Foto itu menunjukkan wanita yang dikenalnya menatap pria dengan tatapan sangat lembut.Seketika, raut wajah Henry langsung menjadi masam.Melihat perubahan ekspresi itu, Janice segera bertanya dengan suara pelan, "Henry, siapa yang mengirim pesan itu? Apa isinya?"Dia hanya melihat pesan itu sekilas dan tidak melihat dengan jelas foto tersebut. Namun, dia tahu itu adalah foto Miana dengan pria lain. Makanya, dia sengaja menunjukkan kepada Henry.Jika Miana berselingkuh, Henry pasti akan bercerai!Setelah berpikir seperti itu, Janice pun mendapatkan sebuah rencana.Untuk mempercepat perceraian mereka, dia akan memanas-manasi situasi sedikit.Setelah mengirim foto itu ke ponsel sendiri, Henry dengan cepat menghapus foto itu di ponsel Janice. "Hanya pesan sampah, aku sudah bantu kamu menghapusnya."Janice terkejut sesaat tetapi segera kembali tenang. "Oh, baiklah, terima kasih."Henry mengembalikan ponselnya dan berkata dengan suara dingin, "Aku keluar merokok dulu."Janice menggenggam po
"Jangan tegang, rileks sedikit, kalau nggak aku nggak bisa memeriksanya." Suara dokter lembut. "Pertama kali menjadi ibu memang seperti ini, jangan terlalu khawatir tentang bayi di dalam perut, mereka lebih kuat dari yang kita bayangkan! Nggak akan mudah keguguran."Setelah mendengar kata-kata dokter, tubuh Miana pun rileks.Dokter memeriksanya dengan cermat. Meraba perutnya sambil bertanya beberapa hal, lalu berkata, "Pakai celanamu dan turun, aku akan meresepkan obat untukmu."Sambil berbicara, dokter melepas sarung tangan dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, dia baru duduk di meja kerja.Miana mengenakan kembali celananya dan turun dari ranjang. Dia merasa perutnya masih sakit, jadi dia duduk di kursi sambil memegang perutnya. Dengan hati-hati, dia bertanya, "Dok, apakah bayiku baik-baik saja?"Pada saat ini, suara lembut seorang pria terdengar dari pintu, "Mia, ponselmu tertinggal di mobil."Miana menoleh dan melihat Giyan berdiri di pintu,
Henry mengangkat alisnya, berkata dengan dingin, "Nggak bisa!"Giyan mengatup-ngatupkan bibirnya, melihat Miana sejenak, lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.Dia bukan takut pada Henry, tetapi khawatir jika dia berbicara lebih banyak, Henry akan mencari masalah dengan Miana.Melihat situasi Miana saat ini sudah cukup membuat hatinya sakit.Dia tidak ingin menambah masalah pada Miana.Giyan masuk ke lift, pandangannya tertuju pada Miana, meskipun enggan, dia harus pergi.Setelah Giyan pergi, Henry berjalan menuju Miana dengan marah.Amarahnya membuatnya sangat agresif.Miana sedang menelepon Sherry, berbicara tentang proyek besar yang diperkenalkan oleh Giyan. Sherry pun tidak bisa menahan diri untuk mengungkit tentang Giyan.Sherry bertanya, "Kamu benar-benar nggak mempertimbangkan untuk bersama dengannya setelah bercerai?"Giyan begitu menawan dan jauh lebih baik daripada Henry. Wanita mana pun yang bersamanya pasti akan bahagia.Miana memijat keningnya dan berkata, "Aku dan dia nggak
Kalimat terakhir, Henry mengucapkannya hampir sambil menggertakkan gigi.Miana awalnya berniat mengeluarkan resep obat dan memberi tahu Henry tentang saran dokter. Namun, setelah mendengar ucapan Henry, dia langsung menyimpan resep itu ke dalam tas. Dia menahan dirinya untuk tidak menangis dan berkata sambil tersenyum sempurna."Aku merasa mual dan ingin muntah akhir-akhir ini, aku pikir aku hamil, jadi datang untuk memeriksanya. Ternyata bukan hamil, hanya masalah lambung. Dokter menyarankan untuk minum obat dan beristirahat selama beberapa hari."Suaranya lembut dan menyenangkan. Senyumannya cerah dan menawan. Semua ini membuatnya sulit terlihat seperti sedang berbohong.Henry tertawa dingin dan bertanya "Hanya masalah lambung, apa perlu diantar dan ditemani seorang pria?"Bagaimanapun, dia masih keberatan dengan kehadiran Giyan.Miana memiringkan kepala, menatapnya sambil bertanya, "Kamu sedang cemburu?"Dia tentu tahu Henry tidak mungkin cemburu.Dia sengaja berkata demikian untuk
"Pak Henry," sapa Wiley dengan hormat."Hasil investigasi kecelakaan mobil Janice sudah keluar?" tanya Henry dengan nada serius.Seorang perawat yang sedang mendorong meja troli, diam-diam meliriknya.'Astaga!''Pria ini tampan sekali!'"Polisi masih menyelidiki," ujar Wiley."Segera kirim seseorang untuk menyelidikinya, beri aku hasilnya dalam setengah jam!""Apa Pak Henry berpikir kalau kecelakaan Nona Janice ada yang mengaturnya?" Bekerja dengan Henry selama bertahun-tahun membuat Wiley bisa menebak pikirannya hanya dari satu kalimat."Aku hanya menyuruhmu menyelidiki, belum tahu hasilnya." Henry tentu saja mendengar percakapan Janice dan Yosef tadi, makanya dia menyuruh Wiley untuk menyelidiki kecelakaan itu.Karena Yosef ingin menyelidiki kebenarannya, dia harus mendahuluinya dan membuktikan bahwa bukan Miana yang melakukannya.Saat memikirkan itu, Henry terkejut.Miana melakukannya atau tidak, apa hubungannya dengan dia?"Kalau begitu, aku akan segera menyuruh orang untuk menyeli
"Istirahatlah yang baik," ujar Henry sebelum menutup telepon.Setelah meletakkan ponselnya, dia mengambil dokumen untuk dibaca.Namun, setelah sekian lama, satu dokumen pun belum selesai dibacanya. Pikirannya terus terganggu oleh percakapan yang didengarnya di luar kamar Janice.Kemudian, suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dia menunduk melihat dokumen di tangannya dan berkata, "Masuk!"Wiley membuka pintu dan masuk."Pak Henry."Henry mengangkat pandangannya, melihat ke arah Wiley."Sopir truk kecil itu bilang dia dibayar seseorang untuk melakukan itu!" Setelah mengatakan ini, Wiley tidak berani melanjutkannya dan merasa gelisah.Kesannya terhadap Miana, bukan tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu..Namun, sopir itu bersikeras mengatakan bahwa Miana yang menyuruhnya, bahkan memberikan bukti transfer pembayaran.Itu merupakan bukti yang kuat.Wiley masih harus mencari cara untuk mendapatkan bantuan jika dia ingin membantu Miana.Melihat ekspresi Wiley, Henry langsung p
Miana dicegat setelah masuk ke lobi perusahaan."Halo Nona, ada yang bisa saya bantu?""Aku mencari Pak Henry." Miana berusaha membuat suaranya terdengar lebih ramah."Apakah Nona sudah membuat janji?" Resepsionis memandangnya dengan curiga, mengira dia salah satu wanita yang mencoba mendekati bos mereka, jadi nada suaranya menjadi dingin dan penuh penghinaan.Setelah mendengar ini, Miana tahu bahwa jika dia tidak langsung menelepon Henry, dia tidak akan bisa menemuinya. Dia tidak membalas resepsionis itu, segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Henry.Panggilan pertama, panggilannya dimatikan.Miana mencoba sekali lagi.Hasilnya sama saja, dimatikan.Miana menahan amarahnya dan menelepon Wiley.Wiley segera mengangkatnya. "Halo Nyonya Jirgan, ada yang bisa saya bantu?""Aku sekarang ada di lobi perusahaan, jemput aku." Miana langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan Wiley untuk berbicara.Setelah menerima telepon, Wiley buru-buru melapor ke kantor CEO."Pak Henry, Nyonya a
Miana tiba-tiba berdiri dan langsung menyiramkan air dari gelas ke wajah Henry. "Aku sudah tiga tahun menikah denganmu, tidur di ranjang yang sama setiap malam. Sebelum datang ke sini, aku masih membayangkan, sekalipun aku nggak bisa menunjukkan bukti, kamu akan percaya kalau aku nggak bersalah! Ternyata aku terlalu banyak berkhayal! Tentang masalah ini, kalau kamu ingin melihat kebenaran, jangan melakukan trik apa pun di belakang! Aku pasti akan menemukan kebenarannya untukmu!"Dia merasa, seharusnya dia tidak datang ke sini mencari Henry, seharusnya dia langsung pergi ke rumah sakit dan memukul Janice.Henry menyeka air di wajahnya, menatap Miana dengan mata hitamnya, dan mencibir, "Kalau kamu begitu hebat, kenapa datang ke sini dan mengamuk?"Siapa yang memberi wanita ini keberanian untuk menyiramnya dengan air?Miana menatap Henry, hatinya sudah hancur berkeping-keping.Kali ini, dia benar-benar putus asa.Setelah masalah ini selesai, dia harus bercerai dengan Henry, membiarkan Hen
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer