"Hm?'' Ucap Nicholas pada seseorang di seberang telepon."Tuan polisi datang!"Damnit!Nicholas mengumpat. Ada tamu tidak di undang datang dan akan sangat menjengkelkan jika orang-orang itu mengobrak abrik kediamannya."Tangani mereka dan jangan sampai masuk, aku akan segera ke sana.'' Dan sambungan pun terputus, Nicholas kemudian menyalakan mobilnya.Beberapa menit kemudian. Sesampainya di tempat tujuan, Nicholas melihat beberapa orang berkerumun di depan mansionnya. Lelaki itu membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar."Selamat sore semuanya." Nicholas tersenyum pada para polisi itu. Dan kemudian tatapannya bertubrukan dengan salah seorang polisi yang ternyata Jack."Maaf sebelumnya, saya ingin bertanya soal penembakan seminggu yang lalu, tuan Anthony. Kami sudah mencari-cari anda dari beberapa hari yang lalu tapi anda susah sekali untuk ditemui." jelas Jack dengan tatapan tajamnya.***Beberapa menit kemudian.Nicholas memasuki mansionnya setelah tiga puluh menit mengobrol dengan
"Caroline,'' Sebelah alis Nicholas terangkat kala tak mendapati sahutan, wanita di hadapannya itu malah terbengong menatapnya. "Hai, kau kenapa?" tak ada reaksi meski tangannya pun saat ini melambai di depan wajah cantik itu."Kau tidak mendengarku? Terpesona hm." Nicholas menyeringai tipis setelah berhasil mendapat atensi sang lawan bicara karena sentuhan di bahunya."Ya?" Dan entah sadar atau tidak, kata ya keluar dari mulut Caroline, membuat Nicholas terkekeh geli. ''Benarkah?'' dengan nada ia buat tak yakin.Dan Caroline yang masih dalam mode terjerat pesona pria itu secara terang-terangan mengangguk. Hingga di satu detik kemudian kesadaran menghantamnya, menggeleng-gelengkan kepala, Caroline merutuk kesal pada dirinya sendiri.Caroline bodoh, bodoh! "Ahh memalukan, kau mempermalukan dirimu sendiri Caroline!'' gerutunya pelan, tapi masih bisa di dengar Nicholas yang terkekeh geli. Wanita ini sangat menarik. Pikirnya. Caroline terlonjak kaget saat tubuhnya yang tidak siap denga
Pukul 11.45 AM. Caroline tengah berada di dalam sebuah mobil dengan Nicholas yang berada di sampingnya. Mobil yang ditumpanginya itu, Caroline tidak tahu akan berhenti di mana."Nic, aku ingin menanyakan sesuatu?" kata Caroline membuka suara setelah keheningan mengambil alih."Apa?" Nicholas menoleh menatap wanita di sampingnya itu yang malah terpaku dan bukannya menjawab."Car, Caroline!""Ahh. Ya." Caroline langsung mengalihkan pandangannya kala sempat terpesona dengan tatapan dari sepasang manik biru Nicholas.Jika di lihat dari dekat mata lelaki ini sangat indah, namun tampak kelam seakan menyimpan sesuatu."Kenapa terus menatapku, ada sesuatu di wajahku?" Pertanyaan itu di jawab gelengan oleh Caroline yang hanya bisa meringis samar. Matamu itu mengalihkan duniaku!Astaga lebai sekali Caroline! Pekik batin warasnya menimpali. Kembali Caroline menggelengkan kepalanya seakan mengenyahkan bisikan-bisikan menggangu yang terus menyerbu kepalanya, sebelum kemudian berdeham untuk meng
Keesokan harinya di jam 7 pagi. Caroline menggeliatkan, mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya, kemudian bangkit dari rebahnya lalu meregangkan otot tubuhnya yang sedikit kaku sambil menguap.Tapi kemudian, merasa tersadar akan sesuatu... “Ini di mana?!” gumamnya menatap sekeliling yang terasa asing di penglihatannya, tapi tak lama dari itu sebuah ingatan semalam mampir di kepala membuat Caroline menghela napas lega.“Pasti lelaki itu, siapa lagi.” Caroline beranjak dari ranjang, ada yang menarik pandangan matanya. Perempuan itu melangkah pelan menuju kaca transparan yang menampakan pemandangan pagi dari kota Los Angeles.Selesai menikmati pemandangan kota di pagi hari itu Caroline teringat Nicholas. Di mana lelaki itu sekarang?"Nic!"''Nicholas?!" Dua kali panggilan yang bisa dikatakan keras itu, tidak ada yang menyahut membuat Caroline mengerutkan keningnya. Dirinya tidak di tinggalkan kan?Dan saat langkahnya kembali mendekati ranjang, ada yang
Di jalanan sepi terlihat beberapa mobil saling berkejaran. Bunyi dari decitan mobil ditambah suara pistol yang memekikkan telinga menambah suasana menegangkan di jalanan itu."Fuck!'' umpat Nicholas yang tengah dikejar oleh dua mobil hitam di belakangnya.Dengan kecepatan yang bisa di katakan gila, Nicholas tekan pegal gasnya tanpa ampun membelah jalanan yang untungnya sepi, sampai kemudian di pertigaan secara tidak terduga Nicholas dengan senyum miringnya yang tampak licik berbalik arah dan kembali memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata sampai akhirnya...BRUKPRANKKecelakaan besar pun tak terelakan.***Sore hari di tempat Caroline."Oke, ini sudah jam tiga lebih aku harus pulang. Malam nanti aku kembali lagi menemanimu." kata Caroline membuka percakapan.Rachel mengangguk, wanita itu tampak masih sangat bersedih terlihat dari tatapan dan anggukannya yang tidak bersemangat.Caroline menghela napas, menatap Nasya yang baru datang dari satu jam yang lalu."Nas,""Aku akan
Dengan perasaan tidak karuan setelah membayar tarif taksi Caroline melangkah memasuki rumah keluarganya.Pikirannya berkelana pada Nicholas, sebenarnya siapa yang menyerang lelaki itu? Apakah lelaki itu terluka, dan apakah bisa lolos? Ouhhh, entah kenapa pikiran Caroline terus dipenuhi oleh Pria itu.Hatinya merasa tidak karuan, harusnya tadi dia tak meninggalkan pria itu dan tetap di sisinya—membantu.BukTepat saat kakinya baru selangkah melawati batas pintu masuk, sebuah tas mendarat kasar di kakinya."Pergi kamu!" Bibi Wade muncul sambil berteriak, tak lupa tangan gempalnya menujuk Caroline dengan mata melotot menyeramkan.Sedangkan Caroline yang merasa tak percaya dirinya diusir dari rumahnya sendiri hanya bergeming di tempatnya.Apa salahnya? Caroline tertawa kecil, menganggap bibi Wade tengah bercanda."Kenapa tertawa, kau memang wanita gila. Sebaiknya kau pergi dari rumah ini dan jangan kembali!" bentaknya dengan urat-urat yang tampak menonjol di lehernya. Bernafsu sekali me
Nicholas membuka pintu mobil sebelah kemudi dan tampak lah Caroline tak sadarkan diri di sana. Lelaki itu kemudian menyelipkan kedua tangannya di antara paha dan pundak Caroline, dan dalam sekali angkatan Caroline sudah berada di gendongannya.Lelaki itu kemudian melangkah memasuki mansionnya. Di tengah jalan menaiki tangga, wanita di gendongannya itu menggeliat."Engg," Caroline mengerang dalam tidurnya, keningnya tampak berkerut dalam."Tuan anda sudah pulang." Sapaan dari seorang wanita terdengar telinganya.Nicholas menoleh dan mendapati Relis menghampirinya, wanita berusia dua puluh tahun itu merupakan anak dari pelayan yang sudah lama mengabdi padanya. Relis hanya menggantikan ibunya untuk sementara karena ibunya tengah sakit."Nona ini?"Tanpa menjawab kebingungan dari pelayannya itu, Nicholas terus melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya. Memasuki kamar, Lelaki itu langsung mendekati ranjang dan merebahkan Caroline disana. Namun di sedetik kemudian wanita itu malah mengel
Keesokan paginya, Caroline menggeliat dengan mata mengerjap menyesuaikan cahaya di penglihatannya, dan terkejut saat sadar ia tidak tidur sendirian karena merasakan tangan menimpa perutnya.Seingat Caroline, semalam dirinya tidur di sofa—Ahh ia ingat, Nicholas yang memindahkannya ke ranjang lelaki itu sendiri.Caroline kemudian bergerak pelan menghadap Nicholas yang masih terlelap. Wanita itu meluruskan pandangannya pada lelaki yang tertidur di sampingnya itu dan dengan gerakan pelan Caroline mengulurkan telunjuknya menyentuh pertengahan di dahi lelaki itu dan terus turun melewati garis hidung mancungnya, sampai akhirnya berakhir di bibir merah nan sexynya dan dengan senyum nakal Caroline menekan-nekan area itu membuat sang empu sedikit terganggu.Tapi sedetik kemudian, satu ingatan menghantam Caroline, tangannya berhenti berulah di bibir Nicholas. Saat ingatan akan semalam muncul di kepalanya. Pipinya bahkan langsung bereaksi menimbulkan hawa panas disertai munculnya rona merah di sa