Sebelumnya menyuruhnya masuk ke mobil, sekarang menyuruhnya keluar dari mobil. Apa sih maunya!Henry mengatupkan bibirnya, membungkuk dan menggendong Miana keluar. Kemudian, dia berkata kepada Wiley, "Kamu antar Janice kembali ke kantornya."Mendengar itu, Miana langsung mengerti maksud Henry.Janice bilang takut kedinginan karena angin di luar kencang, jadi Henry menyuruh Wiley mengantar Janice.Haruskah Miana memuji Henry karena begitu perhatian?Menyadari raut wajah Miana yang terlihat pucat, Wiley ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Apa Pak Henry nggak tahu, melakukan ini akan membuat istrinya sedih?'Wiley selalu merasa Henry makin mendekati kehancuran."Henry, kamu nggak pergi bersamaku?" Janice sangat cemburu melihat Miana digendong Henry.Dia lebih suka kedinginan di luar bersama Henry daripada naik mobil dan pergi sendirian!Mendengar Janice berbicara, Miana meliriknya dan matanya bertemu dengan tatapan yang seperti ingin membunuhnya. Miana menaikkan sedikit sudut bibi
Miana tidak ingin membahas Giyan dengan Henry.Henry tidak akan pernah memahaminya meskipun dia sudah menjelaskan.Jadi, apa yang perlu dibicarakan!"Sebelumnya, kamu bilang aku sengaja merekam kamu bersama Janice agar bisa segera bercerai, 'kan? Kemudian, kamu bilang aku buru-buru mencari pasangan baru. Henry, apa kamu begitu nggak ada kerjaan hingga suka menuduh orang lain!"Miana hampir ingin mengumpat Henry tidak punya otak.Namun, dia tahu betul itu akan membuat Henry sangat marah."Miana, kuberi tahu saja, selama aku nggak setuju, kamu nggak akan bisa bercerai denganku! Bahkan melalui sidang pun, aku punya tim hukum dari Grup Eskaria, sedangkan kamu hanya sendiri! Kamu pikir bisa melawanku! Pada akhirnya, kamu yang akan menderita!" ujar Henry lalu mendengus dingin sambil mengangkat dagu Miana ke atas, menatapnya dengan tatapan penuh ejekan.Wanita ini pikir tim hukum di perusahaanku hanya pajangan?'Henry hanya ingin memberi tahu Miana jangan pernah berpikir bisa menang melawanny
"Memikirkan kepentingan kami?" Ekspresi Henry penuh dengan sarkasme. "Kenapa kamu nggak terus terang saja, kamu ingin kita segera bercerai dan kamu bisa bersama Giyan secepatnya!"Henry sudah menahan diri untuk tidak menghajar Giyan di restoran tadi, sebagai bentuk menghormati Miana."Terserah kamu ingin bilang apa. Sudah selesai bicara? Kalau sudah, kamu kembali ke firma hukum dengan taksi!" Miana sebenarnya datang dengan mobil, tetapi sejak Henry mengeluh mobilnya tidak nyaman, dia tidak pernah lagi menawarkan Henry untuk naik mobilnya.Henry mengernyit dan berkata, "Mobil yang sudah ditumpangi banyak orang, kotor! Aku nggak sudi!"Miana kehilangan kata-kata. Dia hanya merasa pria di depannya ini sungguh menyusahkan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk menemani Henry menunggu mobil.Pada saat ini, kebetulan mobilnya sudah datang.Henry menarik Miana masuk ke mobil."Pulang ke rumah!"Mendengar itu, jantung Miana berdetak kencang.Siang-siang sudah pulang ke rumah? Henry ingin melakuka
Miana kaget.Apa yang ingin Henry lakukan?'Sang sopir langsung mengerti dan menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu keluar dari mobil.Tuan Muda Henry benar-benar ingin bermain di luar.'Sungguh nggak kusangkak, Tuan Muda Henry punya pemikiran yang begitu bebas!'Setelah mobil pintu tertutup, Henry menarik Miana ke dalam pelukannya, tertawa kecil dan berkata, 'Sekarang sudah nggak ada sopir, kita sudah bisa melakukannya?"Miana tertegun sesaat sebelum bereaksi kembali, "Aku tadi makan terlalu kenyang, nggak boleh melakukan olahraga! Kalau nggak, aku nanti akan muntah dan mengotori mobilmu!"Miana tidak ingin melakukan itu, jadi memberikan alasan apa pun yang terlintas di benaknya.Henry menyipitkan matanya, menatap Miana dan berkata, "Miana, kita belum bercerai, tapi kamu sudah menjaga tubuhmu untuk Giyan? Apa? Kamu nggak ingin lagi obat untuk nenekmu? Kamu nggak ingin studio sahabatmu dibuka? Oh, kekasihmu Giyan, apa kamu ingin firma hukumnya juga di tutup?"Henry merasa kesal, jad
Miana tidak lagi memikirkan rasa malunya, hanya ingin membuat Henry tenang.Selama Henry tenang, dia tidak akan mengincar orang-orang di sekitarnya dan menganggap puluhan miliar itu lunas!Di dalam pelukannya ada tubuh wanita yang lembut. Di sisi telinganya terdengar suara wanita yang menggoda. Sementara hidungnya penuh dengan aroma khas wanita itu. Sekujur tubuh Henry tergoda hingga terasa membara. Tangannya langsung menggenggam pinggang ramping milik wanita itu.Keduanya berada dalam posisi paling intim, tetapi Henry mengatakan hal yang paling kejam, "Nyonya Jirgan, sedang menjual diri? Berapa harganya sekali melakukan? Perlu menjual berapa kali agar bisa melunasi puluhan miliar yang diambil keluarga Senora?"Miana merasa sangat tidak nyaman, merasa organ-organnya terpelintir dan rasa sakitnya menusuk jantung.Dia berusaha mengatur napasnya, tersenyum cerah dan berkata dengan suara sensual, "Berapa kali aku perlu menjual, tergantung Pak Henry bermurah hati atau nggak, bukan? Kalau Pa
Miana merasa perutnya sangat sakit, dia khawatir dengan anak di dalam kandungannya. Setelah Henry turun dari mobil, dia segera duduk untuk mengenakan pakaiannya sambil menahan rasa sakit.Tanpa di sengaja, dia melihat Henry masuk ke dalam sebuah taksi. Rasanya sungguh ironis.Sebelumnya Henry bilang taksi itu kotor karena ada banyak orang yang naik.Sekarang, karena ingin menemui Janice, taksi pun tidak kotor lagi.Benar-benar standar ganda.Setelah merapikan dirinya dan memastikan pakaiannya sudah dipakai dengan benar, Miana keluar dari mobil.Si sopir segera mendekat begitu melihatnya."Nyonya, kenapa turun? Tuan Muda Henry menyuruh saya untuk mengantar Nyonya pulang.""Nggak perlu, aku akan naik taksi." Semua mobil Henry sudah pernah dinaiki Janice, Miana merasa jijik. Ditambah lagi, Henry baru saja menindasnya di dalam mobil. Sekarang, dia merasa makin jijik dan ingin muntah."Tapi, Nyonya ...." Si sopir menyadari wajah Miana yang pucat. Dia khawatir terjadi sesuatu, jadi tidak ber
"Firma Hukum Lacia sedang mencari mitra senior, apa kamu tertarik untuk bergabung?" tanya Giyan dengan suara lembut.Miana menoleh, menatapnya sambil berpikir untuk sesaat, lalu menggeleng kecil dan berkata, "Nggak tertarik."Jika dia menjadi mitra senior di firma hukum milik Giyan, keluarga Senora pasti akan mengejarnya dengan pisau, itu terlalu berbahaya."Aku akan menyimpan posisi itu untukmu, kapan pun kamu siap, datang saja." Giyan tidak memaksanya.Dia menawarkan posisi itu hanya ingin hidup Miana menjadi lebih baik. Jika Miana tidak bersedia, dia akan mencari cara lain."Oke!" Miana merasa terharu, matanya sedikit menjadi merah.Melihat Miana sedih, Giyan menyalakan musik dan tidak berbicara lagi.Mendengar melodi yang tidak asing, Miana tidak bisa mengendalikan emosinya, air matanya pun mengalir deras di pipinya.Miana tahu betul betapa baiknya Giyan padanya.Namun, mereka sudah melewatkan kesempatan itu. Sekarang, mereka hanya bisa terus melangkah maju, tidak bisa kembali sepe
Foto itu menunjukkan wanita yang dikenalnya menatap pria dengan tatapan sangat lembut.Seketika, raut wajah Henry langsung menjadi masam.Melihat perubahan ekspresi itu, Janice segera bertanya dengan suara pelan, "Henry, siapa yang mengirim pesan itu? Apa isinya?"Dia hanya melihat pesan itu sekilas dan tidak melihat dengan jelas foto tersebut. Namun, dia tahu itu adalah foto Miana dengan pria lain. Makanya, dia sengaja menunjukkan kepada Henry.Jika Miana berselingkuh, Henry pasti akan bercerai!Setelah berpikir seperti itu, Janice pun mendapatkan sebuah rencana.Untuk mempercepat perceraian mereka, dia akan memanas-manasi situasi sedikit.Setelah mengirim foto itu ke ponsel sendiri, Henry dengan cepat menghapus foto itu di ponsel Janice. "Hanya pesan sampah, aku sudah bantu kamu menghapusnya."Janice terkejut sesaat tetapi segera kembali tenang. "Oh, baiklah, terima kasih."Henry mengembalikan ponselnya dan berkata dengan suara dingin, "Aku keluar merokok dulu."Janice menggenggam po
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,