adalah saudara kembarmu, Nicholas. Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi?" ucap Nicholas sambil menarik kursi di dekat meja ke depan Sky Yuan. "Kembar? Siapa namaku? Apa yang sudah terjadi?" tanya Sky dengan kening berkerut menatap Nicholas. "Ya. k
Alin tiba di gedung perkantoran Yuan Corp setelah tadi menemui Riri di penjara selama tidak lebih dari 10 menit. Alin langsung memasuki ruang kerja suaminya, Sky di iringi oleh Irene di belakangnya. Seiji memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dan tidak ingin Alin tahu kemana dia pergi akan tetapi menjanjikan akan kembali ke kediaman Yuan di sore harinya. "Sampai kapan kamu akan diam Irine?" tanya Alin sambil duduk di kursi kebesaran Sky, menatap ke arah Irine yang duduk di seberang mejanya. Irine tentu saja tidak mengerti apa yang di maksud oleh Alin. Dia merasa baik-baik saja, tidak ada rahasia yang dia sembunyikan kecuali yang satu itu. "Aku pikir kamu tulus mencintaiku sebagai sahabatmu .... " lanjut Alin, menatap mata Irine lekat-lekat sambil menghela nafas. "Aku tidak mengerti apa maksudmu, Baby?" jawab Irine dengan gayanya yang cengengesan melirik Alin dan mengedipkan kedua bola matanya menggoda wanita di depannya itu. "Kamu dan aku adalah saudari se-Ayah, b
Kehadiran Irine membuat Alin jauh lebih rileks apalagi mereka juga saudari satu ayah dan Alin sangat paham bagaimana ketulusan Irine padanya.Daffa ikut merasakan tenang di dalam hatinya, melihat keakraban Irine dengan Alin."Daf, kenalkan ini Irine, saudariku," Alin memperkenalkan Irine pada Daffa."Welcome Nona Irine, salam kenal. Saya Daffa," Daffa mengulurkan tangannya yang di sambut Irine hangat."Akhirnya bisa bertemu Nona Irine secara langsung," lanjut Daffa yang di tanggapi dengan senyuman oleh Irine."Ya, apakah tawaran yang di kirimkan pada saya waktu itu masih berlaku?" tanya Irine berterus terang. Daffa melirik ke Alin yang di balas Alin dengan anggukan kepala.Mereka bertiga pindah duduk di sofa, "Tentu Nona, tentu masih berlaku. Kami akan menyiapkan surat perjanjian kerjasama Yuan Corp dengan agency Nona Irine secepatnya," tutur Daffa sopan yang di anggukin antusias oleh Irine.Mereka be
Alin bangun dinihari, sudah mandi dan langsung fokus membaca laporan yang di bawa Daffa dan Jonathan saat makan malam semalam. Janette juga memberikan laporan yang dia bawa dari Hong Kong untuk Alin."Jangan kuatir, Mommy dan mereka berdua akan melindungimu. Yang penting kandunganmu aman. Hem?" ujar Janette pada Alin saat melihat gamang di wajah Alin ketika melihat laporan-laporan di hadapannya.Alin membolak-balik lembaran demi lembaran laporan yang di berikan Janette juga laporan dari Jonathan dan laporan dari Daffa. Ada satu laporan lain yang terselip yang semalam belum ada. Alin membukanya dan isinya sangat relevan dengan tiga laporan yang sudah di baca Alin, bahkan laporan terakhir ini adalah kunci untuk perusahaan Sky bisa bertahan."Nona sudah bangun? Mau di buatkan sarapan sekarang?" Mr. Philippe mengetok pintu kamar Alin dan melihat Nona muda nya sudah rapi dan duduk di sofa membaca laporan."Hm, boleh aku minta zuppa soup dan mashed pota
"Semua kerugian Yuan Corp cabang Sydney semakin memburuk sejak kedatangan Merlin yang liburan ke Sydney di mana semua biaya liburan mewahnya di bebankan ke Yuan Corp untuk membayarnya karena Merlin memberikan data pribadi perusahaan Yuan Corp untuk menjaminnya. Untuk itu, saya sudah membekukan semua aset milik Merlin di Singapura maupun di luar negeri untuk menjadi milik Yuan Corp guna membayar kerugian yang sudah dia akibatkan kepada perusahaan," lanjut Alin yang kembali Brook bertugas memberikan kertas laporan kepada semua anggota Direksi. "Sepertinya Anda tidak tau dengan siapa Anda bercanda, Young Lady! Sky Yuan sekalipun, tidak akan berani memilih jalan yang Anda tempuh kali ini. Ku harap Anda tidak menyesali keputusan Anda!" ejek Mr. Robert seraya beranjak berdiri dari duduknya. "Tunggu, Mr. Robert. Saya masih ada perlu dengan Anda!" ujar Alin tegas, melirik Janette sekilas yang tersenyum tipis dengan mata berbinar menatap Alin. Brook membantu men
Seiji segera membawa Alin ke helikopternya di rooftop gedung perusahaan Sky Yuan, langsung menuju rumah sakit terdekat. "Baby ... Please bertahan. Aku tau kamu wanita yang kuat, please Alin. Kembali ... Melihat mu hidup meskipun bukan untukku, aku rela. please ..." Seiji berbisik berkali-kali di telinga Alin dan tetap menggenggam erat tangan wanita yang sangat dia cintai itu. Matanya berkabut. Para Dokter melakukan pertolongan pertama pada Alin, para suster memasang infus juga ada yang bertugas untuk menguras cairan lambung Alin dan ada yang membawa mesin EEG untuk memeriksa keadaan bayi dalam kandungan Alin. Dokter memberitahu keadaan bayi cukup stabil dan detak jantungnya kuat pada Seiji. "Alin, kamu dengar itu? bayimu sangat kuat dan bertahan. Ku mohon, kamu juga harus berjuang. Please demi bayi dalam perutmu dan anak kita, Sean. Please, Baby ..." rintih Seiji kembali di telinga Alin. "Kondisi pikiran Nyonya sepertinya sangat lelah dan sepertinya dia masuk ke alam tidur yang da
Alin akhirnya terbangun setelah dua jam di berikan suntikan darah Lucy, Istrinya Zhang, orang yang di panggil Seiji dengan sebutan 'Ketua'."Sky ..." panggil Alin saat merasakan tangannya di genggam oleh seseorang.Seiji mendongakkan wajahnya, menatap Alin penuh syukur dan senyuman."Ini aku. Terima kasih sudah kembali," bisik Seiji mendaratkan kecupan di kening Alin."Aku bermimpi tentang Sky," lirih Alin melihat ke sekeliling ruangan."Babyku, apakah baik-baik saja?“ Alin langsung meraba perutnya dan merasakan pergerakan bayi di dalam perutnya sangat agresif seperti bayinya juga sangat senang, mommynya kembali sadar."Dokter Dimitri yang menyelamatkanmu. Dia satu jam yang lalu sudah kembali ke Rusia setelah memastikan keadaanmu baik-baik saja""Och, sampaikan terima kasihku pada Dokter Dimi. Seiji, antarkan aku pulang ke kediaman Yuan" pinta Alin ingin mencabut selang infus yang terpasang di punggung tangannya.
Melihat Alin sangat menyukai sashimi dan bisa memakannya tanpa mual, Seiji memesankan kembali menu sashimi yang sangat Seiji hapal ikan apa saja yang menjadi kesukaan Alin. Tidak lupa Seiji juga memesan chawan mushi dan misho shiru nya."Aku mau nasi topping natto dan wakame salad," ucap Alin yang di senyumin Seiji, segera menambahkan apapun permintaan Alin.Seiji sendiri memilih pesan nikujaga, nasi dan sashimi sharing dengan Alin karena Seiji memesan sashimi moriawase yang porsinya jumbo dan terdiri dari berbagai macam jenis ikan dalam satu piring bulat besar."Apakah masih bisa makan dessert? Matcha ice cream mix kacang merah sepertinya lezat," tawar Seiji pada Alin setelah piring yang tadinya berisi menu pesanan mereka sudah berhasil mereka kosongkan.Alin duduk bersandar ke bantal dan baru memperhatikan tayangan televisi lokal Japan yang dari tadi hanya Alin lihat tanpa memperhatikan. Berita mengenai aset Omura Ken, Papanya Sachiko, mertuanya Seiji. "Hm, Matcha ice cream mix kaca
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang