Share

Halusinasi

Penulis: Nonnie Dyannie
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-22 15:31:25

Halusinasi

Tetesan darah membasahi area kasur. Seprei yang semula berwarna putih, kini sudah ternoda oleh warna merah darah yang pekat, juga berbau amis.

Adiaz melihat laki-laki itu sempoyongan hingga mundur beberapa langkah, sepertinya pukulan yang dilayangkannya pada laki-laki itu cukup membuat dia kepayahan. Seketika tubuhnya ambruk menimpa meja rias yang penuh dengan alat-alat mekap Angela.

Pecahan kaca melukai sebelah mata laki-laki itu, dia mengerang kesakitan membuat Adiaz panik, pendengarannya berdengung seperti ada ribuan lebah mengelilinginya. dan tanpa memedulikan teriakan dari Angela, ia terus berlari menyusuri jalanan sepi nan panjang.

Adiaz tidak tahu dirinya berada di mana, yang dilakukannya hanya berlari dan terus berlari, langkahnya sungguh terasa ringan. Tak ada satu orang pun yang ia temui, semuanya lengang, sesekali pandangannya tertutup kabut hingga akhirnya dia melihat rumah yang sangat sederhana berada tepat di depannya.

Adiaz men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat di Hati yang Salah   Sesal

    Hingga akhirnya langkah kaki Adiaz terhenti di tepi jurang yang curam, sedangkan di seberang jurang sana ia melihat telaga yang sangat indah dengan banyak sekali burung merpati beterbangan, bunga-bunga yang sangat indah, dan juga ... seorang gadis!Adiaz seperti mengenali siapa gadis yang duduk menyendiri di tepi telaga itu, ya, Adiaz sangat mengenalinya. Dia adalah ... Mentari! “Mentari! Sayang! Kau kah itu?” Adiaz berteriak di antara curamnya jurang dan semilir angin. Gadis di seberang sana tetap tenang dalam posisinya tanpa sedikit pun menoleh ke arah Adiaz yang terus-terusan memanggil nama Mentari. Adiaz hampir kehabisan suara karena terus berteriak, tetapi gadis itu seperti tak mendengar suatu apa pun. Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya dan melangkah menjauhi tempat di mana Adiaz hanya bisa menatap tanpa bisa menyentuh. Satu ... dua ... tiga, tepat dalam hitungan ketiga, tiba-tiba langkah gadis itu terhenti dan menoleh ke arah Adiaz. Mentari. Ya, ternyata dia memang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Terjerat di Hati yang Salah   Transaksi

    Setelah menunggu sekitar tiga puluh menit lamanya, akhirnya si BD datang juga. Dua kali kerlipan lampu dari kendaraan yang ia bawa adalah kode jika ia sudah mengamankan barang dan itu artinya Angela pun harus menyerahkan uangnya. Tanpa membuang waktu lagi, Angela segera menghampiri dan meletakkan amplop cokelat di jok belakang. “Sekitar tiga puluh meter dari sini, lu belok kiri, nanti akan ada bambu melintang, ikuti arah bambu runcing dan ambil bungkusan yang tertimbun dedaunan kering,” ucap si BD tanpa menunggu jawaban dari Angela, dia pun berlalu. Bagi Angela, itu bukan hal yang aneh, memang seperti itu cara aman bertransaksi, no transfer and no hand to hand. Urusan mereka pun selesai. Keesokan harinya, Angela pulang ke apartemen, ia mendapati Adiaz sedang menunggunya. Wajahnya sangat kusut, pakaiannya juga acak-acakan. Kantung matanya lebar. “Ke mana saja kamu!?" bentak Adiaz marah. Masih tidak terima dengan perlakuan Angela kemarin. “Aku ada urusan penting, kenapa?" jawab

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Terjerat di Hati yang Salah   Jatuh Perlahan

    Sesampainya di apartemen, dia mengobrak-abrik isi tas milik Angela. Mengambil satu paket s*b* untuk ia konsumsi. “Hanya ini yang bisa mengerti keadaanku saat ini ....” gumamnya seraya menyiapkan alat-alat hisapnya. Entah sudah berapa banyak yang ia hisap, pikirannya yang sedang kalut seketika kosong, otaknya tak bisa digunakan untuk berpikir. Adiaz merasakan sensasi melayang yang sangat nikmat, giginya gemeretuk. Detakan suara jarum jam terdengar kencang. Laki-laki itu merasakan tubuhnya sedang berada di tempat lain. Banyak sekali kupu-kupu bercahaya terang, yang membawanya menuju sebuah tempat indah yang ditumbuhi banyak bunga. Jauh disana, kembali ia melihat Mentari. Langkah kakinya berlari cepat. Namun, semakin berusaha dia mendekati Mentari, gadis itu malah semakin menjauh. Senyuman lebar nan manis yang diberikan oleh Mentari padanya, membuat Adiaz semakin berusaha untuk menjangkaunya. Darah yang menetes dari kakinya, akibat menginjak duri-duri mawar tidak ia hiraukan sama s

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Terjerat di Hati yang Salah   Awal kehancuran

    Sesampainya di kantor, Adiaz langsung masuk ke ruangannya. Ia sudah bisa mengatasi kondisinya karena dibantu oleh dua kaleng susu yang ia beli tadi. Baru beberapa saat ia mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, terdengar suara pengumuman bagi semua staf dan Admin untuk berkumpul di ruang rapat, segera ....Dalam waktu beberapa menit saja ruangan dipenuhi para staf, admin, dan beberapa orang penting di perusahaan itu. Pimpinan perusahaan telah duduk di kursi kebesarannya. “Ada banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi saya rasa hanya beberapa poin saja yang berhak kalian semua ketahui," ucapnya serius.Semua saling pandang. Mereka merasa bahwa tidak melakukan kesalahan apa pun. “Beberapa hari yang lalu, saya keluar kota untuk mendapatkan investor … tapi, …" Kepalanya menunduk tampak ia menghela napas panjang dan berat. “Saga gagal mendapatkan investor itu …" Ucapannya sukses membuat semua karyawan menatap kecewa. Perusahaan ini sedang berada di ujung tanduk. Semua inve

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Terjerat di Hati yang Salah   Terdesak

    TerdesakAmarah Adiaz mereda setelah Angela membisikkan sesuatu. Mereka duduk di sofa…“Jadi, apa rencanamu?" tanya Adiaz.Laki-laki itu tampak menyesal dengan semua situasi yang terjadi saat ini. Dia memang tidak bisa hidup dengan satu wanita saja, tapi juga tidak rela kehilangan segalanya karena kebodohannya sendiri. Padahal dulu ketika masih bersama Mentari, tak pernah yang namanya kekurangan uang ia rasakan. Sekarang malah harus mengirit untuk semua kebutuhan. Angela beringsut lebih mendekat lagi dan membisikkan sesuatu yang membuat Adiaz terlonjak kaget. “Aku sebenarnya mendekati pria tua itu bukan tanpa alasan. Dia itu––“ Angela mendekatkan wajahnya pada Adiaz, “Dia seorang BD besar." Adiaz menatap sinis. “Terus, apa hubungannya dengan masalah kita?"“Dengarkan aku dulu. Tenang," ucapnya, sambil mengelus-elus wajah Adiaz dan memberikan kecupan singkat di bibirnya. “Kita jual si Putih saja .…" “Hah!?" Adiaz bangkit dari posisinya. Menatap nyala

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Terjerat di Hati yang Salah   Rencana

    Angela menggeliat malas, lalu ia meraih tas hitam kecil yang tergeletak begitu saja lalu melemparkanya pada Adiaz. “Cuma ada sedikit, cari aja sendiri.”Angela memang agak jorok, ia bisa dengan santai membawa barang haram itu begitu saja, hanya diselipkan di dalam tas. Setelah mengacak isi tas Angela, akhirnya Adiaz menemukan sesuatu yang dibutuhkannya. Senyumnya mengembang dan ia segera berlalu ke kamar dengan meninggalkan tas beserta seluruh isinya yang ia keluarkan secara acak. Entah mengapa dia setuju pada ajakan Angela waktu itu, untuk menggunakan barang haram ini. Dia menjadi pecandu, dan menghisap s*b* adalah salah satu hal rutin yang harus ia lakukan. “Sial, aku semakin tidak bisa keluar dari hal kelam seperti ini," ujarnya pada diri sendiri. Pintu kamar terbuka, Angela melongokkan kepalanya. “Mau aku temani?" tanya Angela. “Terserah." “Oh, iya, kalau kamu jadi untuk jualan bilang saja, ya. Barangnya lumayan banyak …." “Dari orang tua itu?" “Iya, namanya Johan." “

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Terjerat di Hati yang Salah   Gagal mendapat Tumbal

    Tatapan Adiaz berubah ganas. Mirip rentenir ketika menagih hutang. Anton bergidik ketakutan. Tangannya bergetar, meja di hadapannya tampak ikut bergerak, karena kakinya mengetuk-ngetuk tak henti. “Kenapa? Kamu punya masalah besar, ‘kan? Sudahlah, jangan terlalu pusingkan soal haram atau tidaknya. Yang penting masalah kamu bisa selesaikan?" Kedua tangan Adiaz mencengkeram erat bahu Anton. Pria itu mati kutu, tidak bisa beranjak dan melarikan diri. “Ta–tapi, Pak … saya tidak pernah pakai yang begituan. Saya tidak mau jadi pecandu. Kalau Bapak mau menggunakannya, silakan saja. Tapi jangan ajak-ajak saya," ucapnya ragu. “Lho, kenapa? ‘Kan saya hanya memberikan kamu solusi. Bukannya memaksa, tapi coba pikirkan baik-baik. Apa salahnya mencoba? Toh kamu tetap bekerja, tapi pikirkan kamu bisa jadi lebih plong dan masa bodoh." Kali ini Adiaz berkata seraya menyodorkan benda itu lebih dekat lagi pada Anton. Kedua tangan Adiaz dihempaskan secara kasar oleh Anton. Dia sudah tak dapat lagi untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Terjerat di Hati yang Salah   Secercah Harapan Untuk Mentari

    Pikirannya mengawang pada masa lalu. Di mana dia membunuh beberapa orang tanpa menyentuh mereka. Angela menyerang sesuatu yang paling rentan dari manusia … sisi psikologis mereka! ‘Aku tidak menyesal sudah membuat orang-orang menderita. Melihat wajah mereka yang menyedihkan membuat aku jijik.’ Di dalam hati ia berkata.Merebut pasangan orang lain, membuat mereka depresi, anak-anak kehilangan sosok ayah, menjadikan mereka pecandu, dan membuangnya setelah kere. Tak sedikit seorang istri yang mengalami depresi karena ditinggalkan pasangannya. Bukan, bukan penyakit jantung atau diabetes penyebab kematian terbesar, melainkan depresi berat yang berujung kematian. Dia menyalakan rokok kedua dengan pemantik yang diambilnya dari pelanggan tadi.“Entah bagaimana juga nasib anak haram yang aku tinggalkan begitu saja. Bukannya tidak punya hati, tapi mereka merepotkan. Aku ingin bebas dan banyak uang, bukan mengurus mereka yang hanya jadi beban saja." “Iya, aku sadar diriku ini hanyalah pelarian

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01

Bab terbaru

  • Terjerat di Hati yang Salah   Ending_Semoga Tuhan Memaafkanmu Karena Aku Tidak

    [Aku sudah di Acclamare Coffee, kamu di mana, Yank?]Satu pesan masuk tepat saat mobil yang dikendarai Mentari memasuki kawasan tempat di mana mereka membuat janji untuk bertemu.“Tujuh menit lagi aku sampai.” Mentari mengirimkan balasan. Tempat tujuan sudah di depan mata, perempuan itu merasakan debaran di hatinya semakin tak dapat lagi terkontrol. Ia lebih memilih berdiam diri di dalam mobil seraya meredam gejolak perasaannya yang semakin tak karuan. Lima menit sudah berlalu dari waktu tujuh menit yang ia janjikan dan kini hanya tersisa dua menit saja.Dengan langkah pelan Mentari memasuki kafe. Di salah satu sudut meja, netranya menangkap satu sosok yang dulu pernah sangat merajai hatinya, mengukir mimpi, melalui hari-hari dengannya selama delapan tahun!Sampai akhirnya sesuatu yang sampai detik ini tak pernah ia mengerti pun terjadi, Adiaz berubah menjadi seorang yang asing bagi Mentari, lalu dia menghilang bak ditelan bumi.Hari ini, setelah enam tahun berlalu. Sosok itu

  • Terjerat di Hati yang Salah    Aku Tahu Apa yang Harus Aku Lakukan

    Setelah enam tahun ....Laki-laki itu menatap nanar sebuah foto seorang wanita cantik yang sedang tertawa bahagia memeluk erat dua anak perempuan kembar. Hatinya berdenyut sakit, seandainya ia bisa mengulang waktu, tak akan dulu ia tergoda wanita malam dan meninggalkan kekasih yang telah lama membersamainya.Dia adalah Adiaz. Kehidupannya kini telah berangsur membaik. Pada dasarnya ia memang seorang yang ulet dan pekerja keras. Setelah mengalami kehancuran hidupnya bersama Angela, ia bertekad untuk memperbaiki hidup, ia kembali meniti kariernya dari bawah dengan cara membuka usaha di bidang properti dan kini usahanya sudah menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan. ‘Maafkan aku, Mentari. Tapi sungguh aku dulu tidak bermaksud untuk meninggalkanmu. Hanya saja, aku terlanjur salah dan jauh melangkah. Bagimu, aku menghilang, aku lari dan melupakanmu. Tak apa jika kau menilai aku seperti itu. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, sebenarnya ... aku sedang melindungimu, karena rasa cin

  • Terjerat di Hati yang Salah   Luka Dalam Pelukan Rindu

    Tanpa terasa enam bulan sudah Mentari menyandang gelar sebagai Nyonya Maheswara. Maheswara memperlakukan Mentari seperti seorang Ratu. Apa pun yang dia minta, selalu dipenuhi oleh Maheswara. Mentari juga tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan rumah, “ Aku gak mau istriku kecapean, aku menikahimu untuk menjadi istri bukan untuk menjadi tukang bersih-bersih.” Itu jawaban Maheswara saat Mentari bersikukuh ingin membersihkan ruang kerja suaminya dengan alasan bosan tidak mengerjakan apa-apa. Kehidupannya kini jauh lebih bahagia daripada saat bersama dengan Adiaz. Hati Mentari sudah sepenuhnya terisi dan menerima Maheswara. Semua kisah masa lalu bersama Adiaz telah benar-benar ia ikhlaskan meski tak pernah ia melupakannya.‘Aku kehilangan seseorang sampai mengalami yang namanya depresi. Aku sempat terpuruk dan jatuh sejatuh-jatuhnya. Harga diriku sebagai perempuan yang punya komitmen, diinjak sampai tak tersisa oleh wanita murahan itu, tetapi kalau tahu akhirnya Tuhan akan memberik

  • Terjerat di Hati yang Salah   Menekan Rindu

    [Hmm ... pokoknya, kalau kamu sudah menikah dengan saya, tidak ada namanya kerja apalagi lembur, itu tugas dan kewajiban saya. Tugasmu cukup membuat saya merasa tidak ada orang lain di dunia ini selain kita berdua.]Mentari terbelalak heran ketika membaca pesan itu. “Rasanya aku belum memberikan jawaban, tapi, kok, bicaranya seperti itu? Ah, sudahlah. Dia, ‘kan Bos, jadi bebas bicara apa saja,” Mentari terkekeh sendiri.Mentari tidak mengetikkan lagi pesan balasan, dan segera berfokus pada komputer di hadapannya. Tepat ketika jarum pendek di jam dinding mencapai angka 20:30 WIB, pekerjaannya sudah selesai. Dia meregangkan badannya yang pegal. Lalu kini dia harus menelepon Rani untuk minta dijemput. Tut!.Sambungan telepon diterima. “Halo, Ran, jadi jemput aku, ‘kan?” [Tari, aku minta maaf karena sudah janji. Tapi, benar-benar gak bisa. Adikku masuk rumah sakit.] “Rino masuk rumah sakit? Kenapa, Ran?”[Penyakit lamanya kambuh, mungkin dia kecapean. Ini lagi nunggu hasi

  • Terjerat di Hati yang Salah   Bismillah ... Kulepas Kau Dari Hatiku

    Ketika tiba di kantor, entah mengapa atmosfer yang terasa berbeda dari sebelumnya. Semua orang tidak lagi menyapa seperti biasa, mereka menatap Mentari lalu tersenyum sungkan, tetapi ada juga yang setelahnya terlihat kasak kusuk seperti sedang bergosip, Mentari merasa heran juga dibuatnya. Belum genap lima menit Mentari duduk di kursinya, Eva membisikan sesuatu. “Ada pesan dari Pak Bos, katanya beliau meminta laporan keuangan hari ini,” ucap Eva membuat Mentari mengerutkan kening. “Hari ini? Bukannya masih ada waktu dua hari lagi, sesuai jadwal biasanya?” Mentari dibuat bingung oleh permintaan Maheswara yang menurutnya sangat absurd sekali. “Iya, Mbak, tadi pesannya seperti itu.” “Oke deh, Mbak Eva. Terima kasih, ya, eh, ngomong-ngomong sepagi ini beliau sudah datang?” “Sudah, malah sebelum karyawan datang beliau sudah ada di kantor, gitu kabar yang aku dengar dari Pak Satpam tadi.”“Ehm, tumben. Ya sudah, aku mau kerjakan dulu sesuai yang beliau minta, thankyou, ya, Mbak.“Kare

  • Terjerat di Hati yang Salah   Isi Hati dan Hukuman

    Apanya yang mendadak? Saya kan ajak kamu pergi nanti malam, sekarang masih pagi. Seharusnya, masih ada waktu untuk dandan, kan? Walaupun tidak perlu juga tidak apa-apa,” ucapnya santai. Mentari mengusap wajahnya gusar. Lelaki ini terkenal dingin, tetapi tidak terhadap Mentari.“Maksud saya, Pak, kenapa Bapak mendadak ajak saya jalan-jalan?” “Nanti juga kamu akan tahu apa alasannya. Saya ada banyak pekerjaan, kamu juga urus saja semua tugas-tugas kamu. Jangan membicarakan masalah pribadi di jam kerja, ya." Mentari mengerutkan kening, ‘Jangan membicarakan masalah pribadi di jam kerja’. “Bukankah dia yang memintaku menemuinya?"Ah, dasar aneh.” Mentari menggerutu dalam hati. “Ya, sudah, kamu boleh kembali ke mejamu,” ucapnya sedikit salah tingkah. Lagi-lagi pria itu tersipu malu. Dia mengusir Mentari karena malu tidak tahu harus bereaksi seperti apa sebenarnya. Wajahnya merona, telinganya juga merah. “Mentari, kamu bisa bikin aku gila dalam sehari. Dan itu cuma karena kita mengob

  • Terjerat di Hati yang Salah   Lamaran dan Jawaban

    Malam itu semakin larut, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, dan Adiaz tidak dapat menemukan satu orang pun yang sedang berjalan kaki. Termasuk gadis yang tadi dia serang dengan banyak pertanyaan. “Mentari? Sayang kamu di mana? Jangan sembunyi seperti itu, dong. Aku, ‘kan belum selesai bicara, Sayang?" Perlahan berjalan hingga sampai ke tengah jembatan dan melihat pantulan dirinya sendiri di dalam air. “Oh, jadi ini laki-laki jahat dan kurang ajar yang sudah menyakiti kamu? Iya, ‘kan? Kenapa dia mirip sama aku?" Kemudian lanjut tertawa-tawa sampai perutnya sakit. “Asal kamu tahu Mentari, aku sengaja tidak menghubungi kamu sekarang ini. Pasti kamu berharap kabar dari aku, ‘kan? Sayangnya, aku terlalu cinta sama kamu. Aku gak mau kamu terjerat masalah yang menimpaku karena kita kembali berhubungan …." Sudah habis minuman di botol yang dia pegang, Adiaz segera membantingnya ke batu, hingga pecah berkeping-keping. Setelah itu, dia beranjak pergi untuk kembali ke kos ny

  • Terjerat di Hati yang Salah   Pergolakan Batin Adiaz

    Oke, kita ke depan temui drivernya dan bayar sesuai tarif, kamu pulang sama saya.”“Tapi, Pak–““Mentari ... saya tidak suka penolakan.”Akhirnya Mentari menuruti keinginan bosnya, malam itu ia pulang diantar oleh Maheswara, alasan mengambil dan mengembalikan jas rupanya sudah tidak akan berlaku lagi untuk ke depannya.Angin malam yang dingin membuat Mentari sedikit menggigil, Maheswara yang menyadari itu, akhirnya memutuskan untuk memberikan jaket yang ada di mobilnya. “Saya sudah pinjam jas Bapak." “Pakai saja, daripada kamu kedinginan." “Terima kasih, banyak, Pak." Setelah Mentari mengenakan jaket dari Maheswara, gadis itu terdiam begitu pun Maheswara. Keheningan itu terjadi sampai mobil berhenti di gang rumah Mentari. Mentari turun dan meminta Maheswara untuk menunggu, ia akan mengambil jas yang kemarin.“Alhamdulillah sudah kering, aku setrika dulu sebentar, deh.” Mentari berbicara sendiri. Setelah rapi, ia membawanya dengan menggunakan hangers.“Ini, Pak. Terima kasih ban

  • Terjerat di Hati yang Salah   Inikah Cinta?

    Inikah Cinta?Tiba jam makan siang. Seperti biasanya, karyawan akan sibuk untuk mengantre di kantin kantor. Tidak terkecuali dengan Mentari. “Hei, nanti malam mau party enggak guys? Paman aku baru buka klub di sini, loh. Katanya kalau aku bawa teman-teman ke sana, dikasih gratis deh." Tania, cewek seksi yang hobby clubing berkata dengan penuh semangat. Sekelompok staf wanita dan pria terlibat percakapan, sedangkan Mentari hanya terdiam menikmati makan siangnya. “Wah, Lumayan nih, gue lagi butuh hiburan. Kemarin kalah slot judi, sialan banget," sahut Puri–si tukang judi online. “Gimana guys? Kalian mau ikut gak? Setuju, ‘kan buat pergi ke sana?" tanya Tania lagi. Semuanya menjawab, “Setuju." Secara bersama-sama, kecuali Mentari. Wanita yang duduk persis di samping Mentari bertanya, “Nanti malam, kamu mau ikut juga?" Mentari menggeleng, “Enggak dulu deh, aku harus lembur." Ucapannya tidak sengaja terdengar oleh Maheswara yang kebetulan sedang melintas. “Oh. Ya udah deh, kalau k

DMCA.com Protection Status