"Nggak perlu periksa rekaman CCTV, aku sudah merekam akting Kakak Ipar yang luar biasa dengan ini!" Miana sengaja menekankan kata "kakak ipar".Janice langsung panik.Dia tidak menyangka Miana merekam video.Wanita jalang!'Sungguh licik!'Situasi sekarang tidak menguntungkan Janice.Apa yang harus kulakukan?''Pura-pura pingsan?'Berbohong perutku sakit?''Semua itu sudah pernah kulakukan.'Kalau kulakukan lagi, bisa ketahuan aku sebenarnya berbohong.''Risikonya terlalu besar!'Pada akhirnya, Janice memutuskan untuk menghadapi situasi ini. Lagi pula, dia tidak pernah menuduh siapa pun mendorongnya.Dia selalu mengatakan bahwa dia terjatuh sendiri!Sherry mengacungkan jempol kepada Miana. "Kerja bagus, Mia!"Sekarang, Wanita licik ini nggak bisa memfitnahku lagi!'Henry menatap ponsel yang dipegang Miana, lalu menyipitkan matanya dan sekujur tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat dingin.Janice dapat merasakan aura dingin itu dan merasa ketakutan.Jika Henry marah dan tidak peduli pad
"Minta maaf!" ujar Henry dengan suara rendah sambil menyentuh wajahnya yang terkena tamparan.Sebenarnya, dia ingin menghukum Miana dengan keras.Namun, keinginannya itu menghilang ketika dia melihat raut wajah Miana begitu sedih.Dalam alam bawah sadarnya, dia tidak ingin membuat Miana sedih.Miana menggigit bibirnya.Padahal dia tidak bersalah, mengapa harus minta maaf! Dia sungguh enggan melakukannya!"Minta maaf! Jangan sampai aku ulangi lagi!" ujar Henry dengan penuh penekanan.Yang Henry inginkan bukan sekadar kata maaf, tetapi kepatuhan dari Miana.Sherry segera menarik Miana menjauh, lalu membungkuk kepada Henry. "Aku minta maaf atas nama Mia. Maafkan aku!"Entah Henry akan memaafkan Mia atau nggak.'Tindakan Sherry itu membuat Miana terharu hingga matanya berkaca-kaca.Dia tahu bahwa Sherry takut Henry akan mempersulitnya, jadi menggantikan dirinya untuk meminta maaf.Namun, dia cukup mengenal sifat Henry. Jika Henry ingin mempersulit Sherry, Sherry mungkin tidak bisa melepask
Bagaimanapun, Miana masih membutuhkan obat khusus dari Henry.Jika membuat Henry marah, dia pasti tidak akan bisa mendapatkan obat itu dan neneknya hanya akan terus menderita. Memikirkan hal tersebut membuat hatinya sakit."Ya, ayo pergi," ujar Henry dan berbalik pergi.Janice menatap tajam Miana sebelum buru-buru mengikuti Henry berjalan pergi.Miana menatap punggung dua orang itu, hatinya seperti tercekik.Henry sungguh memanjakan Janice!Sherry segera menarik Miana ke meja makan. Setelah duduk, dia berkata dengan ekspresi misterius, "Mia, aku punya kejutan untukmu nanti."Miana menenangkan pikirannya, menuangkan dua cangkir teh dan memberikan satu cangkir kepada Sherry, lalu bertanya, "Kejutan apa?"Sejak menikah dengan Henry, hidupnya bagaikan air laut yang tenang, tidak pernah ada ombak.Oleh karena itu, dia tidak pernah menantikan adanya sebuah kejutan.Sherry masih sengaja merahasiakannya. "Coba tebak!"Setelah menyesap teh, Miana menggeleng dan berkata, "Aku nggak tahu harus me
Miana tertegun sejenak sebelum merespons. Dia bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri, "Untukku?"Giyan mengangguk dan berkata, "Ulang tahunmu beberapa hari lagi, aku besok harus keluar kota untuk perjalanan bisnis, pasti nggak sempat kembali untuk merayakan ulang tahunmu, jadi aku memberikan hadiahnya lebih awal."Miana tersenyum tipis dan berkata, "Terima kasih masih ingat hari ulang tahunku. Aku terima niat baikmu, tapi aku nggak bisa menerima hadiah ini."Celine menyukai Giyan, jadi dia harus menjaga jarak dengannya, jika tidak, Celine pasti akan mencari masalah dengannya.Selain itu, dia sekarang adalah istri Henry. Meskipun tidak dipublikasikan, dia sangat sadar akan statusnya dan tidak memiliki hubungan yang ambigu dengan siapa pun.Mendengar ucapan itu, Giyan merasa hatinya seperti tertusuk pisau tajam, sangat sakit. Meskipun begitu, dia tidak mengekspresikannya. "Hanya barang yang kubuat sendiri, bukan hadiah mahal, terimalah."Dia mendesain dan membuatnya sendiri.Selama ber
Sherry melirik Henry yang duduk tidak jauh dari mereka dan merasa agak kesal.Dia tadi melihat dengan jelas, mata Miana berbinar-binar.Miana menyukai hadiah anting-anting itu, tetapi tidak berani menerimanya karena ada Henry.Henry si berengsek ini sungguh menjengkelkan!Setelah masalah hadiah ini berlalu, ketiganya mulai makan.Suasana di antara mereka terasa sedikit sunyi.Miana makan sambil memikirkan sesuatu.Tak lama kemudian, dia mendadak merasa mual.Dia segera meletakkan sendoknya, menutup mulutnya sambil berkata, "Aku ke toilet sebentar!" Miana segera bangkit dan pergi dengan tergesa-gesa.Giyan menatap punggung Miana dengan ekspresi lembut, tetapi juga ada sedikit kesedihan.Sherry diam-diam melirik punggung Miana yang menjauh.Dia tentu tahu mengapa Miana bisa mual seperti itu.Dia ingin pergi mengecek kondisi Miana, tetapi takut Giyan akan curiga.Setelah berpikir-pikir, Sherry memutuskan untuk tidak pergi melihat Miana.Dia ingat bahwa Miana tidak ingin ada orang lain yan
Miana tertegun sejenak baru tersadar. Wajahnya sedikit memerah dan terasa panas. "Aku nggak sengaja menggigit bibirku tadi."Namun, sebenarnya yang dia gigit itu bibirnya Henry."Nih, laplah." Sherry memberikan tisu kepadanya.Sepasang mata hitam Giyan tidak memancarkan emosi apa pun, sulit menebak apa yang sedang dia pikirkan.Miana mengambil tisu itu dan menyeka bibirnya. Dia agak kesal saat teringat perilaku Henry di luar toilet tadi.Henry menganggapnya sebagai apa?Wanita yang bisa dicium sesuka hatinya?Tanpa memedulikan orang lain akan menghinanya?Jika wanita itu Janice, Henry pasti tidak akan bertindak seperti ini!"Oh ya, Mia, Giyan mengenalkan proyek besar padaku, kalau kamu ada waktu, bantu aku, ya! Aku sedikit kewalahan kalau sendirian," ujar Sherry dengan penuh semangat.Miana meletakkan tisu, mengangguk kepada Sherry. "Oke, kebetulan aku beberapa hari ke depan agak santai."Janice sekarang bekerja di Firma Hukum Astera, pasti akan merebut kasus-kasus yang ditanganinya.D
Giyan diam-diam mempekerjakan guru khusus untuk mengajari Miana.Miana belajar banyak hal, mulai dari seni musik, catur, kaligrafi, hingga seni bela diri.Di mata Giyan, Miana selalu luar biasa.Jika bukan karena pertemuannya dengan Henry tahun itu, Miana pasti sudah menjadi Nyonya Ferno sekarang.Sayang sekali, ....Sherry tahu tentang masa kecil Miana, jadi dia tidak terkejut mendengar Miana berterima kasih kepada Giyan.Terkadang, dia benar-benar bersyukur Miana bertemu dengan Giyan, sehingga Miana tumbuh tanpa kekurangan cinta, tanpa kekurangan persahabatan.Kemudian dia juga bersyukur bisa bertemu dengan Miana, yang membuatnya bisa bertahan hidup."Aku nggak punya bakat apa-apa, hanya saja, kamu sudah mengeluarkan uang untuk. Aku nggak bisa mengecewakanmu, dan aku nggak ingin menyia-nyiakan uangmu, jadi aku belajar dengan keras." Mengenang masa lalu, satu-satunya momen bahagia Miana pada saat itu adalah saat bersama Giyan.Jika dia tidak bertemu dengan Henry pada tahun itu dan jat
Ucapan Henry seketika membuat Miana tersipu malu.Sherry memiringkan kepalanya dan menatap Miana dengan ekspresi menggoda. "Oh, ternyata darah di bibirmu tadi itu karena kamu menggigitnya."Sekarang dia mengerti mengapa wajah Miana begitu merah saat dia bertanya sebelumnya.Mendengar itu, Janice diam-diam menggertakkan giginya karena sangat marah.Sebelumnya, dia hanya menduga-duga apa yang dilakukan mereka di toilet dan masih bisa menghibur dirinya sendiri bahwa mungkin itu hanya sekadar pemikirannya. Sekarang, mendengar Henry mengatakannya sendiri, dia sangat cemburu.'Miana, wanita jalang ini!''Dia benar-benar menggoda Henry di toilet!'Nggak tahu malu!'Henry menekan sudut bibirnya dengan jari-jari panjangnya, menatap Miana sambil sedikit tersenyum dan berkata, "Kenapa diam? Nggak mau bertanggung jawab?"Miana menggertakkan giginya, lalu berkata kepada Sherry, "Kamu kembali ke studio dulu, kirimkan semua data proyek kerja samanya ke emailku. Setelah kubaca, aku akan meneleponmu da
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,