Seiji berjongkok di hadapan Alin, meletakkan wajahnya di kedua lutut Alin. Apa yang dia dengar dari Alin bagaikan mendera hatinya dengan godam palu yang besar, menghentak dan menghancurkannya dari dalam. Seiji memang bukan anak laki-laki yang manja namun hubungannya dengan kedua orangtuanya sangat harmonis layaknya sahabat yang akrab. Papanya Seiji bersedia menjadi anak buah Omura Ken, Papanya Sachiko juga demi keamanan bisnisnya yang banyak tersebar di Tokyo dan juga merupakan orang yang paling banyak berdonasi di kelompok mafia Omura Ken. Sekarang mendengar Alin yang menyiratkan bahwa kedua orangtuanya di bunuh oleh Omura, membuat tubuh Seiji lemas seketika. Ada bara api yang menyala dalam urat nadinya, Seiji akan mengumpulkan bukti untuk menuntut balas atas kematian kedua orangtuanya. “Aku tidak ingin melihatmu lemah seperti ini di depan orang lain. Cukuplah hanya di hadapanku saja. Seiji … Ceritakan apa yang kamu ketahui tentang Sachiko, tentang helikopter ya
Janette baru saja akan membaringkan tubuhnya di atas ranjang saat merasakan nyeri di punggung belakangnya. Rasa nyeri tersebut seakan menjalar ke dada kiri dan ke perutnya, di tambah seseorang yang sudah berdiri menjulang dalam ruangan di hadapan Janette saat dia mengambil obat di dalam laci. "Nic! Nicholas!? Och kamu selamat anakku, dimana Sky?" teriak Janette tertahan penuh rasa haru luar biasa bisa melihat Nicholas dalam keadaan utuh kembali. "Di mana Alin? Kamarnya kosong!" tanya Nicholas mengabaikan pertanyaan Janette. Janette memeluk Nicholas erat-erat, hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Airmatanya membanjiri bahu Nicholas yang membuat Nicholas bisa merasakan keharuan dan kerinduan Janette padanya. "Maafkan Mommy, tidak pernah memelukmu seperti ini. Mommy mencintaimu dan menyayangimu sama seperti Sky. Katakan Sky baik-baik saja, Sky selamatkan? Mengenai Alin, Seiji membawanya ke Tokyo setelah Alin hampir sekarat di kantor. Sek
Setelah mendapatkan alamat kemana Seiji membawa Alin di Tokyo, Nicholas bersama anak buahnya langsung berangkat ke Tokyo menggunakan jet pribadi milik Sky. “Ku harap kamu bisa membawa Nona Alin kembali dan jaga hubungan baik dengan Seiji. Bagaimanapun dia yang sudah ada membantu Nona Alin di saat Nona down.” tutur Mr. Philippe pada Nicholas saat mengantarkan pria itu ke jet di rooftop. “Jangan kuatir, Mr. Philippe. Ohya rahasiakan keadaan Sky dari siapapun untuk saat ini termasuk kepada Alin nantinya.” jawab Nicholas tegas. ** Alin terengah dengan nafasnya yang masih memburu di atas sofa dan Seiji masih memeluknya erat-erat. Tubuh Seiji yang panas, liat dan kekar seakan ingin meleburkan tubuh Alin yang mungil. “Makasih Seiji, dan maafkan aku,” bisik Alin lirih membelai rambut Seiji yang ikal, panjang bergelombang dan tebal. “Aku yang meminta maaf padamu. Aku janji akan menjagamu dan tidak akan menyentuhmu sampai anak kita lahir dan kamu mau menerima kembali padaku,”ujar Seiji me
Seiji tetap menggenggam erat tangan Alin meskipun di bawah tatapan tajam dan amarah Sachiko padanya. Omura berdehem sebelum berbicara, “Bukankah dulu saya sudah pernah mengatakan padamu, kalau kamu bebas bermain wanita di luar sana asalkan jangan sampai Putriku mengetahuinya, Seiji?” Omura memberikan kode ke pelayannya untuk membawa Alin. Seiji memberikan tatapan tajam mematikan ke pelayan sehingga pelayan tersebut tidak berani untuk mendekati Alin dan Seiji. Seiji mengajak Alin duduk di sofa dan dia duduk di sebelah Alin dengan santai berhadapan dengan Omura dan Sachiko yang duduk berdampingan. “Jangan memancingku, Seiji!” dengus Sachiko yang melihat Seiji mengabaikan ucapan Papanya. “Memancingmu? Huh! Kamu pikir aku adalah pria bodoh yang bisa kamu perintah, Nona Muda?” jawab Seiji dingin tanpa emosi sedikitpun di suaranya. “Kamu sudah merasa hebat rupanya!” desis Omura menimpali putrinya. “Pelayan! Bawa perempuan ini pergi, kami sedang reuni keluarga dan dia bukan bagian dari
Bagaikan sepasang menjangan muda yang memasuki sarang singa, begitulah keadaan Alin dan Seiji yang berada di rumah Omura Ken, pemimpin mafia di Tokyo yang terkenal kejam dan melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya dan juga sangat memanjakan putrinya.Bunyi sentakan nafas dan darah memuncrat mengalir deras dari leher pelayan yang tadinya gemetar di pintu, sekarang tubuhnya jatuh tanpa ada tenaga yang mampu menopang tulang dan otot tubuhnya. Menghembuskan nafas terakhirnya di lantai berkarpet dengan mata terbuka lebar.Alin tetap memasang raut wajah datar melihat pemandangan di depannya itu apalagi Sachiko yang duduk di sofa di hadapannya tersenyum penuh kemenangan seakan yakin sebentar lagi Seiji yang dia kagumi akan menjadi boneka sex-nya. Mulut perempuan itu seakan penuh air ludah menjijikkan yang sepertinya mulai merembes di ujung bibirnya. Alin bahkan bisa membaca pikiran Sachiko yang sudah merasakan basah di celana dalamnya hanya dengan me
Omura merasa sangat kesal pada Alin yang seakan banyak tahu jika dirinyalah yang membunuh kedua orangtua Seiji. Tanpa menunggu ucapan Alin selanjutnya, tangan Omura sudah meraih pistol mini yang terselip dipinggangnya dan mengarahkannya pada Alin. Seiji yang melihat gelagat Omura, langsung melindungi Alin alhasil peluru timah panas itu melesak memasuki perut sampingnya."Tidak, please ... Seiji! Ku mohon, bertahanlah!" bisik Alin berusaha menahan darah yang mengalir deras keluar dari perut Seiji dengan tangannya.Tawa terkekeh menjijikkan terdengar dari mulut Omura Ken, sedangkan Sachiko terbahak-bahak sampai sudut kedua matanya mengeluarkan airmata."Apa? Kamu menyuruhnya bertahan, Jalang? Ketahuilah, menyuruh pria di hadapanmu itu bertahan hidup, sama aja dengan meminta dia siap untuk menerima penyiksaan selanjutnya. Sampai dia ... Mati!" ujar Sachiko nyaring di iringi tawa cempreng menusuk kuping seperti tawa kuntilanak bagi Alin.Alin belum pernah mendengar
Seiji muntah darah setelah mendapatkan tendangan bertubi-tubi di perutnya apalagi merasakan peluru semakin melesak masuk ke dalam pembuluh darahnya, perih dan sakit tak tertahankan.Dengan tenaga yang tersisa, Seiji berbalik dan melompat menendang pengawal yang mencekik leher Alin sekaligus dia tumbang saat pengawal Omura yang tadi menendang perutnya masih terus melancarkan serangan menubruk punggungnya dengan siku tajam lengannya.“Baby … Maafkan aku!”ujar Seiji tetap memeluk pinggang Alin dengan sebelah tangannya menopang agar Alin tidak jatuh ke lantai dan yang menyebabkan bahaya pada kandungannya. Melihat keadaan ini, Omura Ken melayangkan pisau terbang yang terselip di lengan bajunya ke arah Seiji. Alin menyingkirkan tubuh Seiji yang bersimbah darah ke samping dan melindungi Seiji dengan tubuhnya tanpa pikir panjang. Pisau terbang Omura menancap di punggung Alin. Pengawal Omura yang merasa sangat geram pada Alin yang sudah melayangkan jarum ke bagian vitalnya sebelumnya, menekan
Alin mendengar suara orang berbicara dengan aksen Singapura, suara deru berisik kesibukan kota dari kejauhan dan udara terasa hangat dengan aromanya yang lembab. Perlahan Alin membuka matanya. Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, ini adalah kamar tidurnya dengan Sky.Alin ingin bangun bangkit dari tidurnya, merasanya nyeri di punggung tangannya yang tertancap jarum infus. Akhirnya Alin menarik tiang infus dan berjalan ke balkon kamarnya, melihat para pekerja yang terlihat sibuk membersihkan halaman belakang kediaman Yuan yang luas dan banyak di tumbuhi pepohonan."Nona! Nona sudah bangun?" teriak Zia senang melihat Alin sudah siuman dari istirahatnya setelah menjalani operasi di Jepang dan di bawa dalam keadaan masih belum sadar ke Singapura lima hari lalu.Zia baru saja selesai membersihkan kamar mandi Alin, mengisi botol sabun dan shampoo juga mengatur handuk besar, handuk kecil di dalam kamar mandi, Zia yang bahagia tidak sadar sudah memegang tangan Alin dan mengayunkannya