Sherry melirik Henry yang duduk tidak jauh dari mereka dan merasa agak kesal.Dia tadi melihat dengan jelas, mata Miana berbinar-binar.Miana menyukai hadiah anting-anting itu, tetapi tidak berani menerimanya karena ada Henry.Henry si berengsek ini sungguh menjengkelkan!Setelah masalah hadiah ini berlalu, ketiganya mulai makan.Suasana di antara mereka terasa sedikit sunyi.Miana makan sambil memikirkan sesuatu.Tak lama kemudian, dia mendadak merasa mual.Dia segera meletakkan sendoknya, menutup mulutnya sambil berkata, "Aku ke toilet sebentar!" Miana segera bangkit dan pergi dengan tergesa-gesa.Giyan menatap punggung Miana dengan ekspresi lembut, tetapi juga ada sedikit kesedihan.Sherry diam-diam melirik punggung Miana yang menjauh.Dia tentu tahu mengapa Miana bisa mual seperti itu.Dia ingin pergi mengecek kondisi Miana, tetapi takut Giyan akan curiga.Setelah berpikir-pikir, Sherry memutuskan untuk tidak pergi melihat Miana.Dia ingat bahwa Miana tidak ingin ada orang lain yan
Miana tertegun sejenak baru tersadar. Wajahnya sedikit memerah dan terasa panas. "Aku nggak sengaja menggigit bibirku tadi."Namun, sebenarnya yang dia gigit itu bibirnya Henry."Nih, laplah." Sherry memberikan tisu kepadanya.Sepasang mata hitam Giyan tidak memancarkan emosi apa pun, sulit menebak apa yang sedang dia pikirkan.Miana mengambil tisu itu dan menyeka bibirnya. Dia agak kesal saat teringat perilaku Henry di luar toilet tadi.Henry menganggapnya sebagai apa?Wanita yang bisa dicium sesuka hatinya?Tanpa memedulikan orang lain akan menghinanya?Jika wanita itu Janice, Henry pasti tidak akan bertindak seperti ini!"Oh ya, Mia, Giyan mengenalkan proyek besar padaku, kalau kamu ada waktu, bantu aku, ya! Aku sedikit kewalahan kalau sendirian," ujar Sherry dengan penuh semangat.Miana meletakkan tisu, mengangguk kepada Sherry. "Oke, kebetulan aku beberapa hari ke depan agak santai."Janice sekarang bekerja di Firma Hukum Astera, pasti akan merebut kasus-kasus yang ditanganinya.D
Giyan diam-diam mempekerjakan guru khusus untuk mengajari Miana.Miana belajar banyak hal, mulai dari seni musik, catur, kaligrafi, hingga seni bela diri.Di mata Giyan, Miana selalu luar biasa.Jika bukan karena pertemuannya dengan Henry tahun itu, Miana pasti sudah menjadi Nyonya Ferno sekarang.Sayang sekali, ....Sherry tahu tentang masa kecil Miana, jadi dia tidak terkejut mendengar Miana berterima kasih kepada Giyan.Terkadang, dia benar-benar bersyukur Miana bertemu dengan Giyan, sehingga Miana tumbuh tanpa kekurangan cinta, tanpa kekurangan persahabatan.Kemudian dia juga bersyukur bisa bertemu dengan Miana, yang membuatnya bisa bertahan hidup."Aku nggak punya bakat apa-apa, hanya saja, kamu sudah mengeluarkan uang untuk. Aku nggak bisa mengecewakanmu, dan aku nggak ingin menyia-nyiakan uangmu, jadi aku belajar dengan keras." Mengenang masa lalu, satu-satunya momen bahagia Miana pada saat itu adalah saat bersama Giyan.Jika dia tidak bertemu dengan Henry pada tahun itu dan jat
Ucapan Henry seketika membuat Miana tersipu malu.Sherry memiringkan kepalanya dan menatap Miana dengan ekspresi menggoda. "Oh, ternyata darah di bibirmu tadi itu karena kamu menggigitnya."Sekarang dia mengerti mengapa wajah Miana begitu merah saat dia bertanya sebelumnya.Mendengar itu, Janice diam-diam menggertakkan giginya karena sangat marah.Sebelumnya, dia hanya menduga-duga apa yang dilakukan mereka di toilet dan masih bisa menghibur dirinya sendiri bahwa mungkin itu hanya sekadar pemikirannya. Sekarang, mendengar Henry mengatakannya sendiri, dia sangat cemburu.'Miana, wanita jalang ini!''Dia benar-benar menggoda Henry di toilet!'Nggak tahu malu!'Henry menekan sudut bibirnya dengan jari-jari panjangnya, menatap Miana sambil sedikit tersenyum dan berkata, "Kenapa diam? Nggak mau bertanggung jawab?"Miana menggertakkan giginya, lalu berkata kepada Sherry, "Kamu kembali ke studio dulu, kirimkan semua data proyek kerja samanya ke emailku. Setelah kubaca, aku akan meneleponmu da
Sebelumnya menyuruhnya masuk ke mobil, sekarang menyuruhnya keluar dari mobil. Apa sih maunya!Henry mengatupkan bibirnya, membungkuk dan menggendong Miana keluar. Kemudian, dia berkata kepada Wiley, "Kamu antar Janice kembali ke kantornya."Mendengar itu, Miana langsung mengerti maksud Henry.Janice bilang takut kedinginan karena angin di luar kencang, jadi Henry menyuruh Wiley mengantar Janice.Haruskah Miana memuji Henry karena begitu perhatian?Menyadari raut wajah Miana yang terlihat pucat, Wiley ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Apa Pak Henry nggak tahu, melakukan ini akan membuat istrinya sedih?'Wiley selalu merasa Henry makin mendekati kehancuran."Henry, kamu nggak pergi bersamaku?" Janice sangat cemburu melihat Miana digendong Henry.Dia lebih suka kedinginan di luar bersama Henry daripada naik mobil dan pergi sendirian!Mendengar Janice berbicara, Miana meliriknya dan matanya bertemu dengan tatapan yang seperti ingin membunuhnya. Miana menaikkan sedikit sudut bibi
Miana tidak ingin membahas Giyan dengan Henry.Henry tidak akan pernah memahaminya meskipun dia sudah menjelaskan.Jadi, apa yang perlu dibicarakan!"Sebelumnya, kamu bilang aku sengaja merekam kamu bersama Janice agar bisa segera bercerai, 'kan? Kemudian, kamu bilang aku buru-buru mencari pasangan baru. Henry, apa kamu begitu nggak ada kerjaan hingga suka menuduh orang lain!"Miana hampir ingin mengumpat Henry tidak punya otak.Namun, dia tahu betul itu akan membuat Henry sangat marah."Miana, kuberi tahu saja, selama aku nggak setuju, kamu nggak akan bisa bercerai denganku! Bahkan melalui sidang pun, aku punya tim hukum dari Grup Eskaria, sedangkan kamu hanya sendiri! Kamu pikir bisa melawanku! Pada akhirnya, kamu yang akan menderita!" ujar Henry lalu mendengus dingin sambil mengangkat dagu Miana ke atas, menatapnya dengan tatapan penuh ejekan.Wanita ini pikir tim hukum di perusahaanku hanya pajangan?'Henry hanya ingin memberi tahu Miana jangan pernah berpikir bisa menang melawanny
"Memikirkan kepentingan kami?" Ekspresi Henry penuh dengan sarkasme. "Kenapa kamu nggak terus terang saja, kamu ingin kita segera bercerai dan kamu bisa bersama Giyan secepatnya!"Henry sudah menahan diri untuk tidak menghajar Giyan di restoran tadi, sebagai bentuk menghormati Miana."Terserah kamu ingin bilang apa. Sudah selesai bicara? Kalau sudah, kamu kembali ke firma hukum dengan taksi!" Miana sebenarnya datang dengan mobil, tetapi sejak Henry mengeluh mobilnya tidak nyaman, dia tidak pernah lagi menawarkan Henry untuk naik mobilnya.Henry mengernyit dan berkata, "Mobil yang sudah ditumpangi banyak orang, kotor! Aku nggak sudi!"Miana kehilangan kata-kata. Dia hanya merasa pria di depannya ini sungguh menyusahkan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk menemani Henry menunggu mobil.Pada saat ini, kebetulan mobilnya sudah datang.Henry menarik Miana masuk ke mobil."Pulang ke rumah!"Mendengar itu, jantung Miana berdetak kencang.Siang-siang sudah pulang ke rumah? Henry ingin melakuka
Miana kaget.Apa yang ingin Henry lakukan?'Sang sopir langsung mengerti dan menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu keluar dari mobil.Tuan Muda Henry benar-benar ingin bermain di luar.'Sungguh nggak kusangkak, Tuan Muda Henry punya pemikiran yang begitu bebas!'Setelah mobil pintu tertutup, Henry menarik Miana ke dalam pelukannya, tertawa kecil dan berkata, 'Sekarang sudah nggak ada sopir, kita sudah bisa melakukannya?"Miana tertegun sesaat sebelum bereaksi kembali, "Aku tadi makan terlalu kenyang, nggak boleh melakukan olahraga! Kalau nggak, aku nanti akan muntah dan mengotori mobilmu!"Miana tidak ingin melakukan itu, jadi memberikan alasan apa pun yang terlintas di benaknya.Henry menyipitkan matanya, menatap Miana dan berkata, "Miana, kita belum bercerai, tapi kamu sudah menjaga tubuhmu untuk Giyan? Apa? Kamu nggak ingin lagi obat untuk nenekmu? Kamu nggak ingin studio sahabatmu dibuka? Oh, kekasihmu Giyan, apa kamu ingin firma hukumnya juga di tutup?"Henry merasa kesal, jad
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,