Share

Tidak Peduli

Author: Ally
last update Last Updated: 2021-07-26 19:12:01

Jean kembali ke rumahnya dengan perasaan yang belum membaik, meski sudah banyak menghabiskan air mata dengan curhat pada Mia, tetapi dirinya belum juga merasa tenang.

Pikirannya kacau karena perbuatan Samuel yang begitu tega menuduhnya, padahal Jean tidak akan sampai hati melakukannya.

Mata yang sembab serta mood yang berantakan membuatnya tidak berniat keluar kamar sejak pagi, dia juga tidak berniat untuk ke kantor dan memilih bersembunyi dari keluarganya.

"Nona Jean?" panggil seseorang dari luar disertai suara ketukan pintu. Jean yang tengah termenung langsung tersadar, mengucek matanya lalu membuka pintu.

"Ada apa, Bi?" Jean bertanya dengan suara yang hampir habis, membuat Bi Sari bertambah khawatir.

Perempuan yang sudah hampir 30 tahun bekerja di rumah keluarga Arkan itu pun berucap, "Nona belum makan sejak pagi, apa Nona sakit?"

"Tidak, Bi. Aku ingin tidur saja hari ini." Lalu Jean tersenyum tipis.

Bi Sari menggeleng kecil sembari berkata, “Nona makan dulu, ya?”

Jean yang melihat raut muka Bi Sari yang penuh rasa khawatir pun memilih mengangguk, membuka lebar pintu kamarnya kemudian berjalan beriringin dengan Bi Sari menuju dapur.

“Tidak ada yang di rumah, kan?” tanya Jean memastikan.

Bi Sari menggeleng. “Nyonya tengah pergi ke butik dan tuan sudah pergi ke kantor sejak pagi.”

“Baguslah.”

***

Tak jauh berbeda dari keadaan Jean, Samuel pun sama berantakannya. Kalau kemarin dia masih bisa masuk kantor meski banyak melamun, tetapi sekarang dia tidak bisa kemana pun karena mengalami demam tinggi.

Ibunya yang tinggal lumayan jauh dari apartemen Samuel memilih menjenguk putranya yang tadi pagi menelpon dan memberi kabar mengejutkan tersebut, membuat sang ibu sampai buru-buru dan tak sempat menyiapkan bubur.

“Samuel, kenapa kamu bisa demam begini?” perempuan paruh baya itu meletakkan telapak tangannya pada pipi Samuel dan bertambah sedih karena suhu tubuh anaknya tak kunjung menurun.

Sang anak hanya tersenyum, mengelus tangan ibunya lalu berucap, “Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya terlalu lelah bekerja.”

 “Jangan bohong, kemarin Rio bilang padaku kalau kamu terlihat banyak pikiran sejak beberapa hari yang lalu. Kamu juga jarang ikut makan di kantor dan banyak melamun. Hanya kamu yang Ibu punya, Nak. Ibu tidak mau terjadi apa pun padamu.” Perempuan itu menampakkan ekspresi wajah yang paling membuat Samuel tidak bisa berkutik, membuat lelaki 26 tahun itu menghela napasnya panjang.

Samuel akhirnya berucap, “Aku benar-benar hanya terlalu lelah bekerja, Bu. Bulan lalu ada proyek besar dengan perusahaan dari Jepang dan itu sangat menguras tenagaku.”

“Serius?” tanya sang ibu memastikan. Dan saat Samuel mengangguk, ibunya pun tidak meminta penjelasan lagi. Dia tahu bagaimana karakter Samuel, anaknya itu akan tetap diam memendam perasaannya dan tidak mau melibatkan siapa pun.

“Baiklah kalau begitu, tetapi ingat, kapan pun kamu butuh tempat bersandar kamu bisa selalu mencari Ibu. Ada kalanya kamu tidak perlu menanggung semuanya sendiri, kamu bisa berbagi agar perasaanmu menjadi lebih baik.”

Samuel tersenyum lagi, mendudukkan dirinya lalu memeluk ibunya dengan erat. “Iya, Ibu. Terima kasih sudah bersabar dan tidak pernah meninggalkan aku.”

 ***

Dua hari berlalu sejak pertemuan Samuel dan Jean. Perempuan itu kini sudah lebih baik setelah beristirahat di rumahnya, justru sekarang dia merasa kesal karena masih saja kacau karena tingkah Samuel. Perasaan yang sudah berusaha dibuang jauh-jauh seakan percuma, sebab hanya dengan melihat wajah Samuel sudah berhasil membuat jantung Jean berdegup tak karuan.

“Aku sangat benci pada diriku,” ucapnya kesal.

“Kenapa benci pada dirimu?” sahut seseorang dari belakangnya. “Kau cantik dan pintar, kau juga berasal dari keluarga kaya.”

Jean memutar bola matanya malas. “Kau kenapa ada disini, Adrian?”

Yang ditanya terkekeh pelan, mengambil tempat di sofa ruang kerja Jean lalu berucap, “Aku kesini karena sudah masuk jam makan siang, ayo makan bersama.”

“Aku sedang tak nafsu makan.”

Adrian berdiri, berjalan menuju meja yang di tempati Jean lalu menarik tangan perempuan itu pelan. “Kau sendiri yang bilang ingin mencoba bersamaku, kemana semangatmu yang dulu?”

“Sudah lenyap saat kau menjadikanku bahan lelucon untuk teman-temanmu.”

“Hey, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku serius ingin mengenalkanmu pada mereka.”

“Kamu pikir aku bodoh, ya?”

Sebenarnya Jean tak begitu peduli pada alasan Adrian melakukan itu, tetapi mendengar dari cerita Julian kalau Adrian suka sekali bersaing, pasti ada maksud lain dari tindakan gegabahnya yang kemarin.

Adrian pun hanya tertawa mendengar ucapan Jean, dan perempuan itu semakin yakin kalau Adrian memang hanya main-main dengan hubungan mereka. Wajar saja, dia juga tanpa sadar menggunakan perjodohan ini sebagai pelarian dari Samuel dan baru menyadarinya saat Samuel menuduhnya kemarin.

“Aku mengaku kalau aku memang sengaja melakukan itu, tetapi aku juga tertarik padamu sebagai laki-laki. Aku hanya bingung dengan tingkah bodoh Samuel, dan aku merasa tertantang untuk memancingnya.”

Jean berdecih dengan tatapan mata penuh intimidasi. “Aku tidak peduli dengan tujuanmu yang sebenarnya, Adrian. Aku melakukan ini agar ayahku merasa tenang.”

***

Adrian melangkahkan kakinya keluar dari kantor Jean setelah mengantar perempuan itu ke ruangannya, sebuah senyum terukir jelas ketika dirinya kembali mengingat wajah kesal Jean karena sangat keras menolak ajakan makan siang bersama dari Adrian, tetapi pada akhirnya Jean mereka tetap pergi.

Senyum yang tadi begitu lebar tiba-tiba melebur bersama angin saat sebuah pesan dari sahabatnya masuk, pesan dari seseorang yang dia jadikan hiburan.

“Hm?” Alis Adrian terangkat naik saat lelaki itu membaca pesan Samuel yang meminta untuk bertemu. “Apa dia sudah masuk ke permainanku?”

“Ada apa, Sam?” tanya Adrian sesaat setelah duduk di depan kursi Samuel.

Samuel menatap tepat pada kedua mata Adrian seakan penuh intimidasi, membuat Adrian tersenyum kecil dan berucap, “Kau ada masalah denganku?”

“Kau ingin bermain-main menggunakan Jean?”

Adrian terkekeh pelan ketika mendengar ucapan Samuel yang langsung pada inti, seakan tidak mau lama-lama berurusan dengannya. “Kalau benar memangnya kenapa?”

“Berhenti, Jean bukan perempuan bodoh yang bisa kau permainkan seenaknya.”

“Atas dasar apa kau bicara seperti itu padaku?” Adrian bertanya dengan nada yang datar. “Kau sudah menolak Jean dan kini ia mencampakkanmu, itu artinya kau sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Bukankah itu tidak pantas untuk ikut campur dalam urusan percintaannya?”

Tatapan mata Samuel menjadi kelam penuh amarah, membuat Adrian yang kini melihatnya hanya tertawa kecil. Betapa serunya menyaksikan ekspresi tidak senang Samuel setiap kali Adrian mengucapkan fakta  bahwa Samuel tidak berhak lagi untuk mengurusi hidup Jean.

Waktu telah berlalu, kesempatan untuk Samuel sudah berakhir dan kini Adrian bisa dengan jelas merasakan kemenangan dalam hatinya. Jean mungkin belum mencintainya, tetapi perempuan itu sudah ada dalam genggamannya.

“Cinta bisa datang karena terbiasa. Aku dan Jean memang tak saling mencintai, tetapi aku merasa hubungan ini cukup menyenangkan untuk dijalani. Mana tahu suatu hari kami akan menemukan satu sama lain memiliki perasaan cinta, saat itu terjadi aku yakin aku bisa membuat Jean bahagia dan merasa dicintai.”

"Jean tidak semudah itu berpaling ke lain hati," ucap Samuel. "Aku mengatakan ini karena mengenalnya selama bertahun-tahun."

Adrian tersenyum, memainkan gelas kaca berisi wine di hadapannya lalu mengangguk. "Lalu kenapa? Jean itu perempuan yang menantang, Sam. Bukankah lebih asik mengejar perempuan yang masih terikat dengan cinta lamanya?"

"Kau sudah gila."

"I am," respon Adrian dengan seringai yang memesona.

Related chapters

  • Terlambat Jatuh Hati   Pertunangan

    Langit masih begitu cerah saat Jean tiba di rumah yang menjadi saksi ia tumbuh dewasa. Kebetulan ada Julian dan Johan juga, kedua orang itu memang sudah jarang pulang ke rumah utama karena Johan yang sudah menikah dan Julian yang memilih tinggal di apartemen beberapa bulan terakhir. Lalu Jean yang merupakan anak bungsu jelas tak punya pilihan selain tetap berada di rumah agar kedua orang tuanya tidak kesepian. Satu dari ketiga anak itu berdiri dari posisi duduknya, berjalan menuju sofa di seberang agar bisa duduk di dekat si yang paling bungsu. Johan tatap lekat wajah cantik adiknya yang selalu tersenyum manis, membuat orang-orang terkadang sulit menebak apa Jean sedang baik-baik saja atau tidak. “Jean, dalam beberapa hari kamu akan resmi bertunangan dengan Adrian. Apa kamu benar-benar sudah yakin dengan keputusanmu?” Johan bertanya dengan lembut. Sebagai anak tertua, ia merasa punya tanggung jawab yang hampir sama dengan orang tuanya dalam hal masa de

    Last Updated : 2021-07-31
  • Terlambat Jatuh Hati   Goyah

    “Apa yang kamu bicarakan dengan Samuel?” tanya Adrian sesaat setelah mereka berdua duduk di sofa yang berhadapan. Jean yang kini telah mengganti gaunnya menjadi baju yang lebih nyaman menatap Adrian dengan ekspresi jengkel.“Kamu tidak perlu tahu,” jawabnya singkat.Adrian yang mendapat balasan tak acuh seperti itu malah tertawa, merasa terhibur dengan wajah Jean yang kini menatapnya garang. “Kamu masih saja cuek padaku, Jean. Aku tahu aku sudah salah karena menjadikanmu umpan untuk memancing Samuel, tetapi perjodohan kita ini nyata adanya. Kalau kita berdua terus seperti ini, bukankah akan membuat orang tua kita bersedih?”“Kamu dramatis sekali, Adrian. Tidak usah playing victim, semua ini juga salahmu karena membuatku kesal.” Jean memberi gestur kesal dengan bibirnya yang maju dan kedua tangan yang disilangkan. Dan entah kenapa hal itu justru sangat menggemaskan di mata Adrian.Adrian sampai

    Last Updated : 2021-10-06
  • Terlambat Jatuh Hati   Permulaan

    Hampir setiap hari Samuel harus dihadapkan dengan olokan teman-temannya perihal seorang Jeanne Felicia, wanita cantik yang membuntutinya ke mana pun ia pergi. Bahkan di usianya yang sudah menginjak kepala dua, Jean masih saja bertingkah kekanakan dengan tak tahu malu mengganggu perempuan yang berusaha mendekati pujaan hatinya.Seperti saat ini, seorang perempuan yang telah menabrak Samuel dan terjatuh di depan laki-laki itu harus menjadi bahan tontonan karena Jean mengomelinya di depan banyak orang. Perempuan berambut cokelat itu menatap Laila dengan penuh intimidasi, dan sebelum dia sempat mengucapkan hal yang penting, Samuel sudah lebih dulu turun tangan dan menarik Jean menjauh dari kerumunan.“Berhenti membuatku malu, Jean!” bentak Samuel, bahkan dirinya sempat menepis tangan Jean yang berusaha untuk meraih tangannya.Jean menunduk dalam. “Dia sengaja menabrakmu, Samuel. Kamu percaya padaku, kan? Perempuan itu, d

    Last Updated : 2021-07-14
  • Terlambat Jatuh Hati   Dijodohkan

    Adalah Johan, saudara laki-laki tertua Jean yang kini berdiri dari duduknya karena terkejut dengan keputusan tiba-tiba sang ayah. Amarahnya kali ini bukan tanpa alasan, tetapi karena adik kesayangannya mendadak dijodohkan dengan seseorang yang bahkan Johan sendiri tidak kenal. Sementara itu ada Julian, anak kedua keluarga Arkan yang berusaha menenangkan kakaknya agar kembali duduk di kursinya. Julian sebenarnya juga terkejut dengan keputusan ayahnya yang tak terprediksi, tetapi mengingat Jean yang ingin berhenti mengejar Samuel Jonathan tentu saja membuat sang ayah tidak mau kehilangan kesempatan emas tersebut. Julian sadar betul kalau adiknya itu orang yang sangat keras kepala, dan tentu buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ayah mereka sudah bulat dengan keputusannya, maka sama saja dengan mencari masalah kalau harus menentangnya. “Siapa orangnya?” Johan bertanya dengan nada penuh curiga. Sang ayah tersenyum lalu menatap putri dengan lembut, sebelah

    Last Updated : 2021-07-15
  • Terlambat Jatuh Hati   Calon Istri

    Jean menghela napas lega saat berhasil sampai di rumah, rasanya sangat berat mengobrol dengan Adrian karena lelaki itu ternyata mengenal Samuel. Bahkan Adrian sampai tahu bagaiamana kelakuan Jean selama kurang lebih lima belas tahun terakhir.“Kenapa tidak bilang kalau Adrian dan Samuel saling kenal?” tanya Jean dengan bibir cemberut. Julian yang kini duduk di depannya hanya terkekeh sembari melontarkan maaf.“Kamu tidak perlu khawatir, Jean. Meski mereka berteman, tetapi aku yakin Adrian tidak sama dengan Samuel, Adrian juga tidak akan memperlakukanmu seperti teman-teman Samuel yang lain,” balas Julian berusaha menenangkan hati sang adik.Jean pun hanya mengangguk dan memilih kembali ke kamarnya. Hari ini melelahkan baik untuk fisik dan mentalnya, akan lebih baik kalau dia segera tidur agar besok dia bisa bangun dengan segar.Namun, sampai lewat tengah malam pun mata Jean tak kunjung terpejam, justru dalam pikiranya

    Last Updated : 2021-07-16
  • Terlambat Jatuh Hati   Reaksi Samuel

    “Kamu lihat ekspresi Samuel tadi?” tanya Adrian sembari tertawa. “Dia kelihatan terkejut.”Jean yang duduk di sebelahnya hanya terdiam, tidak berniat merespon ucapan dari lelaki yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya. Jujur saja Jean sendiri bingung harus berekspresi seperti apa setelah kejadian tadi, sebab bukannya merasa hebat karena telah lepas dari Samuel, dia justru merasa kalau dia terlalu memaksakan dirinya.“Jean,” panggil Adrian memecah keheningan.Yang punya nama menoleh lalu menaikkan alisnya. “Apa?”“Kamu terlihat sedih, ada apa?”Jean menggelengkan kepalanya lalu tersenyum manis. “Tidak apa-apa, Adrian. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu,” balasnya tanpa menoleh pada si lawan bicara.Adrian mengangguk tanda mengerti, tangannya pun merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Ada banyak pesan dari teman-temannya, terutama Rio dan Chris yang ter

    Last Updated : 2021-07-17
  • Terlambat Jatuh Hati   Curiga

    Samuel banyak diam belakangan ini, membuat teman-temannya semakin yakin kalau lelaki itu menyimpan masalah seorang diri. Samuel memang jarang membicarakan masalah pribadinya, bahkan Rio dan Chris tidak pernah tahu bagaimana cerita di balik kepergian ayah Samuel, padahal pertemanan mereka sudah terjalin sejak jaman sekolah.Tak banyak yang tahu kalau Samuel adalah tipe orang yang suka memendam perasaannya, bersembunyi dengan senyum dan sikap ramah yang membuat siapa pun mengira ia adalah sosok yang terbuka. Sampai Rio dan Chris harus menunggu sampai Samuel bertingkah tak biasa dan lebih banyak diam baru mereka tahu kalau Samuel sedang tak baik-baik saja.Seperti saat ini, Rio yang kini masuk ke ruangan Samuel hanya bisa heran melihat lelaki itu. Komputer di depannya yang biasa menyala sejak pagi masih berwarna hitam, pun dengan tatapan Samuel yang kosong bagai tak berada di tempatnya.“Sam, kau kelihatan kurang sehat. Apa tidak pulang saja?&rd

    Last Updated : 2021-07-18

Latest chapter

  • Terlambat Jatuh Hati   Goyah

    “Apa yang kamu bicarakan dengan Samuel?” tanya Adrian sesaat setelah mereka berdua duduk di sofa yang berhadapan. Jean yang kini telah mengganti gaunnya menjadi baju yang lebih nyaman menatap Adrian dengan ekspresi jengkel.“Kamu tidak perlu tahu,” jawabnya singkat.Adrian yang mendapat balasan tak acuh seperti itu malah tertawa, merasa terhibur dengan wajah Jean yang kini menatapnya garang. “Kamu masih saja cuek padaku, Jean. Aku tahu aku sudah salah karena menjadikanmu umpan untuk memancing Samuel, tetapi perjodohan kita ini nyata adanya. Kalau kita berdua terus seperti ini, bukankah akan membuat orang tua kita bersedih?”“Kamu dramatis sekali, Adrian. Tidak usah playing victim, semua ini juga salahmu karena membuatku kesal.” Jean memberi gestur kesal dengan bibirnya yang maju dan kedua tangan yang disilangkan. Dan entah kenapa hal itu justru sangat menggemaskan di mata Adrian.Adrian sampai

  • Terlambat Jatuh Hati   Pertunangan

    Langit masih begitu cerah saat Jean tiba di rumah yang menjadi saksi ia tumbuh dewasa. Kebetulan ada Julian dan Johan juga, kedua orang itu memang sudah jarang pulang ke rumah utama karena Johan yang sudah menikah dan Julian yang memilih tinggal di apartemen beberapa bulan terakhir. Lalu Jean yang merupakan anak bungsu jelas tak punya pilihan selain tetap berada di rumah agar kedua orang tuanya tidak kesepian. Satu dari ketiga anak itu berdiri dari posisi duduknya, berjalan menuju sofa di seberang agar bisa duduk di dekat si yang paling bungsu. Johan tatap lekat wajah cantik adiknya yang selalu tersenyum manis, membuat orang-orang terkadang sulit menebak apa Jean sedang baik-baik saja atau tidak. “Jean, dalam beberapa hari kamu akan resmi bertunangan dengan Adrian. Apa kamu benar-benar sudah yakin dengan keputusanmu?” Johan bertanya dengan lembut. Sebagai anak tertua, ia merasa punya tanggung jawab yang hampir sama dengan orang tuanya dalam hal masa de

  • Terlambat Jatuh Hati   Tidak Peduli

    Jean kembali ke rumahnya dengan perasaan yang belum membaik, meski sudah banyak menghabiskan air mata dengan curhat pada Mia, tetapi dirinya belum juga merasa tenang.Pikirannya kacau karena perbuatan Samuel yang begitu tega menuduhnya, padahal Jean tidak akan sampai hati melakukannya.Mata yang sembab serta mood yang berantakan membuatnya tidak berniat keluar kamar sejak pagi, dia juga tidak berniat untuk ke kantor dan memilih bersembunyi dari keluarganya."Nona Jean?" panggil seseorang dari luar disertai suara ketukan pintu. Jean yang tengah termenung langsung tersadar, mengucek matanya lalu membuka pintu."Ada apa, Bi?" Jean bertanya dengan suara yang hampir habis, membuat Bi Sari bertambah khawatir.Perempuan yang sudah hampir 30 tahun bekerja di rumah keluarga Arkan itu pun berucap, "Nona belum makan sejak pagi, apa Nona sakit?""Tidak, Bi. Aku ingin tidur saja hari ini." Lalu Jean ters

  • Terlambat Jatuh Hati   Curiga

    Samuel banyak diam belakangan ini, membuat teman-temannya semakin yakin kalau lelaki itu menyimpan masalah seorang diri. Samuel memang jarang membicarakan masalah pribadinya, bahkan Rio dan Chris tidak pernah tahu bagaimana cerita di balik kepergian ayah Samuel, padahal pertemanan mereka sudah terjalin sejak jaman sekolah.Tak banyak yang tahu kalau Samuel adalah tipe orang yang suka memendam perasaannya, bersembunyi dengan senyum dan sikap ramah yang membuat siapa pun mengira ia adalah sosok yang terbuka. Sampai Rio dan Chris harus menunggu sampai Samuel bertingkah tak biasa dan lebih banyak diam baru mereka tahu kalau Samuel sedang tak baik-baik saja.Seperti saat ini, Rio yang kini masuk ke ruangan Samuel hanya bisa heran melihat lelaki itu. Komputer di depannya yang biasa menyala sejak pagi masih berwarna hitam, pun dengan tatapan Samuel yang kosong bagai tak berada di tempatnya.“Sam, kau kelihatan kurang sehat. Apa tidak pulang saja?&rd

  • Terlambat Jatuh Hati   Reaksi Samuel

    “Kamu lihat ekspresi Samuel tadi?” tanya Adrian sembari tertawa. “Dia kelihatan terkejut.”Jean yang duduk di sebelahnya hanya terdiam, tidak berniat merespon ucapan dari lelaki yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya. Jujur saja Jean sendiri bingung harus berekspresi seperti apa setelah kejadian tadi, sebab bukannya merasa hebat karena telah lepas dari Samuel, dia justru merasa kalau dia terlalu memaksakan dirinya.“Jean,” panggil Adrian memecah keheningan.Yang punya nama menoleh lalu menaikkan alisnya. “Apa?”“Kamu terlihat sedih, ada apa?”Jean menggelengkan kepalanya lalu tersenyum manis. “Tidak apa-apa, Adrian. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu,” balasnya tanpa menoleh pada si lawan bicara.Adrian mengangguk tanda mengerti, tangannya pun merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Ada banyak pesan dari teman-temannya, terutama Rio dan Chris yang ter

  • Terlambat Jatuh Hati   Calon Istri

    Jean menghela napas lega saat berhasil sampai di rumah, rasanya sangat berat mengobrol dengan Adrian karena lelaki itu ternyata mengenal Samuel. Bahkan Adrian sampai tahu bagaiamana kelakuan Jean selama kurang lebih lima belas tahun terakhir.“Kenapa tidak bilang kalau Adrian dan Samuel saling kenal?” tanya Jean dengan bibir cemberut. Julian yang kini duduk di depannya hanya terkekeh sembari melontarkan maaf.“Kamu tidak perlu khawatir, Jean. Meski mereka berteman, tetapi aku yakin Adrian tidak sama dengan Samuel, Adrian juga tidak akan memperlakukanmu seperti teman-teman Samuel yang lain,” balas Julian berusaha menenangkan hati sang adik.Jean pun hanya mengangguk dan memilih kembali ke kamarnya. Hari ini melelahkan baik untuk fisik dan mentalnya, akan lebih baik kalau dia segera tidur agar besok dia bisa bangun dengan segar.Namun, sampai lewat tengah malam pun mata Jean tak kunjung terpejam, justru dalam pikiranya

  • Terlambat Jatuh Hati   Dijodohkan

    Adalah Johan, saudara laki-laki tertua Jean yang kini berdiri dari duduknya karena terkejut dengan keputusan tiba-tiba sang ayah. Amarahnya kali ini bukan tanpa alasan, tetapi karena adik kesayangannya mendadak dijodohkan dengan seseorang yang bahkan Johan sendiri tidak kenal. Sementara itu ada Julian, anak kedua keluarga Arkan yang berusaha menenangkan kakaknya agar kembali duduk di kursinya. Julian sebenarnya juga terkejut dengan keputusan ayahnya yang tak terprediksi, tetapi mengingat Jean yang ingin berhenti mengejar Samuel Jonathan tentu saja membuat sang ayah tidak mau kehilangan kesempatan emas tersebut. Julian sadar betul kalau adiknya itu orang yang sangat keras kepala, dan tentu buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ayah mereka sudah bulat dengan keputusannya, maka sama saja dengan mencari masalah kalau harus menentangnya. “Siapa orangnya?” Johan bertanya dengan nada penuh curiga. Sang ayah tersenyum lalu menatap putri dengan lembut, sebelah

  • Terlambat Jatuh Hati   Permulaan

    Hampir setiap hari Samuel harus dihadapkan dengan olokan teman-temannya perihal seorang Jeanne Felicia, wanita cantik yang membuntutinya ke mana pun ia pergi. Bahkan di usianya yang sudah menginjak kepala dua, Jean masih saja bertingkah kekanakan dengan tak tahu malu mengganggu perempuan yang berusaha mendekati pujaan hatinya.Seperti saat ini, seorang perempuan yang telah menabrak Samuel dan terjatuh di depan laki-laki itu harus menjadi bahan tontonan karena Jean mengomelinya di depan banyak orang. Perempuan berambut cokelat itu menatap Laila dengan penuh intimidasi, dan sebelum dia sempat mengucapkan hal yang penting, Samuel sudah lebih dulu turun tangan dan menarik Jean menjauh dari kerumunan.“Berhenti membuatku malu, Jean!” bentak Samuel, bahkan dirinya sempat menepis tangan Jean yang berusaha untuk meraih tangannya.Jean menunduk dalam. “Dia sengaja menabrakmu, Samuel. Kamu percaya padaku, kan? Perempuan itu, d

DMCA.com Protection Status